Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Kemandirian Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid -19

Perspektif Ilmu Pendidikan

Kemandirian belajar penting bagi para peserta didik, terutama pada saat pembelajaran dilaksanakan secara daring. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemandirian belajar remaja yang melakukan pembelajaran daring. Metode kuantitatif dengan rancangan deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian dipilih melalui teknik snowball yang melibatkan 579 responden terdiri dari siswa SMA dan SMK dan mahasiswa di Jakarta dengan rentang usia mulai dari 16 sampai dengan 21 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kemandirian belajar pada mahasiswa yang dikonstruksi oleh Hidayati & Listyani (2010), yang memiliki 19 butir pernyataan. Reliabilitas instrumen ini adalah Alpha Cronbach 0,879. Hasil pengukuran terhadap kemandirian belajar menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian yang cenderung rendah (rerata = 2.78/St.Dev. 0.289 dalam skala 5) dan komponen yang terendah adalah tanggung jawab dan inisiatif belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa para pemelajar (siswa/...

Perspektif Ilmu Pendidikan http://doi.org/10.21009/PIP.342.9 DOI: doi.org/10.21009/PIP.342.9 Volume 34 Nomor 2 Oktober 2020 p-ISSN: 1411-5255 e-ISSN: 2581-2297 Diterima Direvisi Disetujui Diterbitkan : : : : 19 September 2020 26 Oktober 2020 26 Oktober 2020 27 Oktober 2020 KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID -19 Dede Rahmat Hidayat1, Ana Rohaya2, Fildzah Nadine3, & Hary Ramadhan4 e-mail: dederhidayat@unj.ac.id1, anarohaya98@gmail.com2, fildzahnadine@gmail.com3, haryrmdhn@gmail.com4 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka Raya, RT.11/RW.14, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220 Abstrak: Kemandirian belajar penting bagi para peserta didik, terutama pada saat pembelajaran dilaksanakan secara daring. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemandirian belajar remaja yang melakukan pembelajaran daring. Metode kuantitatif dengan rancangan deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian dipilih melalui teknik snowball yang melibatkan 579 responden terdiri dari siswa SMA dan SMK dan mahasiswa di Jakarta dengan rentang usia mulai dari 16 sampai dengan 21 tahun. Instrumen yang digunakan adalah kemandirian belajar pada mahasiswa yang dikonstruksi oleh Hidayati & Listyani (2010), yang memiliki 19 butir pernyataan. Reliabilitas instrumen ini adalah Alpha Cronbach 0,879. Hasil pengukuran terhadap kemandirian belajar menunjukkan bahwa responden memiliki kemandirian yang cenderung rendah (rerata = 2.78/St.Dev. 0.289 dalam skala 5) dan komponen yang terendah adalah tanggung jawab dan inisiatif belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa para pemelajar (siswa/mahasiswa) belum cukup siap untuk belajar secara daring, penyebabnya adalah karena kebiasaan belajar, dan teknologi yang kurang mendukung. Kata-kata Kunci: belajar daring, kemandirian belajar, kesiapan belajar mandiri SELF-REGULATED LEARNING OF STUDENTS STUDYING ONLINE DURING COVID-19 PANDEMIC Abstract: Self-regulated learning is important for students, especially when learning is carried out online. This study aims to obtain a description of the self-regulated learning of students who carry out online learning. Quantitative method with descriptive research design was used in this research. The sample in this study was selected through the snowball technique involving 579 respondents consisting of secondary and vocational high school students as well as university students with age range between 16 and 21 years. The instrument used was self-regulated learning on students constructed by Hidayati & Listyani (2010) which has 19 statements. The reliability of this instrument is Cronbach Alpha 0.879. The results show that the respondents have low self-regulated learning ability (mean = 2.78 / St.Dev. 0.289 on a scale of 5) and the lowest components are learning responsibility and initiative. These results indicate that the learners are not quite ready to learn online caused by study habits and less supportive technology. Keywords: self-regulated learning; online learning; readiness for self-regulated learning PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 147 Kemandirian Belajar Peserta... PENDAHULUAN Kemandirian belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kemandirian belajar diperlukan bagi setiap remaja, baik peserta didik dan mahaasiswa, agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan dirinya, selain itu untuk dapat mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri (Tahar & Enceng, 2006). Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki oleh setiap peserta didik, karena sikap tersebut merupakan ciri dari kedewasaan seseorang yang terpelajar. Menurut Hapsari, Sismiati, & Herdi (2013) tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis di masa mendatang. Kondisi tersebut terjadi karena menjadi mandiri merupakan salah satu tugas perkembangan utamanya bagi remaja. Tuntutan menjadi mandiri agar dapat menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya tidak mudah bagi remaja, untuk dapat mandiri membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan agar dapat mencapai kemandirian atas diri sendiri. Kemandirian belajar menurut Hadi & Farida (2012) adalah aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong kemampuan sendiri, pilihan sendiri dan bertanggungjawab sendiri dalam belajar. Remaja dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan kepada orang lain. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Fenomena yang banyak terjadi di kalangan remaja, baik peserta didik dan mahasiswa adalah mereka belum mampu mandiri dalam belajar hal ini dikarenakan oleh beberapa kebiasaan negatif, seperti belajar hanya saat menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal ujian. Menurut Pratiwi & Laksmiwati (2016), adanya fenomena tersebut menimbulkan gangguan mental yang akan berlanjut ketika memasuki pendidikan lanjutan. Kemandirian belajar sendiri sangatlah diperlukan dalam sistem pendidikan tinggi, karena akan membantu individu untuk belajar dengan aktif. Menurut Huda, Mulyono, Rosyida, & Wardono (2019), kemandirian belajar yang dipadukan dengan keaktifan peserta didik untuk menunjang proses pembelajaran sangatlah bergantung pada kondisi saat ini. Perkembangan zaman menuntut setiap individu 148 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 untuk mampu berkembang mengikuti perubahan, salah satu bidang yang mendapatkan dampak yaitu bidang pendidikan, terlebih perkembangan teknologi didukung oleh fenomena bahwa peserta didik lebih dekat dengan smartphone dibandingkan dengan media belajar seperti buku teks pelajaran atau sejenisnya. Hal tersebut didukung oleh hasil survei yang dilakukan Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama PUSKAKOM UI tahun 2014 (APJII, 2016) menunjukkan bahwa 88,1 juta masyarakat Indonesia aktif menggunakan jasa internet. Hal yang menarik dari rilis survei ini adalah pengguna usia 1825 tahun yang terbanyak menggunakan jasa internet. Melihat proses pembelajaran melalui teknologi secara daring, hal tersebut sesuai dengan prinsip pembelajaran yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses di antaranya pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah proses pembelajaran yang terpaksa untuk dilakukan di rumah, sejak adanya pandemi yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Keputusan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang proses belajar mengajar dilakukan secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 (lldikti5.ristekdikti.go.id) menjadi alternatif pilihan agar pembelajaran tetap berjalan dengan cara daring. Pembelajaran e-learning merupakan perubahan kegiatan pembelajaran, yang mana bagi pelajar memberikan suasana yang berbeda dari biasanya, sehingga menghindarkan kesan membosankan didalam kelas dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komputer (Yanti & Surya, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2010) model pembelajaran self directed learning dapat meningkatkan kemandirian belajar. Model self directed yang dapat disamakan dengan belajar secara online atau jarak jauh dapat memungkinkan seseorang dalam merencanakan pembelajaran sendiri, menentukan aktivitas belajarnya, dan kebebasan belajar untuk mencapai hasil belajar secara optimal. Individu tersebut dapat memiliki inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Melalui adanya fenomena pandemi COVID 19 peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kemandirian belajar pada remaja yang belajar daring Kemandirian Belajar Peserta... Kemandirian belajar merupakan aktivitas belajar yang dilakukan oleh individu dengan kebebasannya tanpa bergantung pada bantuan orang lain sebagai suatu peningkatan dalam hal pengetahuan, keterampilan, atau pengembangan prestasi, yang meliputi; menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang diperlukan. Dengan kebebasan tersebut, individu memiliki kemampuan dalam mengelola cara belajar, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dan terampil memanfaatkan sumber belajar. Kemandirian belajar juga berguna untuk individu dapat mengatasi suatu masalah yang dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Gibbons dalam Syartissaputri, Setiyowati, & Siwabessy, 2014; Tahat & Enceng, 2016; Wedermeyer dalam Rijal & Bachtiar, 2015; Mulyaningsih, 2014). Sedangkan menurut Astuti (2016) berpendapat bahwa maksud dari kemandirian belajar bukanlah belajar secara individual, melainkan proses belajar yang menuntut kemandirian seorang siswa untuk belajar. Struktur Kemandirian Belajar Kemandirian belajar merupakan hal yang sangat penting dan perlu dikembangkan dalam diri siswa sebagai peserta didik. Jika disesuaikan berdasarkan definisi mandiri, ketika siswa mampu mandiri dalam belajar, siswa akan berusaha secara optimal untuk menyelesaikan latihan atau tugastugas yang diberikan oleh guru tanpa bergantung kepada orang lain, siswa akan berusaha untuk mengerjakannya sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Martinis Yamin dalam Al Fatihah (2016), mengatakan tentang pentingnya kemandirian, bahwa kemandirian belajar yang diterapkan oleh siswa membawa perubahan yang positif terhadap intelektualitas. Melihat pentingnya kemandirian belajar bagi diri siswa, pengembangan keterampilan belajar menjadi salah satu aspek yang harus dikembangkan. Menurut Syartissaputri, Setiyowati, & Siwabessy (2014), pengembangan keterampilan sebagai proses yang akan mengarahkan pada kegiatan yang produktif bagi peserta didik. Dilihat dari perkembangan peserta didik saat ini teknologi bukanlah hal yang sulit mereka pahami, karena sudah menjadi pengetahuan yang mereka dapatkan secara otodidak. Keterampilan peserta didik dalam pembelajaran daring sudah bisa dilakukan dengan sendiri, mereka bisa mengoperasikan teknologi bahkan penggunaan internet sering mereka lakukan untuk belajar, salah satunya banyak peserta didik yang saat ini menggunakan aplikasi belajar daring seperti Ruang Guru. Kemandirian belajar memiliki ciri-ciri yang terjadi pada diri setiap siswa yang dapat diamati dengan perubahan sikap yang muncul melalui pola tingkah laku. Menurut Hiemstra dalam Pratiwi dan Laksmiwati (2016) ciri-ciri pelajar yang memiliki kemandirian belajar antara lain mempunyai tanggungjawab, memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya serta dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk belajar. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, kemandirian belajar ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku, maka anak memiliki peningkatan dalam berpikir, belajar untuk bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain dan mampu bertanggung jawab untuk dapat mengerjakan tugas-tugas rumah (PR) tanpa harus melibatkan orang lain, seperti harus diigatkan oleh orangtua, dikerjakan oleh orangtua, atau melihat pekerjaan temannya. Mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain mengenai proses belajarnya. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Thoha dalam Sundayana (2016) mengemukakan terdapat delapan ciri kemandirian belajar, yaitu: 1) mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif; 2) tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain; 3) tidak lari atau menghindari masalah; 4) memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam; 5) apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain; 6) tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain; 7) berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan; serta 8) bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Pembelajaran Daring Belajar bukan hanya aktivitas yang bisa dilakukan secara tatap muka, namun semakin berkembangnya jaman, aktivitas belajar bisa dilakukan melalui sistem jarak jauh, yang biasa disebut sebagai belajar daring atau daring belajar online adalah sistem pembelajaran jarak jauh yang menggunakan media jaringan komputer atau gawai dan akses internet (Winarno & Setiawan , 2013). Belajar daring dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh komponen-komponen pembentuknya. Beberapa komponen tersebut yaitu (Winarno & Setiawan , 2013); (1) infrastuktur e-learning, dapat berupa perangkat komputer atau gawai yang dimiliki, jaringan internet, PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 149 Kemandirian Belajar Peserta... dan perlengkapan teleconference; (2) sistem dan aplikasi e-learning, meliputi sistem perangkat lunak yang digunakan seperti manajemen kelas, materi, forum diskusi, dan sistem penialian; dan (3) konten e-learning, meliputi bahan ajar berbentuk multimedia atau berbentuk teks. Belajar daring memiliki fokus pandangan yang lebih luas tentang pembelajaran melebihi paradigma pembelajaran tradisional. Belajar daring memiliki fleksibilitas dalam pengolahannya, meskipun terbatas dengan kemampuan dari keberadaan jaringan internet itu sendiri (Aminoto & Pathoni, 2014). Metode penyampaian belajar daring dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) synchrounous e-learning, dimana guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda; (2) asynchronous e-learning, dimana guru dan siswa dalam kelas yang sama (virtual) meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda (Ratnasari, 2012). Penelitian tentang kemandirian belajar pada siswa yang belajar daring, memiliki relevansi dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartley (2001) virtual class pada e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain”. Aktivitas yang dilakukan dosen dalah pembelajaran melalui virtual class yaitu: 1) pembukaan kelas, di sini dosen memberikan instruksi kepada mahasiswa untuk melakukan absen; 2) penutupan kelas; 3) presentasi dengan video streaming; 4) upload dan download materi perkuliahan yang akan diberikan; 5) membuat soal ujian, model soal diserahkan sepenuhnya kepada dosen pengajar; 6) memeriksa jumlah mahasiswa yang hadir atau mengikuti virtual class ini; 7) memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa dengan menggunakan mikrofon atau lewat chatting; 8) Memberikan tugas yang menunjang materi yang dibawakan; 9) Diskusi melalui forum (optional). Sedangkan aktivitas yang dilakukan mahasiswa yaitu: 1) absen secara online menggunakan web yang disediakan; 2) evaluasi dalam bentuk online; 3) berinteraksi dengan dosen secara audio visual dan atau menggunakan fasilitas chatting; 4) diskusi melalui forum (optional). Aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembelajaran dengan virtual class memungkinkan mahasiswa untuk terbiasa mandiri dalam mengikuti tahapan aktivitas pembelajaran. Kemandirian belajar merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan mahasiswa dalam 150 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 proses perkuliahan. Mahasiswa dituntut mampu bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 27 Mei 2020 sampai 3 Juni 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang memiliki rentang usia 15 sampai dengan 21 tahun mereka berdomisili di DKI Jakarta. Pemilihan sample menggunakan teknik snowball sampling. Peneliti menghubungi guru Bimbingan dan Konseling di beberapa sekolah (SMA dan SMK) untuk meminta para siswanya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian. Guru menghubungi salah satu siswa, kemudian siswa tersebut mengajak teman untuk bersedia dan terus dilanjutkan. Selain itu juga menghubungi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta untuk bersedia mencarikan partisipan yang bersedia terlibat dalam penelitian. Selama durasi waktu tersebut, diperoleh jumlah total partisipan adalah 579 orang. Tabel 1. Profil Partisipan Penelitian Kategori Jumlah % Laki-laki 259 45% Perempuan 320 55% SMA 270 47% SMK 232 40% Universitas 77 13% Jumlah 579 Jenis kelamin Jenis pendidikan Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen kemandirian belajar yang dikembangkan oleh Hidayati dan Listyani (2010). Instrumen ini terdiri dari 19 butir yang masuk ke dalam 6 indikator. Menggunakan skala likert dengan lima alternative jawaban, yaitu (5 = sangat Setuju/SS), (4 = Setuju/S ), (3 = Netral/N), (2 = Tidak Setuju/ TS), dan (1 = Sangat Tidak Setuju/STS). Jenis pernyataan dalam instrument ini adalah pernyataan positif dan negatif. Kemandirian Belajar Peserta... Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar No Nomor item Indikator Jumlah 1 Ketidaktergantungan 1(1), 4 (-), 6 terhadap orang lain (+), 16 (+) 4 2 Memiliki kepercayaan 8 (+), 10 (-), diri 17 (+), 3 3 Berperilaku disiplin 11(+), 12 (-), 18 (+) 3 4 Memiliki rasa tanggu- 7 (+), 13 (-), ng jawab 14 (+) 3 Gambar 1. Grafik skor rerata kemandirian 5 Berperilaku berdasar- 2 (+), 3 (+), kan inisiatif sendiri 5 (-) 3 6 Melakukan kontrol 9 (+), 15 (-), diri 19 (+) 3 Keterangan gambar: 1. Ketidaktergantungan terhadap orang lain, 2. Memiliki kepercayaan diri, 3. Berperilaku disiplin, 4. Memiliki rasa tanggung jawab, 5. Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, 6. Melakukan kontrol diri Jumlah Butir 19 Sebelum digunakan, instrumen diujikan ulang dengan menghitung hasil uji korelasi item-total correlation, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Uji hasil penghitungan menunjukkan bahwa 19 butir pernyataan dalam instrumen kemandirian belajar semua valid. Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach skor 0,879. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Deskriptif Berdasarkan setiap pernyataan dalam kuesioner, keseluruhan responden menunjukkan kemandirian belajar daring adalah sebagai berikut: Tabel 3. Pernyataan Kuesioner No Indikator Skor Rerata Standar Deviasi Skala 1 Ketidaktergantungan terhadap 3.23 orang lain 0.678 1-5 2 Memiliki keper2.55 cayaan diri 0.219 1-5 3 Berperilaku di3.88 siplin 0.255 1-5 4 Memiliki rasa 1.94 tanggung jawab 0.163 1-5 5 Berperilaku berdasarkan inisiatif 2.32 sendiri 0.120 1-5 6 Melakukan kon2.74 trol diri 0.3111 1-5 Total 0.289 1-5 2.78 Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa skor rerata dari kemandirian belajar seluruh partisipan adalah 2.78, dengan St.Dev 0.289 dalam skala 1-5, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian siswa/mahasiswa untuk belajar daring cenderung rendah. Apabila dirinci per indikator terlihat bahwa indikator 1, yaitu ketidaktergantungan terhadap orang lain memiliki skor rerata sebesar 3.23 dengan St.Dev sebesar 0.678, dalam skala 5, hasil ini menunjukkan bahwa tingkat ketidaktergantungan kepada orang lain dalam belajar agak tinggi, karena mereka umumnya tidak terlalu tergantung kepada pihak lain. Untuk indikator ke dua : memiliki kepercayaan diri, responden umumnya berada pada tahap sedang dengan skor rerata 2.55 dan St.Dev 0.219 dalam skala 5 skor ini menunjukkan posisi sedang artinya mereka cukup percaya diri untuk dapat belajar secara daring. Skor rerata terendah dalam semua indikator adalah indikator ke empat yaitu memiliki rasa tanggung jawab, skor rerata adalah 1.94 dengan St.Dev 0.163. Hal ini menunjukkan bahwa siswa/mahasiswa umumnya belum cukup memiliki tanggung jawab akan pentingnya belajar selama COVID 19, walaupun demikian skor untuk indikator berperilaku disiplin adalah yang tertinggi, yaitu 3.88, dengan St. Dev 0.255. Skor ini seperti kontradiktif padahal sesungguhnya perilaku disiplin mereka karena ketakutan apabila tidak mendapatkan hasil yang baik apabila tidak mengikuti belajar daring bukan karena tanggung jawab untuk belajar. Hal ini dapat terlihat pada indikator ke 5 yang menunjukkan bahwa berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri masih relatif rendah juga, karena hanya memiliki skor rerata 2.32, serta indikator keenam melakukan kontrol diri yang juga memiliki skor cukup saja, yaitu 2.74. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 151 Kemandirian Belajar Peserta... Pembahasan Wabah COVID-19 telah memaksa kegiatan belajar dilakukan secara daring. Menurut Purwanto, dkk. (2020) seluruh jenjang pendidikan dari sekolah dasar/ibtidaiyah sampai perguruan tinggi (universitas) baik yang berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada dibawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena pelajar, siswa dan mahasiswa “dipaksa” belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka ditiadakan. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa siswa/mahasiswa memiliki tingkat kemandirain belajar yang agak rendah. Penyebabnya adalah tidak semua pelajar, siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui daring Purwanto, et al. (2020). Selain itu ditambah lagi guru dan dosen masih banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media sosial terutama di berbagai daerah, ini bisa menjadi salah satu alasan rendahnya pembelajaran daring. Para siswa belum memiliki budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan melalui tatap muka, di Indonesia penggunaan e-learning ini masih termasuk lamban berbeda dengan negara-negara maju diluar yang sudah menggunakan e-learning pada tahap yang lebih maju. Menurut Firman dan Rahman (2020), daerahdaerah yang tidak memiliki konektivitas jaringan internet yang baik, pembelajaran online menunjukkan kecenderungan yang berbeda, wilayah yang tidak dijangkau jaringan internet seseorang harus menuju area-area tertentu. Adanya Covid-19 memaksa peserta didik dan mahasiswa untuk belajar dengan jarak jauh menggunakan teknologi, hal tersebut tentunya membawa perubahan dari pembelajaran tatap muka biasanya. Menurut Anhusadar (2020) melalui pembelajaran tatap muka, peserta didik bisa bertemu langsung dengan pendidik. Oleh karena itu, interaksi sosial bisa tetap terjadi di dalam kelas di mana peserta didik memang masih perlu panduan dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran tatap muka, peserta didik bisa berinteraksi dengan pendidik maupun teman mereka sehingga peserta didik akan secara langsung memperoleh feedback dari hasil pembelajaran. Sisi positif dari belajar daring adalah menumbuhkan kemandirian belajar (Firman dan Rahman, 2020), belajar tanpa bimbingan langsung dari pendidik membuat peserta didik secara mandiri mencari informasi mengenai materi dan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Ini akan membutuhkan 152 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 keterlibatan peserta didik yang lebih besar untuk meningkatkan perilaku belajar observasional. Perilaku tersebut dapat dilakukan dengan membaca, memaknai postingan diskusi dan mendiskusikan video atau konten pembelajaran (Herliandry, Nurhasanah, Suban, dan Kuswanto (2020). Melalui pembelajaran online remaja dapat dengan bebas mengatur trategi belajarnya sendiri, penelitian yang dilakukan oleh Firman dan Rahman (2020), menunjukkan mahasiswa tidak tertekan oleh waktu dalam pembelajaran online karena mereka dapat mengatur sendiri jadwal dan tempat dimana mereka ingin mengikuti perkuliahan. pembelajaran online memungkinkan akses informasi dan pengetahuan di rumah dan di manapun yang disesuaikan dengan kenyamanan peserta didik. Herliandry, Nurhasanah, Suban, dan Kuswanto (2020) Selain itu pembelajaran secara online menghilangkan perasaan canggung sehingga dapat mengekpresikan fikirannya dan bertanya secara bebas. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah responden yang dipilih secara snowball memiliki tingkat keterwakilan yang rendah, sehingga tidak dapat dilakukan generalisasi atas temuan yang diungkapkan.Namun demikian penelitian ini memberikan gambaran mengenai kondisi yang dialami oleh sebagian siswa/mahasiswa yang mengikuti pembelajaran daring. PENUTUP Pelaksanaan belajar daring yang diberlakukan dalam praktk Pendidikan sebagai dampak dari pandemi Covid-19, ternyata belum cukup dapat dilaksanakan dengan baik, karena dari sisi pembelajar (siswa/mahasiswa) belum memiliki kemandirian dalam tingkat yang cukup tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa/mahasiswa masih cukup memiliki kepercayaan diri dan tanggung jawab untuk belajar secara daring. Kebiasaan belajar secara luring dimana siswa/mahasiswa memiliki kontak langsung membuat mereka belum dapat diganti secara daring, karena siswa harus memiliki kesiapan sendiri dan disiplin diri (self discipline) dalam melaksanakan pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Al Fatihah, M. (2016). Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN Panularan Surakarta, At-Tarbawi, 1, (2), 197-208. DOI: 10.22515/attarbawi.v1i2.200 Aminoto, T., & Pathoni, H. (2014). Penerapan media e-learning berbasis schoology untuk Kemandirian Belajar Peserta... meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi usaha dan energi di kelas XI SMA N 10 kota Jambi. Jurnal sainmatika, 8 (1), 1329. Diakses melalui https://www.neliti. com/id/publications/221167/penerapanmedia-e-learning-berbasis-schoology-untukmeningkatkan-aktivitas-dan-h Anhusadar, L. O. (2020). Persepsi Mahasiswa PIAUD terhadap Kuliah Online di Masa Pandemi. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, 3 (1), 44-58. DOI: 10.24014/ kjiece.v3i1.9609 Astuti, E. P. (2016). Kemandirian belajar matematika siswa SMP di kecamatan Prembun. Jurnal pendidikan surya edukasi, 2(2), 65-75. DOI: 10.37729/jpse.v2i2.3464 Firman, & Rahman, S. R. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81-89. DOI: 10.31605/ijes.v2i2.659 Hadi, S., & Farida, F. (2012). Pengaruh minat kemandirian dan sumber belajar terhadap pretasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Ungaran. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, 7(1), 8-13. DOI: 10.15294/dp.v7i1.4913 Hapsari, A. S., Sismiati, A., & Herdi. (2013). Profil kemandirian remaja (survey di SMA Negari 39 jakarta siswa kelas XI tahun ajaran 2012/2013). Insight : Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2(1), 1-7. DOI: 10.21009/INSIGHT.021.01 Hartley, D. E. (2001). Selling E-Learning, American Society for Training and Development. Herliandry, L. D., Nurhasanah, Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65-70. DOI: 10.21009/jtp.v22i1.15286 Hidayati, K & Listyani, E (2010) Pengembangan instrumen kemandirian belajar mahasiswa. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 14(1) 84-99 . DOI: 10.21831/pep.v14i1.1977 Huda, M. N., Mulyono, M., Rosyida, I., & Wardono, W. (2019). Kemandirian belajar berbantuan mobile learning. PRISMA : Prosiding seminar nasional matematika, 798-806. Retrieved from https:// journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ article/view/29270 Mulyaningsih, I. E. (2014). Pengaruh interaksi sosial keluarga, motivasi belajar, dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar. Jurnal Pendidikan dan kebudayaan, 20(4), 441-451. DOI: 10.24832/jpnk.v20i4.156 Pratiwi, I. D., & Laksmiwati, H. (2016). Kepercayaan diri dan kemandirian belajar pada siswa SMA Negeri X. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 7 (1), 43-49. DOI: 10.26740/jptt.v7n1.p43-49 Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C., Wijayanti, L., Putri, R., & santoso, priyono. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-12. Retrieved from https://ummaspul.e-journal. id/Edupsycouns/article/view/397 Rachmawati, D. O. (2010). Penerapan model self directed learning untuk meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 43(3), 177-184. DOI: 10.23887/jppundiksha.v43i3.121 Ratnasari, A. (2012). Studi pengaruh penerapan e-learning terhadap keaktifan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar studi kasus universitas mercu buana jakarta. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Diakses melalui https:// journal.uii.ac.id/Snati/article/view/2930/2696 Rijal, S., & Bachtiar, S. (2015). Hubungan antara sikap, kemandirian belajar, dan gata belajar dengan hasil belajar kognitif siswa. Jurnal Bioedukatika, 3(2), 15-20. DOI: 10.26555/bioedukatika.v3i2.4149 Sundayana, R. (2016). Kaitan antara gaya belajar, kemandirian belajar, dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP dalam pelajaran matematika. Jurnal pendidikan matematika STKIP Garut, 5(2), 75-84. DOI: 10.31980/mosharafa. v5i2.262 Syartissaputri, N. P., Setiyowati, E., & Siwabessy, L. (2014). Hubungan antara manajemen waktu sengan kemandirian belajar siswa kelas X SMA negeri 56 Jakarta. INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(1), 88-94. DOI: 10.21009/ INSIGHT.031.15 Tahar, I., & Enceng. (2006). Hubungan kemandirian belajar dan hasil belajar pada pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 7(2), 91-101. Winarno, W., & Setiawan, J. (2013). Penerapan Sistem E-Learning pada Komunitas Pendidikan Sekolah Rumah (Home Schooling). Ultima InfoSys : Jurnal Ilmu Sistem Informasi, 4(1), 45-51. DOI:10.31937/si.v4i1.241 Yanti, S., & Surya, E. (2017). Kemandirian belajar dalam memaksimalkan kualitas pembelajaran. Diakses dari https://www.researchgate.net/ publication/321833928. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020 153 Kemandirian Belajar Peserta... 154 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 34 No. 2 Oktober 2020