J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol. 8, No. 1: 131-143, Januari 2020
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
131
PREFERENSI PETANI TERHADAP 15 GALUR PADI GOGO
DI TABALONG-KALIMANTAN SELATAN
FARMER’S PREFERENCE OF 15 UPLAND RICE LINE
IN TABALONG-SOUTH KALIMANTAN
Ambar Yuswi Perdani1*, Enung Sri Mulyaningsih1, Yuli Sulistyowati1, Suherman2,
Irwan Sanjaya3, Muhammad Prastiyo3
.
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Jl. Raya Bogor KM 46, Cibinong, Indonesia
2
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Kabupaten Bogor
Jl. Letjen Ibrahim Adjie, Sindangbarang, Bogor Barat, Jawa Barat, Indonesia
3
Balai Penyuluhan Pertanian, Bintang Ara
Desa Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Indonesia
Email: amba004@lipi.go.id
1
ABSTRACT
The production of new varieties of rice must involve farmers as users. Farmers’ views of a variety in each
region differ depending on consumption patterns, culture and environment. The aims of this research is to
determine farmers’ preferences for 15 upland rice lines that were indicated to aluminum tolerant. Data
collection is done at Desa Bintang Ara, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
A total of 30 farmer respondents assessed the appearance of rice lines at harvest. Observations were
made visually of agronomic characters. 15 line of upland rice were planted in a 1 x 5 m plot with a
spacing of 20 x 20 cm without experimental design. During the planting process there are some obstacles
such us low soil fertility and plant diseases. The results of the Bintang Ara farmer’s assessment preferences were selected for 5 upland rice lines: 1, 2, 4, 22, and 23. Some of the characters chosen were: high
plant, width angle of the flag leaf, long panicle, medium plant age, many number of productive tillers, the
grain is easy to fall, slim grain, golden yellow grain color, and the aromatic rice.
Keywords: Farmers’ preferences, lines, upland rice
ABSTRAK
Upaya menghasilkan suatu varietas unggul baru tanaman padi, sudah selayaknya melibatkan calon pengguna
seperti petani. Selera petani atau masyarakat di setiap daerah terhadap suatu varietas dapat berbeda bergantung
pada pola konsumsi, budaya dan lingkungan setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi
petani terhadap 15 galur harapan padi gogo toleran aluminium. Pengumpulan data dilakukan di Desa Bintang
Ara, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Sebanyak 30 responden petani menilai
penampilan galur padi gogo pada fase menjelang panen. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap karakter
agronomis yang tampak. Sejumlah 15 galur harapan padi gogo ditanam pada petak berukuran 1 m x 5 m dengan
jarak tanam 20 cm x 20 cm tanpa rancangan percobaan. Selama proses penanaman terdapat sejumlah kendala
132
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
antara lain tingkat kesuburan tanah rendah dan serangan hama penyakit tanaman. Namun kendala ini tidak
mengganggu produksi dan pengamatan. Hasil penjajakan preferensi petani Bintang Ara terpilih 5 nomor galur
harapan padi gogo yaitu: 1, 2, 4, 22, dan 23, Galur-galur tersebut dipilih karena memiliki karakteristik sesuai
keinginan calon pengguna. Beberapa karakter utama yang dipilih antara lain: tanaman tinggi, sudut daun bendera
lebar, malai panjang, umur tanaman dengan kategori sedang. Sementara karakter unggul lainnya yang disukai
ialah jumlah anakan produktif banyak, padi mudah rontok, bulir ramping, warna gabah kuning emas, dan aroma
beras wangi.
Kata kunci: Galur, padi gogo, preferensi petani
PNDAHULUAN
lahan dengan menambahkan banyak bahan ke dalam
Program peningkatan produktivitas padi melalui
lahan, pendekatan seperti ini memerlukan input yang
intensifikasi dan ekstensifikasi terus dilakukan.
besar. Pendekatan kedua ialah dengan meminimumkan
Intensifikasi tanaman padi dengan perakitan varietas
input, yaitu dengan menggunakan galur atau varietas
unggul baru berdaya hasil tinggi dan adaptif lingkungan
yang tahan atau toleran terhadap kondisi cekaman di
menjadi prioritas. Perluasan areal tanam padi melalui
lokasi. Untuk menghasilkan suatu varietas yang toleran/
pemanfaatan lahan kering menjadi pilihan bijaksana
tahan perlu dilakukan perakitan tanaman yang sesuai
yang harus dijalankan. Namun sejumlah permasalahan
kondisi lingkungan. Dengan pendekatan ini, diharapkan
sering kali muncul dalam sistem pertanian padi di lahan
varietas/galur unggul baru dapat beradaptasi baik pada
kering. Tanah lahan kering pada umumnya merupakan
lingkungan tercekam sehingga tetap mampu
tanah masam suboptimal yang memiliki pH rendah,
berproduksi tinggi.
kelarutan Al3+ yang tinggi, defisiensi P karena terfiksasi
Berdasarkan Mulyani dan Sarwani (2013) luas
Al serta mudah terdegradasi karena kation atau mineral
lahan bercekaman (sub optimal) di Indonesia mencapai
di dalam tanah tercuci yang antara lain disebabkan oleh
157,2 juta ha. Dari luas tersebut, 108,8 ha diantaranya
kapasitas tukar kation (KTK) tanah rendah relatif
adalah lahan kering masam. Lahan sub optimal di
kurang subur karena pencucian hara yang intensif (Iqbal
Indonesia berupa lahan kering: ultisol dan oxisol dan
2012; Matsumoto et al. 2017; Subagyo et al. 2000).
lahan basah seperti: gambut, lahan masan, rawa pasang
Selain itu pada pertanaman padi gogo di lahan kering
surut (Yuwono, 2009). Lahan kering masam adalah
perlu dicermati dan diantisipasi adanya serangan
lahan dengan pH < 5, kejenuhan basa < 50%, kadar
penyakit blas (Hafif, 2016).
aluminium tinggi, tekstur tanah klei, dan regim
Pemanfaatan lahan kering dengan kategori sub
kelembaban tanah udik atau curah hujan > 2.000 mm
optimal pada dasarnya masih dapat diupayakan
per tahun (Subagyo et al., 2000). Secara umum lahan
menjadi lahan pertanian produktif melalui beberapa
kering masam ini mempunyai tingkat kesuburan dan
pendekatan. Pendekatan pertama ialah mengubah
produktivitas lahan rendah yang disebabkan oleh
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
133
rendahnya kandungan bahan organik, hara, dan
pupuk berimbang, penggunaan bahan pembenah tanah
toksisitas aluminium (Mulyani dan Syarwani, 2013;
(pupuk kandang, kapur, zeolit) dan sistem tanam jajar
Murtilaksono dan Anwar, 2014). Pemanfaatan lahan
legowo (Hafif, 2016).
kering untuk produksi pangan masih terbuka lebar. Luas
Agar hasil perakitan tanaman padi tersebut
lahan kering dan potensial untuk pertanian di Indonesia
tepat sasaran, dan bermanfaat bagi pengguna, maka
dilaporkan sebesar 12,9 juta hektar (Idjudin dan
tidaklah salah jika pada saat melakukan seleksi
Marwanto, 2008).
keragaan tanaman pada setiap lokasi melibatkan petani
Keracunan alumunium menjadi pembatas
sebagai calon pengguna akhir. Jejak pendapat dan
pertumbuhan tanaman. Tanaman tercekam alumunium
penilaian mereka menjadi dasar pengembangan galur/
akan berdampak pada perkembangan akar pendek,
varietas tertentu di suatu daerah tertentu. Beberapa
rapuh, dan menebal yang disebabkan oleh adanya
hasil kegiatan pemuliaan partisipasi yang melibatkan
penghambatan perpanjangan dan pembelahan sel
calon pengguna (petani/masyarakat) telah diakukan
(Marschner, 1992). Kondisi ini mengakibatkan
pada beberapa jenis tanaman antara lain: jagung
terhambatnya penyerapan nutrisi oleh tanaman. Cara
(Witcombe et al, 2003), ubi jalar (Kiiza et al.2012)
yang umum untuk mengurangi keracunan alumunium
dan padi (Hairmansis et al. 2015).
adalah aplikasi bahan organik tinggi. Bahan organik
Kabupaten Tabalong dipilih sebagai lokus
yang mudah larut dan mengandung asam-asam fulvik
penelitian karena memiliki karena memiliki lahan ladang
dapat mengurangi keracunan alumunium. Penggunaan
atau huma sekitar 7.969 hektar (BPS, 2019). Lahan
bahan organik dapat membantu jika cekaman
seluas ini sangat potensial untuk pengembangan padi
alumunium hanya terjadi pada lapisan olah atau topsoil.
gogo. Selain itu, selama ini petani hanya dapat menanam
Namun bila cekaman alumunium terjadi hingga lapisan
padi sebanyak satu kali dalam setahun karena
subsoil, maka penggunaan varietas toleran dan adaptif
penggunaan varietas lokal yang berumur panjang (lebih
sangat dianjurkan.
dari 6 bulan) dengan produksi rendah sekitar 2 ton/ha.
Tidak hanya pola tanam ekstensifikasi yang
Selain itu, Tabalong juga memiliki perkebunan karet
harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi
seluas 69.338 ha. Areal merupakan salah satu potensi
namun, penyadartahuan tentang teknik budidaya yang
yang lain untuk pengembangan padi gogo. Pada saat
tepat dan ramah lingkungan juga harus ditingkatkan.
tanaman karet sudah tidak berproduksi dengan baik,
Pendampingan ke petani untuk penerapan paket inovasi
pohon karet akan ditebang dan diganti bibit karet baru.
pertanian perlu terus dilakukan terutama di kawasan
Areal bekas tebangan karet dijadikan ladang bertaman
lahan sub optimal. Pendekatan dalam optimalisasi lahan
padi, sekaligus memanfaatkan lahan selama masa tunggu
kering bisa dilakukan antara lain dengan perbaikan
tanaman karet produktif. Saat ini kontribusi sektor
varietas dan teknologi budidaya seperti penggunaan
kehutanan dalam ketersediaan pangan nasional
134
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
mencapai 3.4 juta ton/tahun untuk komoditas padi,
Tabalong, Kalimantan Selatan. Periode percobaan
jagung, kedelai dan umbi-umbian (Mayrowani dan
pada Oktober 2018 – Februari 2019. Pengumpulan
Ashari, 2011). Alih fungsi hutan ke non hutan
data observasi oleh petani dilakukan pada Februari
(deforestasi) dapat mengubah bentuk ekosistem tertutup
2019 saat tanaman padi gogo menjelang panen.
menjadi terbuka, yang menyebabkan siklus unsur hara
Pengkajian menggunakan metode survey melibatkan
dapat hilang dari ekosistem tersebut (Firmansyah,
30 orang petani sebagiai responden di Desa tersebut.
2010). Penelitian bertujuan untuk mengetahui penilaian
Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan
calon pengguna terhadap 15 galur harapan padi gogo
kuisioner terstruktur. Penentuan sampel responden
yang terindikasi toleran aluminium berdasarkan
dilakukan secara sengaja (purposive sampling).
keragaan fenotipik tanaman di lokasi tersebut.
Sebagai bahan penilaian petani, ditanam 15 galur
harapan padi gogo toleran alumunium (Tabel 1) pada
BAHAN DAN METODE
lahan bekas pertanaman karet. Seluruh genotipe
Penelitian dan demplot dilakukan di Desa
ditanam secara tugal pada petak seluas 1 x 5 m dengan
Bintang Ara, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten
jarak tanam 20 x 20 cm tanpa rancangan percobaan.
Tabel 1. Galur harapan yang di survey sebagai bahan genetik
No.
1
2
3
4
5
Kode Galur
G1
G2
G3
G4
G9
No.
6
7
8
9
10
Kode Galur
G10
G12
G18
G19
G21
No.
11
12
13
14
15
Kode Galur
G22
G23
G29
G31
G33
Tabel 2. Hasil analisis kimia tanah Kabupaten Tabalong (2018)
Lokasi
pH
C
N
P tersedia
(ppm)
K tersedia
(me/100 g)
Ca tersedia
(me/100 g)
Mg tersedia
(me/100 g)
Haruai
6.32
4.79
0.41
223.35
0,2
0,4
0,19
Bintang Ara
5.75
5.63
0.49
35.51
0,28
0,54
0,27
Sangat rendah
<1
<0,1
<5
<0,1
<2
<0,3
Rendah
2-Jan
0,1-0,2
16-May
0,1-0,3
5-Feb
0,4-1
Sedang
3-Feb
0,21-0,5
17-24
0,4-0,5
10-Jun
1,1-2,0
Tinggi
5-Mar
0,51-0,75
25-40
0,6-1,0
20-Nov
2,1-8,0
>0,75
>40
>1
>20
>8
Kriteria penilaian*
Sangat tinggi
>5
*Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2009
135
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
Pemeliharaan tanaman dilakukan secara optimum.
Penilaian galur dilakukan berdasarkan sifat
non hibrida (67.7%) dan 22.7% padi hibrida serta
sebagian kecil lainnya padi gogo lokal (Tabel 4).
morfologi tanaman di lapangan. Data hasil pemilihan
Informasi status kepemilikan lahan
galur dihitung nilai preferensi varietas menggunakan
menunjukkan bahwa 93,3 % petani Bintang Ara
rumus (Paris et al., 2011).
memiliki lahan sendiri yang berkisar 1-3 ha, yang diduga
Nilai Preferensi Varietas
terkategori luas (Tabel 5). Hal ini selaras dengan
komoditi utama yang dibudidayakan yaitu tanaman
karet. Meskipun padi bukan tanaman utama, namun
lahan sela yang digunakan cukup luas. Dengan luasan
tersebut kisaran hasil panen padi per musim tanam
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakeristik Responden
tergolong rendah (1-5 ton). Menurut petani, rendahnya
hasil panen dikarenakan kesuburan lahan rendah dan
Berdasarkan data, 90% responden adalah
varietas yang digunakan tidak toleran kekeringan.
pria dengan rentang usia 41-50 tahun. Mata
Penggunaan varietas unggul baru dapat menekan
pencaharian utama mereka sebagian besar adalah
pengaruh cekaman biotik dan abiotik, serta
petani (96,7 %) dengan masa kerja antara 31- 40
memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan
tahun (Tabel 3). Sementara terkait jenis padi di area
produksi padi nasional sebasar 56 % (Syahri dan
tersebut menujukkan bahwa jenis padi yang banyak
Somantri, 2016; Nurhati et al., 2008).
ditanam petani Bintang Ara adalah padi gogo/ ladang
Tabel 6 memberikan informasi pemanfaatan
Tabel 3. Informasi responden
Karakteristik Identitas Responden
Pria
Wanita
Usia
20-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
51-60 Tahun
>60 Tahun
Pekerjaan
Petani
Pedagang
Swasta
Ibu Rumah Tangga
Umur profesi sebagai petani
<10 th
10-20 th
21-30 th
31-40 th
>40 th
Jenis Kelamin
Jumlah Responden (% )
90,0
10,0
13,3
23,3
40,0
16,7
6,7
96,7
0,0
0,0
3,3
23,3
10,0
13,3
40,0
13,3
136
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
Tabel 4. Informasi jenis tanaman padi yang diminati petani setempat
Jenis tanaman padi yang di minati
Jenis pertanaman padi
Sawah
Gogo
Jenis varietas padi
Lokal
Nasional:
a. Hibrida
b. Non hibrida
Jumlah Re sponden (%)
0,0
100,0
6,7
26,7
66,7
Tabel 5. Informasi status kepemilikan lahan
Status lahan
Luas lahan
Status Ke pemilikan lahan
Milik sendiri
Sewa
Kerjasama
<500 m
500-1000 m
1000-5000 m
5000-1 ha
1-3 ha
>3 ha
Jumlah Responde n (%)
93,3
0,0
6,7
6,7
0,0
0,0
3,3
70,0
20,0
Tabel 6. Informasi pemanfaatan produksi padi oleh petani
Rata-rata hasil/panen
Penggunaan hasil panen
Distribusi hasil
Pemanfaatan Hasil
<5 kw
5-9 kw
1-5 ton
6-10 ton
Dijual
Konsumsi sendiri
Disimpan
Lainnya
Koperasi
Pengumpul
Jual sendiri
Lainnya
Jumlah Responden (% )
0,0
0,0
96,7
3,3
20,0
33,3
13,3
33,3
3,3
80,0
6,7
10,0
hasil panen oleh petani setempat. Sebanyak 20% hasil
jika harus membeli benih, harga benih di pasaran masih
panen dijual ke pengumpul, dan 33,3 % dikonsumsi
terjangkau.
sendiri, 13,3 % disimpan dan sisanya untuk keperluan
Informasi tingkat pengembangan wawasan
lainnya. Petani di Bintang Ara mudah mendapat benih
petani tentang pertanian diketahui bahwa sebagian
sumber sebagai bahan tanam. Kemudahan tersebut
besar telah mengikuti pelatihan, dengan frekuensi 1-5
karena lancarnya penyaluran benih bantuan pemerintah
kali hingga lebih dari 10 kali. Sebanyak 46,7 %
atau pihak lainnya (Tabel 7). Pada kondisi tertentu
responden mengukuti pelatihan rutin dua mingguan,
137
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
Tabel 7. Informasi ketersedian benih sumber
Kemudahan memperoleh benih
Sumber perolehan benih
Tingkat harga
Kebutuhan per musim tanam
Jumlah Responden (% )
23,3
73,3
3,3
0,0
0,0
100,0
0,0
0,0
20,0
80,0
0,0
0,0
0,0
50,0
50,0
Status benih sumber
Sangat mudah
mudah
Agak sulit
sulit
membeli
bantuan (pemerintah/lainnya)
produksi sendiri
Mahal
Sedang
Murah
<10 Kg
10-15 Kg
15-20 Kg
20-25 Kg
>25 Kg
Tabel 8. Informasi tingkat pengembangan wawasan petani tentang pertanian
Pengembangan wawasan petani
Pernah
kadang-kadang
sering
tidak pernah
Durasi keikutsertaan pelatihan
1-5 kali
5-10 kali
>10 kali
1 minggu sekali
2 minggu sekali
Tingkat rutinitas keikutsertaan pelatihan
1 bulan sekali
>1 bulan sekali
Sumber informasi pertanian
Media elektronik
Media massa
Penyuluh pertanian
Keikutsertaan pelatihan
Jumlah Responden (% )
33,3
43,3
16,7
6,7
36,7
23,3
40,0
3,3
46,7
16,7
33,3
6,7
0,0
93,3
16,7 % satu kali dalam sebulan, dan 33,3% lebih dari
Studi serupa untuk mengetahui preferensi
sebulan sekali. Berdasarkan informasi 93,3%
petani terhadap varietas padi baru telah dilakukan
menyatakan bahwa tingginya tingkat pertemuan petani
antara lain di kabupaten Bogor, Kabupaten Bangka
salah satunya karena peran aktif penyuluh pertanian
Selatan, Pangandaran dan Cilacap. Pada daerah
lapangan. Penyuluh pertanian memiliki posisi yang
tersebut responden umumnya petani dengan jumlah
strategis dalam pengembangan kelompok tani dan
antara 15 – 64 orang. Metode yang digunakan adalah
peningkatan pendapatan petani melalui penerapan
wawancara dengan kuisioner terstruktur. Padi yang
teknologi (Hasan et al., 2016; Saputri et al., 2016;
dipilih selanjutnya dapat dikembangkan di daerah
Mulyani et al., 2017)
tersebut karena sesuai dengan kondisi wilayah dan
138
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
keinginan petani sebagai pengguna (Haryati dan
daun panjang, kemiringan sudut daun bendera sedang,
Sukmaya, 2015; Fachrista et al, 2012; Prayoga et al.,
jumlah anakan banyak,dan umur tanaman sedang.
2018).
Sementara untuk karakter malai dan bulir gabah
responden menyukai panjang malai sedang dengan
b. Karakteristik Galur Terpilih
jumlah 5-10 malai per rumpun. Pada umumnya
Studi preferensi untuk tanaman padi di
responden petani menyukai tanaman padi dengan
beberapa dearah menjukkan bahwa karakteristik padi
tingkat kerontokan gabah yang berkisar antara agak
yang disukai oleh responden adalah produktivitas tinggi,
mudah – sedang, bentuk bulir ramping, warna bulir
tahan cekaman biotik dan abiotik serta tekstur nasi yang
kuning emas, warna kulit ari putih, dan aroma beras
enak (Haryati dan Sukmaya, 2015; Fachrista et al,
tanak sedikit wangi (Tabel 10).
2012; Prayoga et al., 2018). Informasi tentang minat
Informasi status organisme pengganggu
responden terhadap fenotipe tanaman padi di lapangan
tanaman yang sering menyerang pertanaman padi
tertuang pada Tabel 9. Responden petani Bintang Ara
petani Bintang Ara terangkum dalam Tabel 11. Data
secara umum menyukai tanaman padi dengan karakter:
hama penyakit yang terekam merupakan organisme
tinggi tanaman sedang, batang ungu, daun hijau tua,
yang paling sering ditemukan oleh petani di lapangan
Tabel 9. Informasi minat petani terhadap penampilan/karakter tanaman padi secara umum
Minat terhadap penampilan tanaman padi
Pendek
Sedang
Tinggi
Warna Batang
Hijau muda
ungu
Warna daun
Hijau muda
Hijau
Hijau tua
ungu diujung daun
ungu dipinggir daun
Panjang daun
Pendek
Sedang
Panjang
Posisi daun bendera
Tegak
Sedang
Mendatar
Terkulai
Jumlah anakan
Sedikit
Sedang
Banyak
Sangat banyak
Umur tanaman
Genjah
Sedang
Dalam
Tinggi tanaman
Jumlah Responden (% )
10,0
90,0
0,0
20,0
80,0
0,0
3,3
96,7
0,0
0,0
0,0
16,7
83,3
40,0
60,0
0,0
0,0
3,3
30,0
63,3
3,3
16,7
83,3
0,0
139
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
Tabel 10. Informasi minat petani terhadap karakter malai dan gabah padi
Minat petani terhadap karakter malai dan biji
<5 malai/rumpun
5-10 malai/rumpun
>10 malai/rumpun
Panjang malai
Pendek
Sedang
Panjang
Tingkat kemudahan kerontokan biji
Mudah
Agak Mudah
Sedang
Sulit
Bentuk bulir
Ramping
Sedang
Lonjong
Bulat
Warna Bulir
Kuning jerami
Kuning emas
Kuning bercak
Kemerahan-ungu
Warna kulit ari
Putih
coklat muda
Bercak coklat
Coklat
Merah Ungu
Aroma beras
Tidak wangi
Sedikit wangi
wangi
Jumlah Responden (% )
6,7
80,0
13,3
16,7
83,3
0,0
6,7
46,7
46,7
0,0
70,0
23,3
6,7
0,0
6,7
83,3
10,0
0,0
90,0
3,3
0,0
0,0
6,7
0,0
90,0
10,0
Jumlah malai
selain selama pertanaman berlangsung. Selama
pertanian atau ambang batas ekonomi (Manueke et
pertanaman padi, terjadi serangan organisme
al., 2017)
pengganggu tanaman seperti walang sangit, penggerek
Hasil penelusuran terhadap hama penyakit
batang, hama putih palsu, penggulung batang, dan
yang telah dilakukan, hampir seluruh jenis penyakit
belalang. Penyakit yang muncul antara lain busuk
utama di tanaman padi pernah menyerang pertanaman
batang, bercak daun, dan blas. Pencegahan dilakukan
padi Bintang Ara. Menurut informasi petani setempat,
dengan pemasangan perangkap dan light trap.
penyakit yang paling sering muncul adalah hawar daun
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
bakteri/kresek (96,7%) dan busuk batang (83,3 %).
aplikasi biopestisida dan kimia sesuai dosis anjuran.
Sedangkan penyakit blas yang merupakan penyakit
Aplikasi dan pengendalian yang tepat menjadikan
utama pada padi gogo lebih sedikit muncul berdasarkan
produksi tetap terjaga. Pengendalian hama dan penyakit
pengalaman 33,3 % responden. Berdasarkan
tanaman dilakukan jika populasi hama atau intensitas
keterangan petani, jenis hama yang menyerang tanaman
kerusakan akibat penyakit telah menunjukkan akan
padi beragam, kecuali keong emas, karena hanya
berimbas pada terjadinya kerugian dalam usaha
menyerang padi sawah. Memperhatikan data informasi
140
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
Tabel 11. Informasi status organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman padi setempat
Penyakit
Hama
Status Organisme Pengganggu Tanaman
Blas
Kresek
Tungro
Bercak daun
Busuk batang
Burung
Belalang
Walang sangit
Penggerek Batang
Hama putih palsu
Penggulung daun
Wereng
Tikus
Keong mas
Jumlah Responden (% )
33,3
96,7
3,3
33,3
83,3
96,7
83,3
100,0
86,7
90,0
80,0
86,7
83,3
0,0
Tabel 12. Rangkuman hasil penjajakan minat petani Bintang Ara-Kabupaten Tabalong terhadap tanaman padi
yang diinginkan.
Informasi
Status tanaman padi yang ditanam
Jenis padi
Status jenis padi
Status Kepemilikan lahan
Status lahan
Luas lahan
Pemanfaatan Hasil
Rata-rata hasil/panen
Penggunaan hasil panen
Lokasi jual
Status benih sumber
Kemudahan memperoleh benih
Sumber perolehan benih
Tingkat harga
Kebutuhan per musim tanam
Pengembangan wawasan petani
Keikutsertaan pelatihan
Durasi keikutsertaan pelatihan
Tingkat rutinitas keikutsertaan pelatihan
Sumber informasi pertanian
Minat terhadap penampilan keragaan tanaman padi
Tinggi tanaman
Warna Batang
Warna daun
Panjang daun
Posisi daun bendera
Jumlah anakan
Umur tanaman
Minat petani terhadap karakter malai tanaman padi
Jumlah malai
Panjang malai
Minat petani terhadap karakter biji
Tingkat kemudahan kerontokan biji
Bentuk bulir
Warna Bulir
Warna kulit ari
Aroma beras
Keterangan
Gogo
Non hibrida
Milik sendiri
1-3 ha
1-5 ton
konsumsi
Pengumpul
mudah
bantuan pemerintah/lainnya
Murah
20-25 lebih /ha
kadang-kadang
>10 kali
2 minggu sekali
Penyuluh pertanian
Sedang
ungu
Hijau tua
Panjang
Sedang
Banyak
Sedang
5-10 malai/rumpun
Sedang
agak mudah-sedang
Ramping
Kuning emas
Putih
Sedikit wangi
141
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
Tabel 13. Preferensi petani responden terhadap galur –galur harapan padi gogo terindikasi toleran alumunium
No Galur
1
2
3
4
9
10
12
18
19
21
22
23
29
31
33
Suka
25
23
7
23
0
2
19
0
0
19
24
24
0
3
7
Jumlah Suara
Tidak Suka
5
7
23
7
30
28
11
30
30
11
6
6
30
27
23
Jumlah Responden
Nilai Preferensi
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
0,67
0,53
-0,53
0,53
-1,00
-0,87
0,27
-1,00
-1,00
0,27
0,60
0,60
-1,00
-0,80
-0,53
petani Bintang Ara, lebih dari 80% responden
Secara umum, petani Bintang Ara merupakan
menggambarkan tingginya serangan hama yang
petani yang terbina dengan baik. Penerapan sistem
menyerang tanaman padi. Hal ini merupakan salah satu
budidaya padi sudah dilakukan dengan baik. Peran
faktor penyebab kehilangan hasil bahkan gagal panen
penyuluh pertanian lapangan sangat membantu dalam
yang dialami petani setempat.
pendampingan penerapan sistem budidaya.
Serangan hama dan penyakit pada umumnya
Keterlibatan pemerintah dalam penyediaan benih dan
berhubungan dengan kondisi di daerah tersebut.
pupuk juga diterima petani. Luas kepemilikan lahan
Rendahnya penyakit blas yang merupakan penyakit
rata-rata 1-3 ha per orang merupakan potensi besar
utama padi gogo kemungkinan karena daerah tersebut
bagi pengembangan padi di Kabupaten Tabalong
bukan termasuk endemik penyakit blas. Lokasi lahan
mendukung ketahanan pangan stempat.
di Bintang Ara merupakan daerah bekas perkebunan
Berdasarkan nilai preferensi petani terhadap
karet. Penyakit yang banyak menyerang pada tanaman
penampilan tanaman galur harapan padi gogo LIPI
karet meliputi penyakit jamur pada akar yang
tampak bahwa dari 15 galur yang diuji, secara berurut
disebabkan oleh R lignosus, penyakit daun yang
dari yang paling disuka responden memilih galur nomor
disebabkan oleh Phytopthora sp, Colletotrichum dan
1, 22, 23, 2, dan 4. Penilaian petani dilakukan pada
penyakit batang yang disebabkan oleh Fusarium solani
saat padi memasuki umur panen dengan mengamati
(Defitri, 2014). Diduga hal ini juga berpengaruh
secara visual penampakan tanaman padi di lapangan
terhadap pertanaman padi yang ditanam di Bintang Ara.
(Tabel 13).
142
Jurnal Agrotek Tropika 8(1): 131-143, 2020
KESIMPULAN
Petani Bintang Ara merupakan petani terbina
dengan akses informasi tentang pertanian yang
diperoleh dari peran aktif penyuluh lapang pertanian
setempat. Lahan yang tersedia sebagian besar
merupakan lahan bekas pertanaman karet.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani antara lain
tingkat kesuburan tanah rendah dan tingginya serangan
hama penyakit tanaman, sehingga produksi padi gogo
rendah setiap musimnya. Pengembangan varietas baru
perlu memperhatikan preferensi petani Karakteristik
tanaman yang dipilih oleh petani setempat adalah tinggi
tanaman sedang, lebar sudut daun bendera sedang,
jumlah anakan banyak, umur tanaman sedang, jumlah
malai banyak, panjang malai sedang, tingkat kerontokan
padi mudah, bentuk bulir ramping, warna bulir kuning
emas, dan aroma beras wangi. Hasil penjajakan
preferensi petani terhadap galur harapan padi gogo
toleran aluminium, terpilih 5 nomor galur terbaik (secara
berurutan): G1, G22, G23, G2, dan G4 sehingga galurgalur tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan
di daerah Bintang Ara, Tabalong.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kegiatan ini terselenggara melalui Progran DIPA
Prioritas Nasional Pangan 2018 LIPI. Terima kasih
disampaikan kepada Bupati Kabupaten Tabalong,
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabalong, Kepala
Balai Penyuluhan Pertanian Bintang Ara, dan para
kelompok tani Bintang Ara Kabupaten Tabalong atas
kerjasama selama kegiatan penelitian lapangan ini
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2019. Kabupaten Tabalong dalam angka 2019.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk teknis edisi 2:
analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk.
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan
Pertanian. Kementerian Pertanian.
Defitri Y. 2014. Identifikasi jamur pathogen penyebab
penyakit tanaman karet (Havea brasiliensis) di
Sukajaya Kecamatan Bayung Lincir
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi. 14(4): 98-102
Fachrista IA, Issukindarsyah, D Rusmawan, HA Dewi.
2012. Preferensi petani di Kabupaten Bangka
Selatan terhadap beberapa varietas unggul padi
sawah. Seminar Nasional Kedaulatan
Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo, Madura.
Firmansyah MA. 2010. Respon tanaman terhadap
aluminium. Agripura. 6(2): 807-818
Hafif B. 2016. Optimasi potensi lahan kering untuk
pencapaian target peningkatan produksi padi
satu juta ton di propinsi Lampung. Jurnal
Litbang Pertanian. 35(2): 81-88
Hairmansis A., Supartopo, Suwarno. 2015. Seleksi
varietas partisipatif terhadap galur-galur elit
padi gogo di lahan petani. Ilmu Pertanian.
18(2):61-68
Haryati Y, Sukmaya. 2015. Preferensi petani terhadap
varietas unggul di Kabupaten Bogor. Agros.
17(1); 145 – 152
Perdani et al.: Preferensi Petani terhadap 15 Galur
Hasan, S., W. Tilaar, L. T. Karamoy. 2016. Pengaruh
Penyuluhan Pertanian dalam Aspek
Lingkungan, Ekonomi dan Teknologi pada
Petani Padi Sawah di Kecamatan Modayag.
Agri-Sosio Ekonomi Unsrat. 12(3A): 165 178
Idjudin, A.A., S. Marwanto. 2008. Reformasi
pengelolaan lahan kering untuk mendukung
swasembada pangan. Jurnal sumberdaya
lahan. 2(2): 115-125
Iqbal, M.T. 2012. Acid tolerance mechanisms in soil
grown plants. Malay. J. Soil Sci. 16: 1–21.
Kiiza B., LG. Kisembo, ROM Mwanga. 2012.
Participatory plant breeding and selection
impact on adoption sweetpotato varieties in
Uganda. Journal of Agricultural Science and
Technology. 673-681
Manueke, J., B. H. Assa, A. E. Pelealu. 2017.
Rekomendasi teknologi pengendalian hama
secara terpadu (pht) hama tanaman padi sawah
(oryza sativa) di desa makalonsow kecamatan
tondano timur kabupaten minahasa. Jurnal
LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 4(1):
23-34
Marschner, H. 1992. Mechanisms of adaptation of
plants on acid soils. Plant and Soil. 134: 1–
20
Matsumoto S, H. Shimada, T. sasaoka, I. Miyajima,
GJ. Kusuma, RS Gautama. 2017. Effects of
Acid Soils on Plant Growth and Successful
Revegetation in the Case of Mine Site. Chapter
2.ppP 10-26. http://dx.doi.org/10.5772/
intechopen.70928
143
Mayrowani H, Ashari. 2011. Pengembangan
agroforestry untuk mendukung ketahanan
pangan dan pemberdayaan petani sekitar hutan.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(2): 8398
Mulyani A., M. Sarwani. 2013. Karakteristik dan
Potensi Lahan Sub Optimal untuk
Pengembangan Pertanian di Indonesia. Jurnal
Sumberdaya Lahan. 7 (1): 47-55
Mulyani, S. I., Dewi Elviana CCW, Budi Rosen Nover
S. 2017. Peranan Penyuluh Pertanian dalam
Peningkatan Pendapatan Petani Komoditas
Padi di Kecamatan Tanjungselor Kabupaten
Bulungan Kalimantan Utara. Jurnal Agrifor.
16(1): 103-108
Murtilaksono K., S. Anwar. 2014. Potensi, Kendala,
dan Strategi Pemanfaatan Lahan Kering dan
Kering Masam untuk Pertanian (Padi, Jagung,
Kedele), Peternakan, dan Perkebunan dengan
Menggunakan Teknologi Tepat Guna dan
Spesifik Lokasi. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal 2014. Hal 17-28
Nurhati, I.,S. Ramdhaniati, N. Zuraida. 2008. Peranan
dan Dominasi Varietas Unggul Baru dalam
Peningkatan Produksi Padi di Jawa Barat.
Buletin Plasma Nutfah. 14(1):8-13
Subagyo, H., N. Suharta, AB. Siswanto. 2000. Tanahtanah Pertanian di Indonesia. Halaman 21-66
pada Buku Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Saputri, R.D., S. Anantanyu, A. Wijianto. 2016. Peran
Penyuluh Pertanian Lapangan dengan Tingkat
Perkembangan Kelompok Tani di Kabupaten
Sukoharjo. Agrista. 4(3): 341 - 352