Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PERAN PANCASILA DALAM MENGHADAPI SIPAT RADHIKALISME PADA GENERASI MILENIAL Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKN Disusun Oleh: Santi A2.1900167 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Management Informatika dan Komputer 2019 PERAN PANCASILA DALAM MENGHADAPI SIPAT RADHIKALISME PADA GENERASI MILENIAL Santi A2.1900167 Unit Mata Kuliah Umum, Pendidikan dan Kewarganegaraan Program Studi Teknik Informatika, STMIK Jl.Angkrek Situ No.19 Kec. Sumedang Utara, Kab. Sumedang Email: santi31sulistiawati@gmail.com ABSTRAK Radikalisme merupakan sikap yang baik namun tak sedikit warga salah paham dan salah dalam menjalankan radikalisme ini. Bahkan banyak pula masyarakat yang memiliki sifat radikalisme berubah drastis menjadi seorang Teroris dengan sikap terorisme nya. Hal ini dapat tumbuh karena kesalahpahaman dari arti sebenarnya apa itu radikalisme dan juga mereka terbawa oleh hasutan bangasa lain. Penelitian dengan judul “Peran Pancasila Dalam Menghadapi Sipat Radhikalisme Pada Generasi Milenial”, memiliki rumusan masalah bagaimana peran generasi milenial untuk dapat memiliki paham radikalisme berdasarkan pancasila. Tujuan penelitian ini untuk menjadikan para generasi milenial memiliki sikap radikalisme yang dibutuhkan negara Indonesia ini berdasarkan pada pancasila. Penelitian ini menggunakan metode Ekspos Facto dan Deskriptif bersumber pada sebuah peristiwa yang terjadi atau berlangsung saat ini hingga kita sebagai peneliti dapat melihat sebab dan akibat dari sikap radikalisme yang terjadi saat ini. 1 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial Bedasarkan dengan analisis yang dilakukan, di perokeh sebuah kesimpulan bahwa radikalisme merupakan sikap positif yang bias di lakukan oleh generasi milenial untuk memajukan negara kesatuan republic Indonesia.radikalisme merupakan sikap dimana seseorang memiliki gagasan tersendiri untuk melakukan perubahan pada sistem social dan politik dengan menggunakan cara cara kekerasan dan ekstrem. Kelompok radikalisme biasanya dalam menginginkan sebuah perubahan dengan tempo yang singkat dan drastic. Radikalisme ini sering sekali dikaitkan dengan terorisme karena mereka akan melakukan cara apapun supaya tujuannya itu dapat tercapai meski harus dengan cara meneror. Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal. 1) intoleran (tidak mau menghargai pendapat &keyakinan orang lain), 2) fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah), 3) eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya) dan 4) revolusioner (cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan). Keywords: Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial 2 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial PENDAHULUAN 1. Ideologi Pancasila Di zaman yang penuh dengan persaingan ini, makna dan nilai-nilai Pancasila harus tetap diamalkan dalam kehidupan kita, agar keberadaannya tidak hanya dijadikan sebagai simbol semata. Pancasila dalam sejarah perumusannya melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4. Pancasila diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi kehidupan manusia, baik itu dalam lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga dalam berprilaku dan bersosialisasi antar sesama manusia, baik dalam kenidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus dilandasi oleh Pancasila yang dijadikan landasan dalam berprilaku. Pancasila juga dijadikan sebagai pedoman dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lainnya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukan diharapkan tidak melenceng dari aturan yang telah ditetapkan sesuai dengan Pancasila. Dengan demikian, apa yang diharapkan dan dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dapat terlaksana dengan baik. Harapan bangsa Indonesia kedepannya supaya dapat melahirkan melahirkan dan mengembangkan gagasan, konsep-konsep dan bahkan teori-teori baru dalam berbagai bidang kehidupannya yang bersumber dari ideologi dan konstitusi bersama, serta pada waktu yang sama berhasil pula menguatkan relevansinya dengan realita perkembangan masyarakat dan tuntutan perubahan zaman. Perjalanan sejarah Pancasila sebagai Ideologi sering diterpa banyak sekali peristiwa salah satu sejarah yang kelam terjadi dalam Gerakan 30 S 1965 yang dianggap sebagai pembuktian bahwa Pancasila tidak mudah untuk hilang di negeri Indonesia, sehingga pada tanggal 1 Oktober di peringati sebagai hari kesaktian Pancasila. Selain dari peristiwa itu pada masa reformasi Pancasila dianggap sebuah alat politik yang digunakan pada masa orde baru sehingga pada masa reformasi kata Pancasila dianggap sebagai alat kekuasaan. Tetapi lambat laun peristiwaperistiwa yang telah dilalui dalam catatan sejarah bangsa Indonesia ditepis dengan mantap oleh Ideologi Pancasila dengan ditandainya Ideologi Pancasila tetap bertahan sebagai satu-satunya ideologi yang 3 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial digunakan oleh Negara Indonesia.Ideologi Pancasila merupakan ideologi terbuka sehingga ideologi Pancasila sangat terbuka, dinamis, serta dapat menyesuaikan perkembangan zaman yang terjadi di dalam maupun di luar negeri, baik dari segi perubahan sosial maupun dalam bentuk perubahan atau dikenal dengan revolusi . 2. Radhikalisme Isu radikalisme saat ini tengah ramai dibicarakan di Indonesia. Istilah radikalisme ini pertama kali muncul ketika terjadinya kasus bom Bali 1, bom Bali 2, bom malam natal, bom Kuningan, bom kampung melayu, dan kasus-kasus bom panci. Para pelakunya disebut sebagai teroris, dan diidentikkan dengan agama Islam, pada kalau fai pada setiap agama atau organisasi apa pun ada kelompok atau aliran garis keras. Isu radikalisme semakin menjadi perhatian setelah munculnya ISIS, dan faktanya memang ada WNI yang bergabung dengan ISIS. Konflik antara ISIS dan pemerintah di Marawi Philipina juga diwaspadai merembet ke Indonesia. Bahrun Naim yang disinyalir pentolan ISIS di Asia Tenggara menjadi tokoh yang paling dicari karena disinyalir sebagai tokoh yang berada dibalik aksi bom bunuh diri di beberapa tempat baru-baru ini. Lalu pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 yang tentang Pembubaran Ormas dimana ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibubarkan karena dinilai anti Pancasila. HTI pun melawan dengan mengajukan judicial reviewke Mahkamah Konstitusi (MK). Di kalangan masyarakat pun muncul pro dan kontra Perppu pembubaran ormas tersebut. Pihak yang pro mengatakan bahwa memang pemerintah wajib melindungi Pancasila sebagai ideologi bangsa, dan pembubaran ormas anti Pancasila dinilai sebagai langkah yang tepat, sedangkan pihak yang kontra mengatakan bahwa Perppu pembubaran ormas jadi senjata pemerintah untuk membubarkan ormas yang bertentangan dengan pemerintah. Hal ini tentunya melanggar HAM, karena pada dasarnya setiap orang berhak berserikat dan berkumpul. Politisi yang korup, aparat hukum yang memperjualbelikan hukum, pemimpin yang otoriter, tiran, dzalim, berbuat tidak adil, dan menjual aset negara, serta melindungi kepentingan asing. Hal itu pun dapat dikatakan sebagai anti Pancasila dan dapat dikatakan sebagai radikalisme Pancasila. Oleh karena itu, jangan sampai membubarkan ormas yang dinilai anti Pancasila sementara di sisi lain terjadi radikalisme Pancasila. 4 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial Ketua MK Arief Hidayat mengatakan bahwa Pancasila final bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah kristalisasi jiwa dan karakter bangsa. Pancasila digali dari nilai-nilai luhur dan budaya bangsa. Soekarno menyampaikan bahwa Pancasila falsafah bangsa, dasar negara, dan ideologi bangsa. Pancasila terdapat pada alinea IV pembukaan UUD 1945 yang telah disepakati tidak akan diamandemen, karena mengubah pembukaan UUD 1945 sama dengan mengubah fondasi negara. Walau Pancasila sebagai ideologi bangsa, bukan berarti harus dianggap sakral dan terlalu dikultuskan. Pancasila harus menjadi ideologi terbuka, dalam artian terbuka juga untuk dikritisi dalam konteks pengamalannya, karena yang saat ini menjadi masalah bukan pada nilai-nilai Pancasilanya, tetapi pada sikap dan perilaku pemimpin dan warga secara umum yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. 3. Generasi Milenial Istilah generasi millennial memang sedang akrab terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. Awal 2016 Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan konsumen. Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi millennial. Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Sebab, pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul. Sepanjang tahun ini, beberapa prediksi yang disampaikan Ericsson berhasil terbukti. Salah satunya, perilaku Streaming Native yang kini kian populer. Jumlah remaja yang 5 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial mengonsumsi layanan streaming video kian tak terbendung. Ericsson mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh persen remaja berusia 16 - 19 tahun yang menonton video melalui Youtube. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun kemudian menjadi 20 persen. Waktu yang dialokasikan untuk menonton streaming juga meningkat tiga kali lipat. Fakta tersebut membuktikan, perilaku generasi millennial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video secara daring. Teknologi juga membuat para generasi internet tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat. Tren tersebut sudah terbukti disepanjang 2016 melalui beberapa peristiwa penting, seperti aksi teror bom. Masyarakat benar-benar mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi terkini dari sebuah peristiwa. 6 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitan Penelitan ini menggunakan library riset (Studi Kepustakaan). Penelitan ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif, dengan cara mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan, membaca dan mencatat serta menganalisis segala sesuatu yang bersesuaian dengan tema yang akan diangkat yaitu “peran pancasila dalam menghadapi sipat radhikalisme” . Keseluruhan data harus sesuai dengan tema penelitian yang sudah ditentukan sehingga ketika sudah terkumpul akan dilakukan sebuah analisis data, sehingga menghasilkan sebuah penelitan yang diharapkan oleh peneliti. Tahapan penelitian yang akan dilalui yaitu (1) Mengumpulkan bahan penelitian, (2) membaca bahan kepustakaan, (3) Membuat catatan penelitian, dan (4) Mengolah catatan penelitian, serta (5) menyimpulkan bahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan dokumentasi, sebab dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah berlaku yang bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya yang monumental dari seseorang. Dengan terkumpulnya semua dokumentasi akan dilakukan sebuah pengkajian sesuai dengan tema yang diterapkan sehingga menghasilkan sebuah analisis data yang sesuai dengan tema peneliti bahas. 3. Teknik Analisis Data Adapaun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) teknik analisis konten; mengambil inti dari suatu gagasan atau informasi sehingga ditarik sebuah kesimpulan yang sesuai dengan tema penelitian, (2) analisis induktif; untuk mengorganisir hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis pengalaman yang telah dimiliki dengan kesesuaian tema yang telah dibahas, dan (3) deskriptif analitik; metode ini dengan cara menguraikan sekaligus dengan menganalisis data yang telah ditemukan sehingga dapat menjawab masalah yang akan dibahas yaitu Peran Pancasila Dalam Menghadapi Sipat Radhikalisme Pada Generasi Milenial. 7 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial HASIL/PEMBAHASAN Ideologi Pancasila seharusnya menjadi sebuah garis pandangan bagi setiap warganegaranya menghadapi fenomena yang terjadi baik dari luar maupun dalam negeri. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia merupakan seperangkat nilai yang menjadi pandangan hidup (way of life) bagi negara Indonesia. Kondisi ini menjadikan bahwa fondasi bernegara dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara harus berlandaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Pengumpulan suara para pendiri negara mendapatkan sesuatu dari sebuah paham kebangsaan yang terbentuk dari kesamaan nasib, sepenanggungan, dan sejarah serta adanya cita-cita bersama untuk menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur dalam sebuah negara kesatuan. Adanya prinsip bersatu dalam perbedaan membuat Pancasila menjadi semakin kuat dan layak sebagai sebuah ideologi bagi negara Indonesia yang khas dengan keanekaragamannya. Konsep persatuan yang ideal dengan mengkondisikan setiap warga negara hidup berdampingan dan gotong royong tanpa menghilangkan identitas suku bangsa, adat istiadat, ras, ataupun agama. Dalam definisi tertentu, Pancasila sebenarnya Indonesia itu sendiri. Sila PertamaKetuhanan Yang Maha Esa merupakan spirit/ruh kebangsaan dimana bangsa Indonesia seluruh warganya harus memiliki agama dan di jadikanlah agama itu menjadi pegangan sebelum adanya yang lain, maka agamalah pondasi cerminan untuk yang lainnya; Sila Ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab merupakan watak, karakter, dan kepribadian bangsa. Dimana bangsa Indonesia harus memiliki rasa kemanusiaan satu sama lain, saling membantu, bersikap adil terhadap jatah dan kewajiban masing-masing dan Bersama sehingga adanya sebuah adab kebiasaan seorang manusia; Sila ke-3 Persatuan Indonesia merupakan ikatan kebangsaan, persatuan masyarakat yang menjadikan Indonesia. Dukungan dari para masyarakat yang menjadika Indonesia berdiri; Sila ke-4 Kerakyatan Permusyawaratan/Perwakilan yang Dipimpin merupakan oleh Hikmah media/wadah Kebijaksanaan dan alat dalam kebangsaan. Sekumpulan masyarakat yang mau di pinpin dan taat terhadaf sebuah aturan dapat 8 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial menjadika Indonesia berdiri kokoh, mampu menghadapi tantangan serta ujian, lindasan dari berbagai degara di dunia; dan; Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan tujuan kebangsaan. Dengan adanya sila sila yang di jalankan dengan baik akan mampu mencapai tujuan Indonesia. Mampu menjadi negara yang masyarakat nya adil dan mampu menciptakan kenyamanan, keamaanan, dan mendapatkan prestasi untuk bahan persaingan antara negara didalam dunia. Dari maksud persila dalam pancasila tersebut dapat kita simpulkan bahwa, pancasila merupakan ideologi, pandangan hidup yang harus di jadikan sebagai dasar dalam semua hal terutama dalam sikap Radhikalisme. Radhikalisme ini merupakan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau drastic. Menurut Dr. Alex P. Schmid (2013), radikalisasi adalah proses dimana Individu atau kelompok yang berubah dan memiliki kecenderungan menentang dialog dan kompromi dengan pihak yang berbeda; mereka memilih jalan konfrontasi dan konflik. Pilihan ini disertai oleh dukungan terhadap penggunaan tekanan dan strategi memaksa (coersion) dengan jalan kekerasan atau non-kekerasan, legitimasi atau dukungan terhadap berbagai bentuk kekerasan, selain terorisme, untuk mewujudkan tujuanya yang dianggap mulia, dan pada ujungnya bisa berlanjut ke level tertinggi dalam bentuk kekerasasan ekstrim atau terorisme. Proses ini biasanya diikuti oleh kecenderungan penguatan ideologi yang menjauh dari arus utama (mainstream) dan mengarah kepada titik ekstrim yang didasari oleh cara pandang dikotomis dan keyakinan bahwa kemapanan sistem yang ada tidak lagi bisa menjadi jalan bagi terjadinya perubahan yang diinginkan. Proses perubahan seseorang dari radikalis menuju ekstrimis hingga melakukan aksi teror tidak terlepas dari proses radikalisasi, sehingga mereka yang sudah teradikalisasi tidak segan menggunakan cara-cara kekerasan ekstrim untuk mewujudkan perjuangannya, termasuk aksi teror. Menurut Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, tahapan radikalisasi adalah pra-radikalisasi, identifikasi diri, indoktrinasi, dan jihadisasi. Pra-radikalisasi merupakan kehidupan sebelum terjadi radikalisasi. Identifikasi diri adalah individu mulai mengidentifikasi diri ke arah radikalisme. Indoktrinasi adalah kondisi dimana individu 9 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial mulai mengintensifkan dan memfokuskan kepercayaannya, hal ini bisa dilakukan melalui pertemuan langsung (offline), maupun tidak langsung atau melalui media (online). Tahap terakhir adalah Jihadisasi, yaitu mulai mengambil tindakan atas keyakinannya seperti melalui aksi kekerasan ekstrim seperti melakukan teror. Terorisme adalah penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan situasi teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas dan menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas harta benda orang lain, yang mengakibatkan kerusakan atau kehancuran obyek-obyek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik dan fasilitas internasional. Seseorang atau kelompok radikalis dapat mengalami perubahan menggunakan caracara ekstrim, termasuk kekerasan ekstrim melalui aksi teror dipengaruhi banyak hal. Mulai dari pengaruh faktor yang bersifat internasional seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan penjajahan. Selain itu juga dipengaruhi faktor domestik seperti persepsi ketidakadilan, kesejahteraan, pendidikan, kecewa pada pemerintah, serta balas dendam. Di luar faktor internasional dan domestik, faktor lainnya adalah faktor kultural, yaitu karena pemahaman agama yang dangkal, penafsiran agama yang sempit dan tekstual, dan indoktrinasi ajaran agama yang salah. Adapula selain kelompok radhikalisme, adapun kelompok ekstrimis merupakan kelompok yang menganut paham kekerasan ekstrim atau ekstrimisme. dibandingkan radikalis, ekstrimis cenderung berpikiran tertutup, tidak bertoleransi, anti-demokrasi dan bisa menghalalkan segala cara, termasuk penipuan, untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok ekstrimis juga berpikiran tertutup. Kelompok ini berbeda dengan kelompok radikalis, kelompok yang menganut paham radikal atau radikalisme. Segala sesuatu yang kita lakukan harus berdasar pada pancasila, dengan itu rasa memiliki yang sangat besar untuk negara kesatuan Indonesia memang sangat baik, tapi tidak berarti harus dengan adanya kekerasan. Harus adanya sisi humanism. Dengan mengedepankan kepada sisi humanisme berasaskan kepada keadilan social bagi seluruh warga Negara Indonesia. Sehingga terbentuk lah suatu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pandangan kelompok tertentu, utamanya kelompok yang ingin memecah belah NKRI itu bersifat sepihak dan yang sejak awal berasumsi negatif terhadap Pancasila. 10 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial Lebih parah lagi, mereka mengabaikan fakta bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kelompok-kelompok yang cenderung secara ekstrem anti terhadap Pancasila serta melawannya dengan cara-cara kekerasan dengan modus terorisme kemungkinan disponsori oleh kepentingan asing. Makanya kelompok-kelompok seperti ini harus diwaspadai dan diberikan pemahaman. Kalau tidak bisa diberikan pemahaman, tentu ada konsekuensi hukum demi keutuhan NKRI. Pentingnya program deradikalisasi kepada masyarakat di era generasi milenial. Tidak hanya kepada orang atau kelompok yang sudah terkontaminasi pandangan keliru itu, juga generasi milenial agar tidak mudah terprovokasi dengan ideologiideologi sesat yang cenderung mengarah ke radikalisme dan terorisme. "Mereka berbahaya karena menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuannya seperti yang dilakukan para pelaku terorisme selama ini," Pemahaman tentang ideologi Pancasila sangat penting diberikan kepada generasi milenial. Karena generasi milenial, generasi muda merupakan incaran kaum radikal terorisme untuk melancarkan propagandanya. Apalagi generasi milenial sangat rentan dengan pengaruh budaya luar negeri. Para generasi milenial harus menjadi sosok penegak sebuah radhikalisme yang benar terhadap negri ini tanpa harus di sertai dengan sifat ektrisnis, karena yang di salahkannya bukan pengaruh dari radikalismenya. Tapi, disina sifat ektrisnis yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu meskipun itu harus lewat sebuah jalur criminal. 11 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penguatan ideologi Pancasila dalam menghadap sifat Radhikalisme pada Generasi Milenial memiliki banyak sekali cara. Salah satu nya kita harus mengetahui bahwa ideologi pancasila merupakan pandangan hidup, tempat kita untuk berpikir kembali bahwa segala sesuatu tindakan yang kita lakukan harus berdasarkkan kepada Pancasila. Radikalisme merupakan sifat para indifidu dengan memiliki rasa cinta hingga jika apa yang mereka cintai tersakiti atau diri si radikalisme ini ter ganggu maka akan muncul rasa ektrisnis dimana seseorang ini akan menghalangkan segala cara untuk keadaan nya menjadi tenang seperti apa yang dia inginkan. Dan generasi milenial ini merupakan generasi muda para penerus pemegang negri ini di masa yang akan datang. Untuk itu, generasi milenial harus memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai radhikalisme dan menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada di dalam Pancasila. Menjadi generasi milenial penerus bangsa yang nantinya mampu menjadi sosok lidershif yang memiliki wawasan yang luas serta sudah mengetahui apa apa saja masalah yang harus di hadapi di jaman sekarang ini. 12 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial REFERENSI Apandi, Idris. 2017. Radhikalisme Pancasila. https://www.kompasiana.com/idrisapandi/597898617460f045561f4042/radikalismepancasila?page=all . 29 Desember 2019. jam 22.00 Quipper. 2019. Apa Itu Generasi Milenial dan Perbedaannya dengan Generasi X dan Z?. https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/generasi-milenial-x-dan-z/ . 29 Desember 2019. jam 22.00. Kominfo.2016. Mengenal generasi milenial https://www.kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasimillennial/0/sorotan_media . 30 Desember 2019. jam 15.00 Pratama, rizki. 2019. Cara menulis daftar pustaka dari buku, jurnal, dan internet. https://bocahkampus.com/cara-menulis-daftar-pustaka . 5 Desember 2020 . jam 09.00 Com, Sosiologis. 2018.referensi ilmu social di era digital. http://sosiologis.com/caramembuat-abstrak . 28 Januari 2019. jam 09.00 13 | Santi : Ideologi Pancasila, Radikalisme, Generasi milenial