Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Tugas Psikologi Gender

Tugas Psikologi Gender Muhammad Iqram 097104048 Psikoanalisa Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Menurut Freud kondisi biologis seseorang adalah masalah takdir yang tidak dapat dirubah. Diantara sekian banyak perkataan Freud yang sering dikutip, ada beberapa pernyataannya yang dapat membantu untuk menjelaskan implikasi psikoanalisis terhadap persoalan identitas sosial. Pada satu sisi, Freud menyatakan bahwa “anatomi adalah takdir”, namun di sisi lain Freud mendeskripsikan seksualitas manusia mengalami berbagai bentuk distorsi yang berarti ada kemungkinan untuk memiliki berbagai bentuk. Anatomi diartikan sebagai takdir bukan karena adanya determinasi genetis melainkan karena perbedaan badaniyah yang merupakan penanda bagi diferensiasi seksual dan sosial. Psikoanalisis Phallosentris Bagi beberapa orang kritikus, sentralitas phallus pada argumen lacan menempatkan perempuan sebagai pelengkap. Oleh karena itu dalam psikoanalisis kaum perempuan akan berada pada posisi sekunder dan ketika akan memasuki dunia yang lebih luas, kaum perempuan akan terikat dengan kaum laki-laki. Pendapat ini banyak menuai kritikan dari kaum feminis. Dalam mengembangkan teorinya, pendekatan feminis tidak menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena pertimbangan berikut: 1. Pendekatan positivis menekankan penemuan kebenaran universal dengan metode verifikasi. 2. Komitmenya pada objektivitas dan netralitas peneliti 3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prisip kausalitas. 4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris. 5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai media untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran, konsep-konsep dan teori-teori. Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang terdapat dalam teori sosiologi feminis: 1.Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori 2.Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai masalah 3.Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai alamiah dan kekal 4.Kreteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk menentang, meniadakan atau mengubah status quo yang merugikan atau merendahkan derajat perempuan. Peran Sosial Teori peranan berkaitan dengan teori stuktural fungsional dalam sosiologi. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Teori ini menganggap bahwa orang menduduki posisi dalam struktur sosial dan setiap posisi memiliki peranan. Peranan adalah sekumpulan harapan atau perilaku yang berhubungan dengan posisi dalam struktur sosial, dan gagasan ini menyatakan peranan selalu dipertimbangkan dalam konteks relasi karena hanya dalam relasi peranan dapat dikenali. Dalam teori peran juga disebutkan bahwa apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Telah disebutkan diatas bahwa teori peran berkaitan dengan teori struktural fungsional. Teori struktural fungsional menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi kesepakatan. Contohnya adalah dalam keluarga, suami isteri atau perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi masalah antara keduanya, maka masing-masing akan cepat menyesuaikan diri untuk mencapai keseimbangan kembali sesuai dengan komitmen yanng telah dibuat. Dalam kehidupan bermasyarakat, yang normal harus berfungsi dan berstruktur secara normal, sehingga akan menghasilkan harmoni dalam kehidupan. Sumber: Brooks, A. 1997. Posfeminisme & Cultural Studies: Sebuah Pengantar Komprehensif. Bandung: Jalasutra Barker, C. 2009. Cultural Studies. (Nurhadi, Terj). Bantul: Kreasi Wacana