Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 4(1), September 2019, 106-114 Dampak Kinerja Investasi, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan Perataan Laba Terhadap Tingkat Profitabilitas Industri Konstruksi Muhammad Noor Ardiansah, Etna Nur Afri Yuyetta Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto S.H., Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah Kode Pos 50275 mnardiansah@yahoo.co.id Informasi Artikel Tanggal masuk 06-08-2019 Tanggal revisi 27-08-2019 Tanggal diterima 30-09-2019 Keywords: Investment performance Income-smooting Profitability Financial risk Company value Kata kunci: Kinerja investasi Perataan laba Profitabilitas Risiko keuangan Nilai perusahaan 1. doi.org/10.18382/jraam.v4i1.009 Abstract This study aims to examine the relationship of investment performance, financial leverage, firm value, and income smoothing practices to the profitability. The study was conducted on 45 construction companies listed on the IDX in 2014-2018, which were tested by regression analysis. This finding empirically has proven that investment performance, financial leverage, and company value have a significant effect on the level of corporate profits, but income-smoothing practices are found do not effect. This research provides a practical contribution to management as a basis for considering what variables need to be considered for increasing company profits. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja investasi, leverage keuangan, nilai perusahaan, dan praktik perataan laba terhadap profitabilitas. Studi ini dilakukan pada 45 perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI pada 2014-2018, yang diuji dengan analisis regresi. Temuan ini secara empiris telah membuktikan bahwa kinerja investasi, risiko keuangan, dan nilai perusahaan memiliki pengaruh signifikan pada tingkat laba perusahaan, tetapi praktik perataan laba ditemukan tidak berpengaruh. Penelitian ini memberikan kontribusi praktis kepada manajemen sebagai dasar untuk mempertimbangkan variabel apa yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan laba perusahaan. Pendahuluan Prioritas pembangunan nasional dalam lima tahun terakhir memprioritaskan pada sektor infrastruktur. Hal tersebut sejalan dengan penetapan nawacita sebagai arah baru pembangunan Indonesia. Berbagai proyek seperti jalan tol, bendungan, bandara, pelabuhan dan berbagai infrastruktur dibangun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Data Kementerian PUPR menunjukkan tahun 2016-2017 nilai proyek infrastuktur mencapai 94,8 trilyun. Prioritas 106 Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan... infrastruktur dalam pembangunan negara diyakini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan layanan publik secara merata dalam jangka panjang [1]. Hal tersebut terbukti dari fakta bahwa investasi sektor infrastruktur telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Cina secara signifikan dalam empat dekade terakhir [2]. Zhang [3] mengemukakan bahwa dampak prioritas infrastruktur akan memberikan akselerasi pertumbuhan kepada berbagai industri terkait, namun juga memberikan kompleksitas jenis risiko yang meningkat, termasuk dalam penyajian informasi kinerja perusahaan. Laporan S&P Global 2018 menunjukkan terjadi pelemahan kondisi keuangan 20 badan usaha milik negara (BUMN) dari sektor konstruksi, dan tercatat sebanyak 16 mengalami kenaikan rasio leverage-nya [4]. Kondisi tersebut juga diperparah dengan terjadinya gelombang kebangkrutan lebih dari 37.000 perusahaan konstruksi swasta selama periode 2015-2018 [5] Informasi laba merupakan komponen yang secara khusus menjadi perhatian pemakai laporan keuangan [6, 7]. Pentingnya informasi laba juga mendorong manajemen cenderung menampilkan kinerja terbaik [8] yang disajikan sebagai bagian laporan keuangan [9]. Menurut Karakaya dan Khalil [10] tingkat capaian laba perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan yang sering disebut profitabilitas. Temuan berbagai studi terdahulu menyebutkan bahwa determinan tingkat laba yang handal antara lain variabel kinerja investasi return on investment [11,12], nilai perusahaanprice book value [13,14]; dan risiko keuangan-leverage [15,16]. Adanya standar penyajian dan pengungkapan laporan keuangan memberikan otoritas kepada manajemen dalam memilih kebijakan, prosedur, metode, dan cara pengukuran akuntansi. Fleksibilitas ini mendorong manajemen untuk melakukan kebijakan yang cenderung menguntungkan antara lain meratakan tingkat laba untuk mendukung kinerja seperti diinginkan [17]. Perataan laba digunakan manajemen untuk 107 meredam fluktuasi tingkat laba yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dilakukan secara riil maupun artifisial [18]. Motif melakukan perataan laba disebabkan alasan untuk mempertahankan besaran laba yang lebih stabil dan menghindari nilai yang bergejolak (volatile) sehingga menunjukkan kinerja laba yang lebih baik. Kondisi ini dapat menjadi alasan bagi manajemen bertindak menaikkan laba yang dilaporkan jika nilai yang sebenarnya lebih rendah dari yang diharapkan atau lebih rendah dari tahun sebelumnya [9,19]. Praktik ini secara langsung berdampak pada tingkat profitabilitas perusahaan [20]. Dampak lain dari perataan laba adalah memberikan rasa aman kepada investor dari fluktuasi laba dan meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi besaran laba pada masa mendatang [21]. Perataan laba dapat dijelaskan dengan teori agensi, yang menguraikan bahwa angka dan informasi akuntansi memainkan peranan sentral dalam menekankan terjadinya konflik antara pemilik dan pengelola perusahaan [7]. Teori agensi juga didasari sejumlah asumsi bahwa individu termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara individu principal dan agent [22]. Konflik ini semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat mengawasi aktivitas agent sehari-hari. Eksistensi agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Menurut Budiasih [23] menyimpulkan bahwa profitabilitas dipengaruhi oleh praktik perataan laba dengan arah berbanding terbalik, selain faktor lain berupa risiko keuangan. Perusahaan yang melakukan perataan laba cenderung memiliki laba yang rendah. Teh, Welch dan Wong [24] mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung mempertahankan agar laba meningkat dalam jangka panjang. Penelitian Prayudi dan Daud [17] menunjukkan bahwa semakin 108 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114 tinggi nilai perusahaan maka akan semakin meningkat kecenderungan untuk mempertahankan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan laba. Hal ini juga terjadi karena manajemen ingin menarik minat calon investor, yang menjadikan nilai perusahaan sebagai indikator sebelum berinvestasi [25]. Hasil penelitian yang berbeda mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kinerja investasi dengan ROI, Leverage dan nilai perusahaan terhadap tingkat laba [25–27]. Demikian juga Yulia [28], Dewi [29] dan Sumtaky [30] menemukan tidak adanya pengaruh antara profitabilitas dengan praktik perataan laba. Hasil penelitian yang tidak konsisten di atas menjadi alasan untuk menguji kembali pengaruh berbagai faktor investasi infrastruktur terhadap tingkat laba perusahaan konstruksi. Adanya senjangan temuan riset sebelumnya, menjadikan penelitian ini menarik untuk menguji kembali pengaruh tersebut mengingat fenomena dukungan lingkungan bisnis dan kebijakan sektor infrastruktur yang kuat. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kinerja investasi, risiko keuangan dan nilai perusahaan serta praktik perataan laba terhadap profitabilitas perusahaan. 2. Metode Penelitian ini bersifat eksplanatori dengan menggunakan data panel yang diperoleh dari data base Bloomberg. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan konstruksi yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2014-2018. Periode tersebut dipilih sebagai waktu pelaksanaan kebijakan Nawacita yang memprioritaskan pembangunan sektor infrastruktur. Populasi penelitian adalah perusahaan konstruksi yang terdaftar di BEI dalam periode penelitian yang berjumlah 56 perusahaan. Rerangka sampel mengacu purposive sampling method yang ditentukan berdasarkan kriteria perusahaan tercatat aktif dari BEI periode 2014-2018 serta ketersediaan data penelitian selama periode data. Berdasarkan seleksi yang dilakukan, diperoleh 45 perusahaan sebagai sampel penelitian dengan kriteria yang tampak pada tabel berikut: Tabel 1. Pemilihan Sampel Kriteria Perusahaan konstruksi yang listed dalam BEI tahun 2014-2018 Perusahaan konstruksi dengan data yang tidak lengkap Sampel terpilih Periode observasi (2014-2018) Total observasi Jumlah 56 11 45 5 225 Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu laba yang diukur dari dan empat variabel independen: kinerja investasi, risiko keuangan dan nilai perusahaan dan praktik perataan laba. Kinerja investasi diukur dengan menggunakan proksi Return on Invesment (ROI). ROI diperoleh dari rasio laba bersih perusahaan terhadap nilai buku investasi perusahaan dalam periode tertentu [11]. Risiko keuangan diukur menggunakan rasio leverage. Menurut Abiprayu dan Pangestuti [21] risiko keuangan merupakan tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang saham biasa sebagai keputusan pendanaan melalui hutang. Leverage berguna untuk menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan aktiva perusaha an. Nilai perusahaan diukur dengan meng gunakan PBV (Price to Book Value), merupakan merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya [19]. Rasio ini mengungkapkan sejauh mana suatu perusahaan mampu menciptakan nilai yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Pengukuran perataan laba menggunakan Indeks Eckel, yang digunakan untuk mengindikasikan apakah perusahaan melakukan perataan laba atau tidak [7][31]. Adapun ukuran indeks Eckel sebagai berikut: I= CVΔ𝑅 CVΔ𝑃 Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan... Keterangan : I = Indeks Eckel CV = Koefisien variasi dari variabel (standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan) ΔR = Perubahan atas pendapatan (revenue) dalam suatu periode ΔP = Perubahan atas laba (profit) dalam suatu periode PBV IE Profit 0,01 -5,20 -86,05 1,97 4,40 782,25 0,04 0,29 8,73 0,10 0,40 33,62 109 0,19 2,17 87,45 Hasil analisis deskriptif pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat rasio kembalian investasi (ROI) dengan nilai terendah sebesar -32,54 % dan nilai tertinggi sebesar 32,04 %. Rata-rata ROI sebesar 2,738 % dengan deviasi standar sebesar 6,225 %. Ini Kriteria tindakan perataan laba adalah berarti bahwa perusahaan konstruksi secara apabila indeks Eckel kurang dari 1 (CVΔR > rata-rata mampu mendapatkan tingkat CVΔP) maka perusahaan dapat dianggap kembalian investasi positif sebesar 2,738 menjalankan praktik perataan laba dan apabila % dibanding total investasinya. Risiko indeks Eckel lebih besar atau sama dengan keuangan (leverage) menunjukkan nilai satu (CV∆S≤CV∆I) maka perusahaan terendah sebesar 1,140 dan nilai tertinggi dianggap tidak melakukan praktik perataan adalah sebesar 17,250. Nilai rata-rata leverage sebesar 2,856 %, yang di atas 0,50 laba [31] Analisis data diawali dengan uji statistik sehingga menunjukkan bahwa pada deskriptif atas variabel dependen dan perusahaan konstruksi cenderung memiliki independen. Langkah dilanjutkan dengan hutang yang lebih besar dari modal evaluasi asumsi klasik, evaluasi goodness of sendirinya. Nilai perusahaan (price to book fit model dan pengujian hipotesis melalui value) menunjukkan nilai terendah adalah analisis regresi berganda dengan aplikasi sebesar 0,010 dan nilai tertinggi adalah Eviews. Evaluasi atas asumsi klasik, meliputi sebesar 1,970 serta ni lai rata -rata PBV evaluasi multikolineritas, heteroskedasitas sebesar 0,107. dan autokorelasi sesuai kriteria Tabachnick & Praktik perataan laba yang diidentifikasi Fidell [32]. Evaluasi goodness of fit model kecenderungannya menggunakan indeks memperhatikan indikator: (1) koefisien eckel menunjukkan nilai terendah sebesar determinasi R2, (2) nilai F statistik dan (3) 5,204 dan nilai tertinggi sebesar 4,407 nilai t parameter variabel independen dengan dengan rata-rata sebesar 0,401. Sebagian signifikansi 5% [33]. besar perusahaan mencapai 62,67% Data observasi merupakan data panel menunjukkan kecenderungan melakukan mengakibatkan perlunya menguji spesifikasi praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan fixed effect model (FEM) atau random effect bahwa perusahaan konstruksi sampel secara model (REM) dengan memperhatikan rata-rata melakukan p r a k t i k perataan laba signifikansi F dan Chi-square cross section karena nilai rata-rata indeks eckel kurang pada tingkat alfa 5%. Pengujian hipotesis dari 1. Nilai rugi terendah tercatat dilakukan dengan memperhatikan signifikansi Rp86,050 milyar dan tertinggi sebesar nilai t-statistik atas koefisien variabel Rp782,250 milyar, dengan rata-rata laba independen dengan level 5%. sebesar Rp33,620 milyar. Uraian di atas menunjukkan investasi 3. Hasil dan Pembahasan sektor infrastruktur memberikan dukungan Hasil uji statistik deskriptif disajikan pada peningkatan kondisi perusahaan konstruksi, Tabel 2 berikut. dengan tingkat nilai ROI, laba dan pendapatan Tabel 2. Hasil Pengujian Deskriptif rata-rata yang positif. Kondisi tersebut juga Min Maks. Median Mean SD memberikan perhatian atas adanya tingkat ROI -32,54 32,04 2,98 2,73 6,22 risiko yang tinggi, ditunjukkan leverage Leverage 1,14 17,25 2,26 2,85 2,11 keuangan meningkat dan indikasi praktik 110 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114 perataan laba karena tingkat indeks eckel secara rata-rata kurang dari 1. Pengujian hipotesis pengaruh pengaruh faktor investasi dan praktik perataan laba terhadap tingkat profitabilitas diawali evaluasi asumsi klasik, evaluasi goodness of fit model regresi kemudian pengujian hipotesis.Hasil pengujian regresi ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Regresi Koef. t p Panel A Konstanta 20,88 1,41 0,15 ROI 2,49 5,00 0,00* Leverage 3,33 2,07 0,04* PBV 40,54 1,97 0,05* Indeks Eckel -12,42 -0,67 0,50 Nilai F 22,97 0,00* R2 0,83 Adjusted R2 0,80 AIC 10,99 Schwarz-C 10,60 Durbin Watson 1,89 Panel B Effect Test Stat.Value df p Cross sec. F 15,23 (44,25) 0,00* Cross sec. Chi2 373,660 44 0,00* Keterangan: *) signifikansi pada tingkat 5%, jumlah observasi 225; variabel dependen: profit, variabel independen: return on investment (ROI), tingkat financial leverage, rasio price book value (PBV) dan kategori perusahaan dari indeks Eckel (indeks eckel ≤ 1 kategori perusahaan yang melakukan praktik perataan laba, indeks eckel ≥ 1 ketegori perusahaan yang tidak melakukan perataan laba) Uji multikolinieritas terpenuhi, ditunjukkan tingkat R2 yang tinggi (83,8%) sedangkan tiga dari empat variabel independen (ROI, Leverage & PBV) memiliki nilai t yang signifikan pada 5%. Uji autokorelasi juga terpenuhi yang ditunjukkan dengan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,891 yang berada pada area tidak ada autokorelasi. Uji asumsi heteroskedasitas dikaitkan dengan asumsi spesifikasi model. Uji spesifikasi model terlihat pada panel B, yang mana effect test memberikan nilai Cross-section F 15,235 dan Cross-section Chi Square 373,660 yang keduanya signifikan pada level 5% sehingga asumsi heteroskedasitas terpenuhi. Hasil tersebut memberikan simpulan bahwa model fixed effect untuk unit cross section (perusahaan) lebih baik dibandingkan model random pooled OLS. Hal tersebut juga didukung nilai R2 yang tinggi (83,8%) dan nilai DW yang tinggi dibanding model lain [33]. Evaluasi atas goodness of fit dari model dilakukan dengan mencermati indikator: nilai koefisien determinasi (R2), nilai F model dan nilai t parameter [33]. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan 83,8% yang berarti hanya 16,2% variasi model regresi ditentukan variabel lain. Nilai F-statistik model sebesar 22,972 yang signifikan pada 5% sehingga pengaruh variabel independan terhadap variabel dependen secara simultan. Sedangkan uji parameter menunjukkan tiga variabel independen (ROI, Leverage & PBV) memiliki nilai t yang signifikan pada 5%, sedangkan variabel indeks eckel tidak signifikan. Hal tersebut juga didukung nilai Akaike Info Creterion (AIC) dan Schwarz Criterion yang kecil dibanding model lain. Pengujian hipotesis dilakukan dengan memperhatikan signifikansi untuk nilai t parameter. Tabel 2 panel A menunjukkan bahwa nilai t parameter ROI (5,002), leverage (2,079) dan PBV (1,970) masing-masing signifikan pada level 5%. Hanya nilai t parameter Indeks Eckel (-0,673) yang tidak signifikan pada level 5%. Hal tersebut mendukung hipotesis H1, H2 dan H3 bahwa ROI, Leverage dan PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profit perusahaan konstruksi. Indeks Eckel secara empiris tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profit perusahaan konstruksi, sehingga H4 tidak dapat didukung. Uraian diatas menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan konstruksi dipengaruhi secara signifikan berbagai variabel, antara lain: ROI, Leverage dan PBV yang merupakan variabel terkait kondisi investasi sektor infrastruktur. Variabel ROI yang mencerminkan kinerja investasi, Leverage menunjukkan risiko Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan... keuangan bisnis konstruksi dan nilai PBV yang menunjukkan ekspektasi pemegang saham atas nilai saham perusahaan. Hasil penelitian ini sama dengan temuan dari Prayudi & Daud [17] dan Lutfitasari & Lutfillah [7] yang menyimpulkan terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara kinerja investasi, risiko keuangan dan nilai perusahaan terhadap profitabilitas [17]. Temuan ini menunjukkan bahwa kinerja investasi sebagai respon peningkatan kondisi sektor infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap variasi profitabilitas perusahaan konstruksi. Fluktuasi pelaporan laba kemungkinan lebih besar terjadi pada perusahaan dengan tingkat kinerja investasi yang besar. Hal tersebut sejalan dengan temuan Aji dan Mita [19] serta Lutfitasari dan Lutfillah [7]. Realitas tersebut sesuai dengan arah persamaan, meskipun terdapat kelemahan bahwa kinerja investasi ROI bersifat dinamis dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan dengan kinerja investasi yang tinggi cenderung untuk meningkatkan kualitas penyajian labanya. Hasil pengujian hipotesis mendukung pengaruh variabel risiko keuangan (leverage) terhadap tingkat laba secara signifikan. Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Selviana [34] serta Lutfitasari dan Lutfilla [7], bahwa perusahaan dengan risiko keuangan yang semakin tinggi maka cenderung untuk mengalami kenaikan laba. Hal tersebut sejalan dengan dukungan investasi sektor konstruksi yang memberikan kesempatan kinerja bisnis yang lebih baik. Risiko finansial sejalan dengan tingkat investasi, yang semakin tinggi risiko maka tingkat kembalian juga semakin tinggi. Perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi, mengakibatkan manajemen menggunakan risiko yang bukan dalam bentuk rekayasa laba karena adanya pengawasan yang insentif dari kreditur. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mendorong manajemen berusaha untuk menurunkan risiko terutama bagi kreditur, dengan cara menyajikan laporan laba yang relatif lebih stabil, sesuai dengan kinerja 111 investasi tanpa melakukan rekayasa laba [18]. Hasil pengujian hipotesis mendukung pengaruh nilai perusahaan yang diproksikan dengan PBV terhadap tingkat laba secara signifikan. Nilai perusahaan tercermin tidak hanya dari harga saham, namun juga dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan. Apabila dividen yang dibagikan besar maka tingkat nilai harga saham juga meningkat demikian juga sebaliknya. Hasill penelitian ini sesuai dengan temuan oleh Aji dan Mita [19] yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai perusahaan maka perusahaan akan cenderung meningkat labanya. Pengaruh antara praktik perataan laba yang diproksikan dengan Indeks Eckel, meskipun tidak signifikan namun menunjukkan arah berbanding terbalik yang sejalan hipotesis dalam model regresi [36]. Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba cenderung memiliki tingkat laba yang rendah. Tidak didukungnya pengaruh perataan laba dengan laba dapat dijelaskan dengan adanya kritikan pengaruh tersebut. Pendekatan klasik atas pengaruh antara Indeks Eckel dan laba mendapat kritikan dari Eckel [31] dan Imhoff [35] yang berpendapat: (1) studi pengaruh tersebut secara khusus menggunakan model ekspektasi laba ternormalisasi. Model ekspektasi laba memiliki kelemahan apabila tidak secara tepat mendeskripsikan proses time series atas laba, maka kesimpulan yang dibuat dalam memasukkan komponen perataan laba menghasilkan penurunan variabilitas laba yang kemungkinan besar merupakan fungsi dari variabel random, (2) pemusatan hanya pada satu variabel perataan laba akan memungkinkan hasil kesimpulan yang bias karena dalam melakukan perataan laba terdapat kemungkinan manajer menggunakan lebih dari satu variabel dan (3) beberapa studi mengamati efek variabel perataan laba hanya pada satu periode pelaporan saja tanpa mempertimbangkan efek intertemporal. Copeland [37] juga berpendapat bahwa pada studi tentang perataan laba (income smoothing) secara cross sectional (satu 112 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114 periode) akan menghasilkan kesimpulan yang lemah. Copeland menyarankan dilakukannya studi income smoothing secara time series dengan memperhatikan pola perilaku laba. Ronen dan Sadan [38], Albrecht dan Richarsond [39] juga memberikan kritik terhadap studi sebelumnya mengenai tidak adanya model model perilaku (behavioral model) yang memprediksi mengapa perilaku income smoothing terjadi dan memprediksi bilamana income smoothing dilakukan. 4. Simpulan Penelitian ini secara empiris memberikan temuan bahwa kinerja investasi, leverage keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Terungkap pula bahwa praktik perataan laba oleh perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat laba. Penelitian ini memberikan kontribusi praktis bagi manajemen sebagai dasar pertimbangan berbagai variabel yang perlu diperhatikan untuk peningkatan laba perusahaan. Bagi pihak investor penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor yang berpengaruh terhadap tindakan laba dan indikasi perataan laba sehingga lebih mencermati informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain: (1) periode yang digunakan dalam penelitian ini tidak membedakan dengan periode sebelum kebijakan Nawacita sehingga tidak dapat diperbandingkan, (2) sampel yang dipilih adalah perusahaan konstruksi yang terdampak langsung dari kebijakan pembangunan infrastruktur. Penelitian di masa mendatang dapat mengembangkan periode waktu yang dapat membandingkan dengan periode sebelumnya sehingga akan menunjukkan pengaruh yang lebih jelas. Sampel penelitian dapat dikembangkan dengan industri yang tidak langsung terkait dengan kebijakan sektor infrastruktur. Daftar Rujukan [1] Ostrom E, Schroeder L, Wynne S. Analyzing the Performance of Alternative Institutional Arrangements for Sustaining Rural Infrastructure in Developing Countries. J Public Adm Res Theory 1993;3:11–45. doi:10.1093/oxfordjournals.jpart.a037157. [2] Démurger S. Infrastructure Development and Economic Growth: An Explanation for Regional Disparities in China? J Comp Econ 2001;29:95–117. doi:10.1006/jcec.2000.1693. [3] Zhang X. Critical Success Factors for Public–Private Partnerships in Infrastructure Development. J Constr Eng Manag 2004;131:3–14. doi:10.1061/(asce)07339364(2005)131:1(3). [4] Jean, Xavier; Dangra A. Is Indonesia’s Infrastructure Buildout Weakening SOE Balance Sheets? Short Answer: Yes. Singapore: 2018. [5] Yohana Artha Uly. 37.000 Kontraktor Swasta Bangkrut dalam 3 Tahun GaraGara Tak Dibayar hingga No Job. Oke Financ 2018:1. https://economy.okezone.com/read/2018 /03/14/470/1872766/37-000-kontraktorswasta-bangkrut-dalam-3-tahun-garagara-tak-dibayar-hingga-no-job. [6] Atarwaman R. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kepemilikan Manejerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur. J Ilmu Ekon Advant 2011;2:11–31. [7] Lutfitasari F, Lutfillah NQ. Profitabilitas, Risiko Keuangan dan Nilai Perusahaan, dan Praktik Perataan Laba. J Equity 2019;21:71. doi:10.34209/.v21i1.632. [8] Getz, D., & Petersen T. The Importance of Profit and Growth-Oriented Entrepreneurs in Destination Competitiveness and Change. In: S. Weber RT, editor. Reinventing a Tour. Destin. Facing Chall., Zagreb, Croatia: Institute for Tourism Zagreb; 2004, p. Ardiansah dan Yuyetta, Dampak Kinerja Investasi, Resiko Keuangan... 135–46. [9] Pratiwi H, Handayani BD. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial dan Pajak Terhadap Praktik Perataan Laba. Account Anal Journal, 2014;Vol. 3:264–72. [10] Karakaya F, Khalil O. Determinants of Internet Adoption in Small and MediumSized Enterprises. Int J Internet Enterp Manag 2004;2:341–65. [11] Jacobson R. The Validity of ROI as a Measure of Business Performance. Am Econ Rev 1987;77:470–8. doi:10.2307/1804112. [12] Bates K, Bates H, Johnston R. Linking service to profit: The business case for service excellence. Int J Serv Ind Manag 2003;14:173–83. doi:10.1108/09564230310474147. [13] Hou K, Xiong W, Peng L. A Tale of Two Anomalies: The Implications of Investor Attention for Price and Earnings Momentum. SSRN Electron J 2006. doi:10.2139/ssrn.976394. [14] Collins DW, Pincus M, Xie H. Equity Valuation and Negative of Equity. Account Hist J 1999;74:29–61. doi:10.2308/accr.1999.74.1.29. [15] Utari RJ, Gustini E, Tripermata L. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2015. J Ilm Ekon Glob Masa Kini 2017;8:95–100. [16] DeWenter KL, Malatesta PH. StateOwned and Privately Owned Firms: An Empirical Analysis of Profitability, Leverage, and Labor Intensity. Am Econ Rev 2001;91:320–34. [17] Prayudi D, Daud R. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. J FEMASI 2013;9:1–30. doi:10.1017/CBO9781107415324.004. [18] Setyani AY, Liffa R. Tindakan Perataan 113 Laba Pada Perusahaan Yang. J Ris Akunt Dan Keuang 2012;8:139–48. [19] Aji DY, Mita AF. Pengaruh Profitabilitas, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simp. Nas. Akunt., Makassar: IAI-KPd; 2010. [20] Christiana L. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. J Ilm Mhs Akunt 2012;1:71–5. [21] Abiprayu KB. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan Devidend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009). DiponegoroUniversity, 2011. [22] Noviana SR, Yuyetta ENA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010). J Akunt Dan Audit 2011;8:1–94. [23] Budiasih IGAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba i g a n budiasih. J Akuntansi, Audit Dan Bisnis 2009;4:1–14. [24] Teoh SH, Welch I, Wong T. Earning Management and the Underperformance of Seasoned Equity Offerings. J Financ Econ 1998;50:63–99. doi:10.2320/jinstmet1952.42.1_51. [25] Irham Muhajir I. Pengaruh Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham (Penelitian pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdapat di BEI Tahun 2010). UIN Sunan Gunung Djati, 2013. [26] Varaiya N, Kerin RA, Weeks D. The Relationship between Growth, Profitability, and Firm Value. Strateg Manag J 1987;8:487–97. doi:10.1002/smj.4250080507. [27] Cho HJ, Pucik V. Relationship between innovativeness, quality, growth, 114 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, September 2019, hlm. 106 – 114 profitability, and market value. Strateg Manag J 2005;26:555–75. doi:10.1002/smj.461. [28] Mona Y. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Nilai Saham terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur, Keuangan dan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). J Chem Inf Model 2013;53:160. doi:10.1017/CBO9781107415324.004. [29] Dewi RK, Zullaikha. Anlisa FaktorFaktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan MAnufaktur dan keuangan yang Terdaftar di BEI. J Akunt Keuang 2009. [30] Sumtaky OM. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ (2003-2005). Universitas Brawijaya, 2007. [31] Eckel N. Smoothing Hypothesis Revisited. Abacus 1981;17:28–40. [32] Tabachnick, Barbara G.; Fidell LS. Using Multivariate Statistics. Sixth. New Jersey: Pearson Education Limited; n.d. [33] Ghozali I, Ratmono D. Analisis Multivariat dan Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan EViews 8. 1st editio. Semarang: Badan Penerbit Undip; 2013. [34] Selviana D. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Financial Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing). Universitas Muria Kudus, 2015. [35] Imhoff EA. Income smoothing-a case for doubt. Account J 1977;1:85-100. [36] Kabajeh MAM, Al Nu’aimat SMA, Dahmash FN. The Relationship between the ROA, ROE and ROI Ratios with Jordanian Insurance Public Companies Market Share Prices. Int J Humanit Soc Sci 2012;2:115–20. [37] Copeland RM. Income Smoothing. J Account Res 1968;6:101–16. [38] Ronen, J., & Sadan S. Smoothing income numbers: Objectives, means, and implications. 1981. [39] Albrecht WD, Richardson FM. Income Smoothing By Economy Sector. J Bus Financ Account 1990;17:713–30. doi:10.1111/j.14685957.1990.tb00569.x.