Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 4(1), September 2019, 106-114
Dampak Kinerja Investasi, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan
Perataan Laba Terhadap Tingkat Profitabilitas Industri Konstruksi
Muhammad Noor Ardiansah, Etna Nur Afri Yuyetta
Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. H. Soedarto S.H., Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah Kode Pos 50275
mnardiansah@yahoo.co.id
Informasi Artikel
Tanggal masuk
06-08-2019
Tanggal revisi
27-08-2019
Tanggal diterima
30-09-2019
Keywords:
Investment performance
Income-smooting
Profitability
Financial risk
Company value
Kata kunci:
Kinerja investasi
Perataan laba
Profitabilitas
Risiko keuangan
Nilai perusahaan
1.
doi.org/10.18382/jraam.v4i1.009
Abstract
This study aims to examine the relationship of investment performance,
financial leverage, firm value, and income smoothing practices to the
profitability. The study was conducted on 45 construction companies
listed on the IDX in 2014-2018, which were tested by regression analysis.
This finding empirically has proven that investment performance,
financial leverage, and company value have a significant effect on the
level of corporate profits, but income-smoothing practices are found do
not effect. This research provides a practical contribution to
management as a basis for considering what variables need to be
considered for increasing company profits.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja investasi,
leverage keuangan, nilai perusahaan, dan praktik perataan laba terhadap
profitabilitas. Studi ini dilakukan pada 45 perusahaan konstruksi yang
terdaftar di BEI pada 2014-2018, yang diuji dengan analisis regresi.
Temuan ini secara empiris telah membuktikan bahwa kinerja investasi,
risiko keuangan, dan nilai perusahaan memiliki pengaruh signifikan
pada tingkat laba perusahaan, tetapi praktik perataan laba ditemukan
tidak berpengaruh. Penelitian ini memberikan kontribusi praktis kepada
manajemen sebagai dasar untuk mempertimbangkan variabel apa yang
perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Pendahuluan
Prioritas pembangunan nasional dalam
lima tahun terakhir memprioritaskan pada
sektor infrastruktur. Hal tersebut sejalan
dengan penetapan nawacita sebagai arah baru
pembangunan Indonesia. Berbagai proyek
seperti jalan tol, bendungan, bandara,
pelabuhan dan berbagai infrastruktur
dibangun untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi.
Data
Kementerian
PUPR
menunjukkan tahun 2016-2017 nilai proyek
infrastuktur mencapai 94,8 trilyun. Prioritas
106
Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan...
infrastruktur dalam pembangunan negara
diyakini akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan layanan publik secara merata
dalam jangka panjang [1]. Hal tersebut
terbukti dari fakta bahwa investasi sektor
infrastruktur telah mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Cina secara signifikan
dalam empat dekade terakhir [2]. Zhang [3]
mengemukakan bahwa dampak prioritas
infrastruktur akan memberikan akselerasi
pertumbuhan kepada berbagai industri terkait,
namun juga memberikan kompleksitas jenis
risiko yang meningkat, termasuk dalam
penyajian informasi kinerja perusahaan.
Laporan S&P Global 2018 menunjukkan
terjadi pelemahan kondisi keuangan 20 badan
usaha milik negara (BUMN) dari sektor
konstruksi, dan tercatat sebanyak 16
mengalami kenaikan rasio leverage-nya [4].
Kondisi tersebut juga diperparah dengan
terjadinya gelombang kebangkrutan lebih dari
37.000 perusahaan konstruksi swasta selama
periode 2015-2018 [5]
Informasi laba merupakan komponen
yang secara khusus menjadi perhatian
pemakai laporan keuangan [6, 7]. Pentingnya
informasi laba juga mendorong manajemen
cenderung menampilkan kinerja terbaik [8]
yang disajikan sebagai bagian laporan
keuangan [9]. Menurut Karakaya dan Khalil
[10] tingkat capaian laba perusahaan
merupakan cerminan kinerja keuangan yang
sering disebut profitabilitas. Temuan
berbagai studi terdahulu menyebutkan
bahwa determinan tingkat laba yang handal
antara lain variabel kinerja investasi return
on investment [11,12], nilai perusahaanprice book value [13,14]; dan risiko
keuangan-leverage [15,16].
Adanya
standar
penyajian
dan
pengungkapan laporan keuangan memberikan
otoritas kepada manajemen dalam memilih
kebijakan, prosedur, metode, dan cara
pengukuran akuntansi. Fleksibilitas ini
mendorong manajemen untuk melakukan
kebijakan yang cenderung menguntungkan
antara lain meratakan tingkat laba untuk
mendukung kinerja seperti diinginkan [17].
Perataan laba digunakan manajemen untuk
107
meredam fluktuasi tingkat laba yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang
dilakukan secara riil maupun artifisial [18].
Motif melakukan perataan laba disebabkan
alasan untuk mempertahankan besaran laba
yang lebih stabil dan menghindari nilai yang
bergejolak (volatile) sehingga menunjukkan
kinerja laba yang lebih baik. Kondisi ini dapat
menjadi alasan bagi manajemen bertindak
menaikkan laba yang dilaporkan jika nilai
yang sebenarnya lebih rendah dari yang
diharapkan atau lebih rendah dari tahun
sebelumnya [9,19]. Praktik ini secara
langsung
berdampak
pada
tingkat
profitabilitas perusahaan [20]. Dampak lain
dari perataan laba adalah memberikan rasa
aman kepada investor dari fluktuasi laba dan
meningkatkan kemampuan investor untuk
memprediksi besaran laba pada masa
mendatang [21]. Perataan laba dapat
dijelaskan dengan teori agensi, yang
menguraikan bahwa angka dan informasi
akuntansi memainkan peranan sentral dalam
menekankan terjadinya konflik antara
pemilik dan pengelola perusahaan [7]. Teori
agensi juga didasari sejumlah asumsi bahwa
individu termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara individu principal dan
agent [22]. Konflik ini semakin meningkat
terutama karena principal tidak dapat
mengawasi aktivitas agent sehari-hari.
Eksistensi agent mempunyai lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan aktivitas perusahaan secara
keseluruhan.
Menurut Budiasih [23] menyimpulkan
bahwa profitabilitas dipengaruhi oleh praktik
perataan laba dengan arah berbanding
terbalik, selain faktor lain berupa risiko
keuangan. Perusahaan yang melakukan
perataan laba cenderung memiliki laba yang
rendah. Teh, Welch dan Wong [24]
mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki risiko keuangan yang tinggi akan
menyebabkan
manajemen
cenderung
mempertahankan agar laba meningkat
dalam jangka panjang. Penelitian Prayudi dan
Daud [17] menunjukkan bahwa semakin
108
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114
tinggi nilai perusahaan maka akan semakin
meningkat
kecenderungan
untuk
mempertahankan kemakmuran pemegang
saham melalui peningkatan laba. Hal ini juga
terjadi karena manajemen ingin menarik
minat calon investor, yang menjadikan nilai
perusahaan sebagai indikator sebelum
berinvestasi [25].
Hasil
penelitian
yang
berbeda
mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan antara kinerja investasi
dengan ROI, Leverage dan nilai perusahaan
terhadap tingkat laba [25–27]. Demikian juga
Yulia [28], Dewi [29] dan Sumtaky [30]
menemukan tidak adanya pengaruh antara
profitabilitas dengan praktik perataan laba.
Hasil penelitian yang tidak konsisten di atas
menjadi alasan untuk menguji kembali
pengaruh
berbagai
faktor
investasi
infrastruktur terhadap tingkat laba perusahaan
konstruksi. Adanya senjangan temuan riset
sebelumnya, menjadikan penelitian ini
menarik untuk menguji kembali pengaruh
tersebut mengingat fenomena dukungan
lingkungan bisnis dan kebijakan sektor
infrastruktur yang kuat. Penelitian ini
bertujuan menguji pengaruh kinerja investasi,
risiko keuangan dan nilai perusahaan serta
praktik perataan laba terhadap profitabilitas
perusahaan.
2. Metode
Penelitian ini bersifat eksplanatori
dengan menggunakan data panel yang
diperoleh dari data base Bloomberg.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
konstruksi yang go publik di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dalam periode 2014-2018.
Periode tersebut dipilih sebagai waktu
pelaksanaan kebijakan Nawacita yang
memprioritaskan
pembangunan
sektor
infrastruktur. Populasi penelitian adalah
perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI
dalam periode penelitian yang berjumlah 56
perusahaan. Rerangka sampel mengacu
purposive sampling method yang ditentukan
berdasarkan kriteria perusahaan tercatat
aktif dari BEI periode 2014-2018 serta
ketersediaan data penelitian selama periode
data. Berdasarkan seleksi yang dilakukan,
diperoleh 45 perusahaan sebagai sampel
penelitian dengan kriteria yang tampak pada
tabel berikut:
Tabel 1. Pemilihan Sampel
Kriteria
Perusahaan konstruksi yang listed
dalam BEI tahun 2014-2018
Perusahaan konstruksi dengan data
yang tidak lengkap
Sampel terpilih
Periode observasi (2014-2018)
Total observasi
Jumlah
56
11
45
5
225
Penelitian ini menggunakan variabel
dependen yaitu laba yang diukur dari dan
empat variabel independen: kinerja investasi,
risiko keuangan dan nilai perusahaan dan
praktik perataan laba. Kinerja investasi
diukur dengan menggunakan proksi Return on
Invesment (ROI). ROI diperoleh dari rasio
laba bersih perusahaan terhadap nilai buku
investasi perusahaan dalam periode tertentu
[11]. Risiko keuangan diukur menggunakan
rasio leverage. Menurut Abiprayu dan
Pangestuti [21] risiko keuangan merupakan
tambahan risiko yang dibebankan kepada para
pemegang saham biasa sebagai keputusan
pendanaan melalui hutang. Leverage berguna
untuk menunjukkan kualitas kewajiban
perusahaan serta berapa besar perbandingan
antara kewajiban tersebut dengan aktiva
perusaha an. Nilai perusahaan diukur dengan
meng gunakan PBV (Price to Book Value),
merupakan merupakan rasio pasar yang
digunakan untuk mengukur kinerja harga
pasar saham terhadap nilai bukunya [19].
Rasio ini mengungkapkan sejauh mana suatu
perusahaan mampu menciptakan nilai yang
relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. Pengukuran perataan laba
menggunakan Indeks Eckel, yang digunakan
untuk mengindikasikan apakah perusahaan
melakukan perataan laba atau tidak [7][31].
Adapun ukuran indeks Eckel sebagai berikut:
I=
CVΔ𝑅
CVΔ𝑃
Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan...
Keterangan :
I = Indeks Eckel
CV = Koefisien variasi dari variabel
(standar deviasi dibagi dengan
nilai yang diharapkan)
ΔR = Perubahan
atas
pendapatan
(revenue) dalam suatu periode
ΔP = Perubahan atas laba (profit) dalam
suatu periode
PBV
IE
Profit
0,01
-5,20
-86,05
1,97
4,40
782,25
0,04
0,29
8,73
0,10
0,40
33,62
109
0,19
2,17
87,45
Hasil analisis deskriptif pada Tabel 2
menunjukkan bahwa tingkat rasio kembalian
investasi (ROI) dengan nilai terendah
sebesar -32,54 % dan nilai tertinggi sebesar
32,04 %. Rata-rata ROI sebesar 2,738 %
dengan deviasi standar sebesar 6,225 %. Ini
Kriteria tindakan perataan laba adalah berarti bahwa perusahaan konstruksi secara
apabila indeks Eckel kurang dari 1 (CVΔR > rata-rata mampu mendapatkan tingkat
CVΔP) maka perusahaan dapat dianggap kembalian investasi positif sebesar 2,738
menjalankan praktik perataan laba dan apabila % dibanding total investasinya. Risiko
indeks Eckel lebih besar atau sama dengan keuangan (leverage) menunjukkan nilai
satu (CV∆S≤CV∆I) maka perusahaan terendah sebesar 1,140 dan nilai tertinggi
dianggap tidak melakukan praktik perataan adalah sebesar 17,250. Nilai rata-rata
leverage sebesar 2,856 %, yang di atas 0,50
laba [31]
Analisis data diawali dengan uji statistik sehingga menunjukkan bahwa pada
deskriptif atas variabel dependen dan perusahaan konstruksi cenderung memiliki
independen. Langkah dilanjutkan dengan hutang yang lebih besar dari modal
evaluasi asumsi klasik, evaluasi goodness of sendirinya. Nilai perusahaan (price to book
fit model dan pengujian hipotesis melalui value) menunjukkan nilai terendah adalah
analisis regresi berganda dengan aplikasi sebesar 0,010 dan nilai tertinggi adalah
Eviews. Evaluasi atas asumsi klasik, meliputi sebesar 1,970 serta ni lai rata -rata PBV
evaluasi multikolineritas, heteroskedasitas sebesar 0,107.
dan autokorelasi sesuai kriteria Tabachnick &
Praktik perataan laba yang diidentifikasi
Fidell [32]. Evaluasi goodness of fit model kecenderungannya menggunakan indeks
memperhatikan indikator: (1) koefisien eckel menunjukkan nilai terendah sebesar
determinasi R2, (2) nilai F statistik dan (3) 5,204 dan nilai tertinggi sebesar 4,407
nilai t parameter variabel independen dengan dengan rata-rata sebesar 0,401. Sebagian
signifikansi 5% [33].
besar
perusahaan
mencapai
62,67%
Data observasi merupakan data panel menunjukkan kecenderungan melakukan
mengakibatkan perlunya menguji spesifikasi praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan
fixed effect model (FEM) atau random effect bahwa perusahaan konstruksi sampel secara
model (REM) dengan memperhatikan rata-rata melakukan p r a k t i k perataan laba
signifikansi F dan Chi-square cross section karena nilai rata-rata indeks eckel kurang
pada tingkat alfa 5%. Pengujian hipotesis dari 1. Nilai rugi terendah tercatat
dilakukan dengan memperhatikan signifikansi Rp86,050 milyar dan tertinggi sebesar
nilai t-statistik atas koefisien variabel Rp782,250 milyar, dengan rata-rata laba
independen dengan level 5%.
sebesar Rp33,620 milyar.
Uraian di atas menunjukkan investasi
3. Hasil dan Pembahasan
sektor
infrastruktur memberikan dukungan
Hasil uji statistik deskriptif disajikan pada
peningkatan kondisi perusahaan konstruksi,
Tabel 2 berikut.
dengan tingkat nilai ROI, laba dan pendapatan
Tabel 2. Hasil Pengujian Deskriptif
rata-rata yang positif. Kondisi tersebut juga
Min
Maks. Median Mean
SD
memberikan perhatian atas adanya tingkat
ROI
-32,54
32,04
2,98
2,73
6,22
risiko yang tinggi, ditunjukkan leverage
Leverage
1,14
17,25
2,26
2,85
2,11 keuangan meningkat dan indikasi praktik
110
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114
perataan laba karena tingkat indeks eckel
secara rata-rata kurang dari 1.
Pengujian hipotesis pengaruh pengaruh
faktor investasi dan praktik perataan laba
terhadap tingkat profitabilitas diawali evaluasi
asumsi klasik, evaluasi goodness of fit model
regresi kemudian pengujian hipotesis.Hasil
pengujian regresi ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian Regresi
Koef.
t
p
Panel A
Konstanta
20,88
1,41
0,15
ROI
2,49
5,00
0,00*
Leverage
3,33
2,07
0,04*
PBV
40,54
1,97
0,05*
Indeks Eckel
-12,42
-0,67
0,50
Nilai F
22,97 0,00*
R2
0,83
Adjusted R2
0,80
AIC
10,99
Schwarz-C
10,60
Durbin Watson
1,89
Panel B
Effect Test
Stat.Value
df
p
Cross sec. F
15,23 (44,25)
0,00*
Cross sec. Chi2
373,660
44
0,00*
Keterangan: *) signifikansi pada tingkat 5%, jumlah
observasi 225; variabel dependen: profit, variabel
independen: return on investment (ROI), tingkat
financial leverage, rasio price book value (PBV) dan
kategori perusahaan dari indeks Eckel (indeks eckel ≤ 1
kategori perusahaan yang melakukan praktik perataan
laba, indeks eckel ≥ 1 ketegori perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba)
Uji
multikolinieritas
terpenuhi,
ditunjukkan tingkat R2 yang tinggi (83,8%)
sedangkan tiga dari empat variabel independen
(ROI, Leverage & PBV) memiliki nilai t yang
signifikan pada 5%. Uji autokorelasi juga
terpenuhi yang ditunjukkan dengan nilai
Durbin Watson (DW) sebesar 1,891 yang
berada pada area tidak ada autokorelasi. Uji
asumsi heteroskedasitas dikaitkan dengan
asumsi spesifikasi model. Uji spesifikasi
model terlihat pada panel B, yang mana effect
test memberikan nilai Cross-section F 15,235
dan Cross-section Chi Square 373,660 yang
keduanya signifikan pada level 5% sehingga
asumsi heteroskedasitas terpenuhi. Hasil
tersebut memberikan simpulan bahwa model
fixed effect untuk unit cross section
(perusahaan) lebih baik dibandingkan model
random pooled OLS. Hal tersebut juga
didukung nilai R2 yang tinggi (83,8%) dan
nilai DW yang tinggi dibanding model lain
[33].
Evaluasi atas goodness of fit dari model
dilakukan dengan mencermati indikator: nilai
koefisien determinasi (R2), nilai F model dan
nilai t parameter [33]. Nilai koefisien
determinasi (R2) menunjukkan 83,8% yang
berarti hanya 16,2% variasi model regresi
ditentukan variabel lain. Nilai F-statistik
model sebesar 22,972 yang signifikan pada 5%
sehingga pengaruh variabel independan
terhadap variabel dependen secara simultan.
Sedangkan uji parameter menunjukkan tiga
variabel independen (ROI, Leverage & PBV)
memiliki nilai t yang signifikan pada 5%,
sedangkan variabel indeks eckel tidak
signifikan. Hal tersebut juga didukung nilai
Akaike Info Creterion (AIC) dan Schwarz
Criterion yang kecil dibanding model lain.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
memperhatikan signifikansi untuk nilai t
parameter. Tabel 2 panel A menunjukkan
bahwa nilai t parameter ROI (5,002), leverage
(2,079) dan PBV (1,970) masing-masing
signifikan pada level 5%. Hanya nilai t
parameter Indeks Eckel (-0,673) yang tidak
signifikan pada level 5%. Hal tersebut
mendukung hipotesis H1, H2 dan H3 bahwa
ROI, Leverage dan PBV berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat
profit perusahaan konstruksi. Indeks Eckel
secara empiris tidak berpengaruh signifikan
terhadap
tingkat
profit
perusahaan
konstruksi, sehingga H4 tidak dapat
didukung.
Uraian diatas menunjukkan bahwa
profitabilitas
perusahaan
konstruksi
dipengaruhi secara signifikan berbagai
variabel, antara lain: ROI, Leverage dan
PBV yang merupakan variabel terkait
kondisi investasi sektor infrastruktur.
Variabel ROI yang mencerminkan kinerja
investasi, Leverage menunjukkan risiko
Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan...
keuangan bisnis konstruksi dan nilai PBV
yang menunjukkan ekspektasi pemegang
saham atas nilai saham perusahaan. Hasil
penelitian ini sama dengan temuan dari
Prayudi & Daud [17] dan Lutfitasari &
Lutfillah [7] yang menyimpulkan terdapat
pengaruh signifikan secara simultan antara
kinerja investasi, risiko keuangan dan nilai
perusahaan terhadap profitabilitas [17].
Temuan ini menunjukkan bahwa kinerja
investasi sebagai respon peningkatan kondisi
sektor infrastruktur berpengaruh signifikan
terhadap variasi profitabilitas perusahaan
konstruksi.
Fluktuasi
pelaporan
laba
kemungkinan lebih besar terjadi pada
perusahaan dengan tingkat kinerja investasi
yang besar. Hal tersebut sejalan dengan
temuan Aji dan Mita [19] serta Lutfitasari
dan Lutfillah [7]. Realitas tersebut sesuai
dengan arah persamaan, meskipun terdapat
kelemahan bahwa kinerja investasi ROI
bersifat dinamis dalam jangka waktu tertentu.
Perusahaan dengan kinerja investasi yang
tinggi cenderung untuk meningkatkan kualitas
penyajian labanya.
Hasil pengujian hipotesis mendukung
pengaruh variabel risiko keuangan (leverage)
terhadap tingkat laba secara signifikan. Hasil
pengujian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Selviana [34] serta
Lutfitasari dan Lutfilla [7], bahwa
perusahaan dengan risiko keuangan yang
semakin tinggi maka cenderung untuk
mengalami kenaikan laba. Hal tersebut sejalan
dengan dukungan investasi sektor konstruksi
yang memberikan kesempatan kinerja bisnis
yang lebih baik. Risiko finansial sejalan
dengan tingkat investasi, yang semakin tinggi
risiko maka tingkat kembalian juga semakin
tinggi. Perusahaan dengan rasio hutang yang
tinggi,
mengakibatkan
manajemen
menggunakan risiko yang bukan dalam
bentuk rekayasa laba karena adanya
pengawasan yang insentif dari kreditur.
Risiko keuangan perusahaan yang tinggi
mendorong manajemen berusaha untuk
menurunkan risiko terutama bagi kreditur,
dengan cara menyajikan laporan laba yang
relatif lebih stabil, sesuai dengan kinerja
111
investasi tanpa melakukan rekayasa laba
[18].
Hasil pengujian hipotesis mendukung
pengaruh nilai perusahaan yang diproksikan
dengan PBV terhadap tingkat laba secara
signifikan. Nilai perusahaan tercermin tidak
hanya dari harga saham, namun juga dilihat
dari besarnya dividen yang dibagikan.
Apabila dividen yang dibagikan besar maka
tingkat nilai harga saham juga meningkat
demikian juga sebaliknya. Hasill penelitian
ini sesuai dengan temuan oleh Aji dan Mita
[19] yang menyatakan bahwa semakin tinggi
nilai perusahaan maka perusahaan akan
cenderung meningkat labanya.
Pengaruh antara praktik perataan laba
yang diproksikan dengan Indeks Eckel,
meskipun
tidak
signifikan
namun
menunjukkan arah berbanding terbalik yang
sejalan hipotesis dalam model regresi [36].
Perusahaan yang melakukan praktik perataan
laba cenderung memiliki tingkat laba yang
rendah. Tidak didukungnya pengaruh
perataan laba dengan laba dapat dijelaskan
dengan adanya kritikan pengaruh tersebut.
Pendekatan klasik atas pengaruh antara
Indeks Eckel dan laba mendapat kritikan dari
Eckel [31] dan Imhoff [35] yang berpendapat:
(1) studi pengaruh tersebut secara khusus
menggunakan model ekspektasi laba
ternormalisasi. Model ekspektasi laba
memiliki kelemahan apabila tidak secara tepat
mendeskripsikan proses time series atas laba,
maka kesimpulan yang dibuat dalam
memasukkan komponen perataan laba
menghasilkan penurunan variabilitas laba
yang kemungkinan besar merupakan fungsi
dari variabel random, (2) pemusatan hanya
pada satu variabel perataan laba akan
memungkinkan hasil kesimpulan yang bias
karena dalam melakukan perataan laba
terdapat kemungkinan manajer menggunakan
lebih dari satu variabel dan (3) beberapa studi
mengamati efek variabel perataan laba hanya
pada satu periode pelaporan saja tanpa
mempertimbangkan efek intertemporal.
Copeland [37] juga berpendapat bahwa
pada studi tentang perataan laba (income
smoothing) secara cross sectional (satu
112
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114
periode) akan menghasilkan kesimpulan yang
lemah. Copeland menyarankan dilakukannya
studi income smoothing secara time series
dengan memperhatikan pola perilaku laba.
Ronen dan Sadan [38], Albrecht dan Richarsond
[39] juga memberikan kritik terhadap studi
sebelumnya mengenai tidak adanya model
model perilaku (behavioral model) yang
memprediksi mengapa perilaku income
smoothing terjadi dan memprediksi bilamana
income smoothing dilakukan.
4. Simpulan
Penelitian ini secara empiris memberikan
temuan bahwa kinerja investasi, leverage
keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat laba perusahaan
konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Terungkap pula bahwa praktik
perataan laba oleh perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan dengan tingkat
laba.
Penelitian ini memberikan kontribusi
praktis bagi manajemen sebagai dasar
pertimbangan berbagai variabel yang perlu
diperhatikan untuk peningkatan laba
perusahaan. Bagi pihak investor penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan mengenai faktor yang berpengaruh
terhadap tindakan laba dan indikasi perataan
laba sehingga lebih mencermati informasi
dalam laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan,
antara lain: (1) periode yang digunakan dalam
penelitian ini tidak membedakan dengan
periode sebelum kebijakan Nawacita
sehingga tidak dapat diperbandingkan, (2)
sampel yang dipilih adalah perusahaan
konstruksi yang terdampak langsung dari
kebijakan
pembangunan
infrastruktur.
Penelitian di masa mendatang dapat
mengembangkan periode waktu yang dapat
membandingkan dengan periode sebelumnya
sehingga akan menunjukkan pengaruh yang
lebih jelas. Sampel penelitian dapat
dikembangkan dengan industri yang tidak
langsung terkait dengan kebijakan sektor
infrastruktur.
Daftar Rujukan
[1] Ostrom E, Schroeder L, Wynne S.
Analyzing
the
Performance
of
Alternative Institutional Arrangements
for Sustaining Rural Infrastructure in
Developing Countries. J Public Adm Res
Theory
1993;3:11–45.
doi:10.1093/oxfordjournals.jpart.a037157.
[2] Démurger S. Infrastructure Development
and Economic Growth: An Explanation
for Regional Disparities in China? J
Comp
Econ
2001;29:95–117.
doi:10.1006/jcec.2000.1693.
[3] Zhang X. Critical Success Factors for
Public–Private
Partnerships
in
Infrastructure Development. J Constr Eng
Manag
2004;131:3–14.
doi:10.1061/(asce)07339364(2005)131:1(3).
[4] Jean, Xavier; Dangra A. Is Indonesia’s
Infrastructure Buildout Weakening SOE
Balance Sheets? Short Answer: Yes.
Singapore: 2018.
[5] Yohana Artha Uly. 37.000 Kontraktor
Swasta Bangkrut dalam 3 Tahun GaraGara Tak Dibayar hingga No Job. Oke
Financ
2018:1.
https://economy.okezone.com/read/2018
/03/14/470/1872766/37-000-kontraktorswasta-bangkrut-dalam-3-tahun-garagara-tak-dibayar-hingga-no-job.
[6] Atarwaman R. Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas
dan
Kepemilikan
Manejerial
Terhadap
Praktik Perataan Laba yang Dilakukan
oleh Perusahaan Manufaktur. J Ilmu
Ekon Advant 2011;2:11–31.
[7] Lutfitasari F, Lutfillah NQ. Profitabilitas,
Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan,
dan Praktik Perataan Laba. J Equity
2019;21:71. doi:10.34209/.v21i1.632.
[8] Getz, D., & Petersen T. The Importance
of
Profit
and
Growth-Oriented
Entrepreneurs
in
Destination
Competitiveness and Change. In: S.
Weber RT, editor. Reinventing a Tour.
Destin. Facing Chall., Zagreb, Croatia:
Institute for Tourism Zagreb; 2004, p.
Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan...
135–46.
[9] Pratiwi H, Handayani BD. Pengaruh
Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial
dan Pajak Terhadap Praktik Perataan
Laba. Account Anal Journal, 2014;Vol.
3:264–72.
[10] Karakaya F, Khalil O. Determinants of
Internet Adoption in Small and MediumSized Enterprises. Int J Internet Enterp
Manag 2004;2:341–65.
[11] Jacobson R. The Validity of ROI as a
Measure of Business Performance. Am
Econ
Rev
1987;77:470–8.
doi:10.2307/1804112.
[12] Bates K, Bates H, Johnston R. Linking
service to profit: The business case for
service excellence. Int J Serv Ind Manag
2003;14:173–83.
doi:10.1108/09564230310474147.
[13] Hou K, Xiong W, Peng L. A Tale of Two
Anomalies: The Implications of Investor
Attention for Price and Earnings
Momentum. SSRN Electron J 2006.
doi:10.2139/ssrn.976394.
[14] Collins DW, Pincus M, Xie H. Equity
Valuation and Negative of Equity.
Account
Hist
J
1999;74:29–61.
doi:10.2308/accr.1999.74.1.29.
[15] Utari RJ, Gustini E, Tripermata L.
Pengaruh
Profitabilitas,
Financial
Leverage, dan Dividend Payout Ratio
Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun
2015. J Ilm Ekon Glob Masa Kini
2017;8:95–100.
[16] DeWenter KL, Malatesta PH. StateOwned and Privately Owned Firms: An
Empirical Analysis of Profitability,
Leverage, and Labor Intensity. Am Econ
Rev 2001;91:320–34.
[17] Prayudi D, Daud R. Pengaruh
Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai
Perusahaan dan Struktur Kepemilikan
terhadap Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. J
FEMASI
2013;9:1–30.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
[18] Setyani AY, Liffa R. Tindakan Perataan
113
Laba Pada Perusahaan Yang. J Ris Akunt
Dan Keuang 2012;8:139–48.
[19] Aji DY, Mita AF. Pengaruh Profitabilitas,
Nilai
Perusahaan,
dan
Struktur
Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan
Laba: Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simp.
Nas. Akunt., Makassar: IAI-KPd; 2010.
[20] Christiana L. Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. J
Ilm Mhs Akunt 2012;1:71–5.
[21] Abiprayu KB. Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Financial Leverage,
Kualitas Audit, dan Devidend Payout
Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi
Kasus Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun
2006-2009).
DiponegoroUniversity, 2011.
[22] Noviana SR, Yuyetta ENA. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2006-2010). J Akunt Dan Audit
2011;8:1–94.
[23] Budiasih IGAN. Faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba i g a
n budiasih. J Akuntansi, Audit Dan Bisnis
2009;4:1–14.
[24] Teoh SH, Welch I, Wong T. Earning
Management and the Underperformance
of Seasoned Equity Offerings. J Financ
Econ
1998;50:63–99.
doi:10.2320/jinstmet1952.42.1_51.
[25] Irham Muhajir I. Pengaruh Return On
Investment (ROI), Return On Equity
(ROE), dan Earning Per Share (EPS)
terhadap Harga Saham (Penelitian pada
Perusahaan Food and Beverages yang
Terdapat di BEI Tahun 2010). UIN Sunan
Gunung Djati, 2013.
[26] Varaiya N, Kerin RA, Weeks D. The
Relationship
between
Growth,
Profitability, and Firm Value. Strateg
Manag
J
1987;8:487–97.
doi:10.1002/smj.4250080507.
[27] Cho HJ, Pucik V. Relationship between
innovativeness,
quality,
growth,
114
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114
profitability, and market value. Strateg
Manag
J
2005;26:555–75.
doi:10.1002/smj.461.
[28] Mona Y. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial Leverage, dan
Nilai Saham terhadap Perataan Laba
(Income Smoothing) pada Perusahaan
Manufaktur,
Keuangan
dan
Pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). J Chem Inf Model
2013;53:160.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
[29] Dewi RK, Zullaikha. Anlisa FaktorFaktor yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba (Income Smoothing) pada
Perusahaan MAnufaktur dan keuangan
yang Terdaftar di BEI. J Akunt Keuang
2009.
[30] Sumtaky OM. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar
di
BEJ
(2003-2005).
Universitas Brawijaya, 2007.
[31] Eckel N. Smoothing Hypothesis
Revisited. Abacus 1981;17:28–40.
[32] Tabachnick, Barbara G.; Fidell LS. Using
Multivariate Statistics. Sixth. New
Jersey: Pearson Education Limited; n.d.
[33] Ghozali I, Ratmono D. Analisis
Multivariat dan Ekonometrika: Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan EViews 8.
1st editio. Semarang: Badan Penerbit
Undip; 2013.
[34] Selviana D. Pengaruh Profitabilitas,
Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan,
Ukuran
Perusahaan dan Financial Leverage
Terhadap Praktik Perataan Laba (Income
Smoothing). Universitas Muria Kudus,
2015.
[35] Imhoff EA. Income smoothing-a case for
doubt. Account J 1977;1:85-100.
[36] Kabajeh MAM, Al Nu’aimat SMA,
Dahmash FN. The Relationship between
the ROA, ROE and ROI Ratios with
Jordanian Insurance Public Companies
Market Share Prices. Int J Humanit Soc
Sci 2012;2:115–20.
[37] Copeland RM. Income Smoothing. J
Account Res 1968;6:101–16.
[38] Ronen, J., & Sadan S. Smoothing income
numbers: Objectives, means, and
implications. 1981.
[39] Albrecht WD, Richardson FM. Income
Smoothing By Economy Sector. J Bus
Financ
Account
1990;17:713–30.
doi:10.1111/j.14685957.1990.tb00569.x.