Kemampuan Kerja Hewan
Work Ability Of Animals
Azki Afidati Putri Anfa 1*), Nadyatul Khaira Huda2), Nurul Fathjri Rahmayeny3)
Rifqi Ramadhana4), Selvi Nur Afni5)
1)
1410422025, Kelompok VA, Praktikan Fisiologi Hewan, Biologi, FMIPA UNAND
1410422015, Kelompok V A, Praktikan Fisiologi Hewan Biologi, FMIPA UNAND
3)
1410422045, Kelompok V A, Praktikan Fisiologi Hewan Biologi, FMIPA UNAND
4)
1410421001, Kelompok V A, Praktikan Fisiologi Hewan Biologi, FMIPA UNAND
5)
1410422041, Kelompok V A, Praktikan Fisiologi Hewan Biologi, FMIPA UNAND
*
Koresponden : azkianfa05@gmail.com
2)
Abstract
A practice of work ability of animals was held on Wednesday November 9th, 2016 in the
Laboratory Teaching II, Department of Biology, Faculty of Mathematics And Natural
Sciences, Andalas University. The practice was to known maximal works of animals in muscle
system and to known relationship between weight and work ability. The method that used in this
experiment was direct observation of animals work ability. The result of this practice was work
that takes on a male Mus musculus faster than in female Mus musculus. Time needed for male Mus
musculus was 6,5 s for level 1, 20,5s for level 2, and 3s for level 3. And female Mus musculus was
13s for level 1, 6s for level 2, and 25s for level 3.
Keywords: muscle movement, muscular system, Mus musculus
PENDAHULUAN
Otot merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh dapat bergerak ini
adalah suatu sifat penting bagi organisme.
Gerak sel terjadi karena sitoplasma
merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma
ini merupakan benang-benang halus yang
panjang disebut miofibril. Kalau sel otot
mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek, dengan kata lain sel otot akan
memendekkan dirinya ke arah tertentu
(berkontraksi) (Wulangi, 2000).
Sistem otot adalah sistem tubuh yang
memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan
postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot polos adalah
salah satu otot yang mempunyai bentuk
yang polos dan bergelondong. Cara
kerjanya tidak disadari (tidak sesuai
kehendak) / invontary, memiliki satu
nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini
biasanya terdapat pada saluran pencernaan
seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot
rangka).
Jaringan
otot
merupakan
kumpulan dari sel sel yang serabut otot.
Selama perkembangan embrionik, serabut
otot dibentuk melalui peleburan ekor
dengan ekor dari banyak sel menjadi
struktur yang seperti pipa. Di dalam sel
serabut otot ini terdapat unit kontaksi
berupa protein yang trerdiri atas miofibrilmiofibril. Miofibril ini merupakan
kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis
tipis (aktin) (Syaifuddin, 1997).
Terdapat 3 jenis otot yang ditemukan
pada vertebrata, yaitu otot rangka, otot
jantung dan otot polos. Bila diteliti di bawah
mikroskop, pada otot jantung dan otot
rangka terlihat adanya garis-garis dan
disebut otot lurik, sedang otot polos tidak
ditemukan adanya garis-garis atau pun
garisnya sangat halus, oleh karena itu
disebut otot polos. Otot polos mempunyai
serabut kontraktil yang tidak memantulkan
cahaya
berselang-seling,
sehingga
sarkoplasmanya tampak polos dan
homogen. Otot polos mempunyai bentuk
sel seperti gelendong, bagian tengah besar,
dan ujungnya meruncing. Dalam setiap sel
otot polos terdapat satu inti sel yang terletak
di tengah dan bentuknya pipih. Aktivitas
otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak
kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot
involunter dan selnya dilengkapi dengan
serabut saraf dari sistem saraf otonom.
Kontraksi otot polos sangat lambat dan
lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos
terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam
sehingga disebut juga otot visera. Misalnya
pada pembuluh darah, pembuluh limfa,
saluran pencernaan, kandung kemih, dan
saluran pernapasan. Otot polos berfungsi
memberi gerakan di luar kehendak,
misalnya gerakan zat sepanjang saluran
pencernaan (Irianto, 2004).
Otot lurik mempunyai serabut
kontraktil yang memantulkan cahaya
berselang-seling gelap (anisotrop) dan
terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik
berbentuk silindris atau serabut panjang.
Setiap sel mempunyai banyak inti dan
terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot
lurik bekerja di bawah kehendak (otot
sadar) sehingga disebut otot volunter dan
selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem
saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi
tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik
disebut juga otot rangka karena biasanya
melekat pada rangka tubuh, misalnya pada
bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di
lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma.
Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif
karena dapat berkontraksi secara cepat dan
kuat sehingga dapat menggerakkan tulang
dan tubuh (Hala, 2007).
Otot jantung berbentuk silindris atau
serabut pendek. Otot ini tersusun atas
serabut lurik yang bercabang-cabang dan
saling berhubungan satu dengan lainnya.
Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau
dua inti yang terletak di tengah
sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar
kehendak (otot tidak sadar) atau disebut
juga otot involunter dan selnya dilengkapi
serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi
otot jantung berlangsung secara otomatis,
teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi
lambat. Dinamakan otot jantung karena
hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan
relaksasi otot jantung menyebabkan jantung
menguncup dan mengembang untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri
khas otot jantung adalah mempunyai diskus
interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang
tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop
(Setiowati, 2007).
Otot dapat berkontraksi bila ada
rangsangan
yang
berangkai.
Bila
rangsangan diberikan pada otot sewaktu
berkontraksi, maka kontraksi otot akan
bertambah besar. Keadaan ini disebut
sumasi. Bila rangsangan diberikan terus
menerus, maka kontraksi mendatar. Otot
dikatakan berfungsi bila otot tersebut
menjadi
pendek
dan
diameternya
membesar. Adapun sifat-sifat otot, antara
lain, kontraksibilitas yaitu kemampuan otot
untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot
sedang melakukan kegiatan;ektensibilitas,
yaitu kemampuan otot untuk memanjang
dan
lebih
panjang
dari
ukuran
semula;elastisitas, yaitu kemampuan otot
untuk kembali pada ukuran semula (Razak,
2004).
Kontraksi otot terjadi karena
adanya rangsangan. Namun, untuk
menggerakan otot biasanya diperlukan
suatu rangkaian rangsangan yang berurutan.
Rangsangan pertama akan diperkuat oleh
rangsangan kedua, rangsangan kedua akan
diperkuat oleh rangsangan ketiga, dan
begitu seterusnya. Maka dengan demikian
akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang
maksimum. Tiap rangsangan yang
diberikan akan menimbulkan potensi aksi,
yang akan menghasilkan kontraksi otot
tunggal pada serabut otot. Jika setelah
berkontraksi otot tersebut mencapai
relaksasi penuh, kemudian potensi aksi
kedua diberikan, akan terjadi kontraksi
tunggal yang kekuatanya sama dengan
kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi
aksi yang kedua diberikan saat otot belum
mencapai relaksasi penuh dari relaksasi
pertama akan terjadi kontraksi tambahan
pada puncak kontraksi pertama. Ini
dinamakan penjumlahan kontraksi. bila otot
diberikan rangsangan yang sangat cepat,
tetapi masih ada relaksasi diantara dua
rangsangan, akan terjadi keadaan yang
dinamakan tetanus tidak sempurna. Jika
tidak ada kesempatan relaksasi diantara
kedua rangsangan, akan terjadi kontraksi
dengan kekuatan maksimum yang disebut
tetanus sempurna (Setiadi, 2007).
Adapun tujuan dari pratikum kali
ini yaitu untuk mengetahui kemampuan
maksimal suatu hewan dalam bentuk kerja
angkat beban dan gerak otot, dan untuk
mengetahui hubungan antara berat beban
dengan kemampuan kerja hewan.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 9 November 2016 pukul 08.00 10.30 WIB di Laboratorium Teaching II
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah bak bak berisi air, logam beban
(ring) yang diketahui beratnya, tali pengikat
beban, timbangan, stopwatch, alat ukur, alat
tulis. Bahan yang digunakan Mus musculus
2 ekor yang sudah diketahui umur dan jenis
kelaminnya.
Cara Kerja
Disediakan Mus musculus jantan dan betina
yang diketahui umurnya dan ditimbang
berat badan serta bebannya Selanjutnya
dipasangkan beban yang bervariasi pada
ekornya. Ditempatkan Mus musculus dalam
bak air kedalaman 3 cm di satu sisi dan
diamati kemampuan renangnya mencapai
satu sisi lainnya yang berseberangan.
Hitung kecepatan Mus musculus tersebut
untuk mencapat tujuan dalam satuan detik.
Lakukan pengulangan dengan variasi beban
yang diberikan sebanyak 2 kali tiap masingmasing level beban. Lalu analisis data dan
sajikan dalam bentuk grafik hubungan
beban dengan kecepatan gerak Mus
musculus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hubungan kemampuan kerja hewan dengan waktu
No Berat Mus musculus (gr)
Perlakuan (level
Waktu (s)
beban) (gr)
Jantan
Betina
Jantan
Betina
1.
Level 1 (3,99)
6,5
13
2.
30,47
27,38
Level 2 (5,94)
20,5
6
3.
Level 3 (8,08)
3
25
Hubungan Kemampuan Kerja Hewan dengan Waktu
30
WAKTU (S)
25
20
Betina
15
Jantan
10
5
0
3,99
5,94
8,08
LEVEL BEBAN (GR)
Grafik 1. Hubungan kemampuan kerja hewan dengan waktu
Berdasarkan tabel 1 dan garfik 1 dapat
diamati kemampuan kerja (berenang) Mus
musculus jantan dan betina. Pada Mus
musculus jantan saat diberikan beban level
1, Mus musculus jantan bergerak dengan
waktu 6,5 detik, level 2 dengan waktu 20,5
detik, dan level 3 dengan waktu 3 detik. Di
sini terjadi ketimpangan data dimana level
3 yang justru lebih berat dari level 2 justru
ditempuh oleh Mus musculus jantan dengan
waktu yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan
suhu pada laboratorium yang cukup dingin
sehingga Mus musculus menggigil dan sulit
bergerak saat diberi beban level 2 dan justru
langusng berlari kencang saat diberi beban
level 3. Pada Mus musculus betina bergerak
cukup lambat dibanding Mus musculus
jantan. Waktu yang ditempuh untuk
mencapai tujuan dengan beban level 1
adalah 13 detik, level 2 adalah 6 detik, dan
level 3 adalah 25 detik. Faktor utama yang
mempengaruhi lambatnya gerakan Mus
musculus
menurut
Adnan
(2010),
peningkatan radikal bebas, stress, oksidatif
dan
menurunya
anti-oksidan
tubuh,dimungkinkan menjadi faktor yang
berpengaruh pada penurunan sistem faali
tubuh sehingga daya tahan tubuh juga
menurun.
Menurut Wiliam (1995), suatu otot
akan berkontraksi lebih cepat apabila suatu
beban lebih ringan. Otot yang mengangkat
beban lebih ringan memiliki kecepatan
yang relatif lebih besar, tetapi apa bila otot
diberi beban yang lebih berat maka
kecepatan otot akan menurun dan semakin
berat beban yang diberikan kepada otot
maka, otot akan mengalami kelelahan otot.
Hal ini dikarenakan otot sudah berkontraksi
maksimal, sehingga ketika sudah kontraksi
maksimal dan otot dipaksa mengangkat
beban maka hasilnya otot tidak bisa
mengangkat beban tersebut.
Pada Mus musculus betina
membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding dengan Mus musculus jantan
untuk mencapai tujuannya. Hal ini
sebagaimana menurut Scanlon dan Tina
(2000) yang menyatakan bahwa Mus
musculus jantan memiliki kemampuan
kerja yang lebih besar daripada Mus
musculus betina dikarenakan metabolisme
seluler yang dihasilkan lebih besar jika
dibandingkan dengan Mus musculus betina
menyebabkan kapasitas kerja otot Mus
musculus jantan jauh lebih besar daripada
Mus musculus betina. Perakiraan usia ( 3
bulan) mrupakan perkiraan usia yang cukup
matang bagi Mus musculus untuk bekerja
lebih besar jika dibandingkan rentang usia
yang lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Semakin besar berat beban maka
kecepatan akan semakin lambat,,
begitupun sebaliknya dan semakin
berat badan maka kemampuan
mengangkat beban semakin besar..
2. Berat badan dapat mempengaruhi
kemampuan kerja pada Mus musculus,
selain itu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja pada hewan adalah
usia, jenis kelamin, faktor lingkungan,
kondisi fisik, berat beban, dan panjang
lintasan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Pagarra, Halifah. 2010. Struktur
Hewan. Jurusan Biologi FMIPA
UNM. Makassar.
Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum 2.
UIN Alauddin Press. Makassar.
Irianto, K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia
untuk
Paramedis.
Gramedia. Jakarta.
Razak, D. 2004. Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Unhas. Gitamedia.
Jakarta.
Scanlon, V. C. dan Tina Sanders. 2000.
Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia.
Graham Ilmu. Yogyakarta.
Setiowati, T. 2007. Biologi Interaktif. Azka
Press. Jakarta.
Syaifuddin. 1997. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta.
Williams, M.H. 1995. Nutrition for fitness
and sport. USA: Brown &
Benchmark Publishers.
Wulangi, K.S. 2000. Prinsip-prinsip
Fisiologi Hewan. ITB. Bandung
LAMPIRAN
Gambar 1. Mus musculus jantan diberikan beban level 1.