Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Rekayasa Pembuatan Papan Komposit Menggunakan Limbah Organik Pelepah Pinang

Telah dilakukan penelitian pembuatan papan komposit dari serbuk upih dengan lem polyvinyl acetate (PVAc). Perbandingan takaran volume lem dan serbuk upih yaitu 1:3. Variasi sampel yaitu semua serbuk, tegak lurus arah serat dan sejajar arah serat. Pembuatan papan komposit dilakukan dengan tekanan 200,37 kgf/cm 2 pada suhu kempa 40 o C-100 o C. Parameter pengujian hasil papan komposit yaitu uji kerapatan partikel, uji keteguhan lentur dan uji keteguhan tarik. Standar yang digunakan yaitu SNI 03-2105-2006 Papan Partikel. Hasil pengujian kerapatan partikel untuk ; semua serbuk 1,27 gr/cm 3 , tegak lurus arah serat 1,19 gr/cm 3 , sejajar arah serat 1,38 gr/cm 3. Hasil pengujian keteguhan lentur untuk ; semua serbuk 154,18 kgf/cm 2 , tegak lurus arah serat 171,37 kgf/cm 2 , sejajar arah serat 317,07 kgf/cm 2. Hasil pengujian keteguhan tarik untuk ; semua serbuk 0,44 kgf/cm 2 , tegak lurus arah serat 0,67 kgf/cm 2 , sejajar arah serat 0,66 kgf/cm 2. Kata kunci : papan komposit, papan partikel, upih pinang, kerapatan partikel, keteguhan lentur, keteguhan tarik.

REKAYASA PEMBUATAN PAPAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN LIMBAH ORGANIK PELEPAH PINANG (Studi kasus di perkebunan rakyat Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi ) Engineering Manufacture Of Composite Boards Using Organic Waste Of Areca Nut Midribs (Case study in people’s plantation of East Tanjung Jabung, Jambi) Nurul Amin1 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sains Terapan, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta INTISARI Telah dilakukan penelitian pembuatan papan komposit dari serbuk upih dengan lem polyvinyl acetate (PVAc). Perbandingan takaran volume lem dan serbuk upih yaitu 1:3. Variasi sampel yaitu semua serbuk, tegak lurus arah serat dan sejajar arah serat. Pembuatan papan komposit dilakukan dengan tekanan 200,37 kgf/cm2 pada suhu kempa 40oC-100oC. Parameter pengujian hasil papan komposit yaitu uji kerapatan partikel, uji keteguhan lentur dan uji keteguhan tarik. Standar yang digunakan yaitu SNI 03-2105-2006 Papan Partikel. Hasil pengujian kerapatan partikel untuk ; semua serbuk 1,27 gr/cm3, tegak lurus arah serat 1,19 gr/cm3, sejajar arah serat 1,38 gr/cm3. Hasil pengujian keteguhan lentur untuk ; semua serbuk 154,18 kgf/cm2, tegak lurus arah serat 171,37 kgf/cm2, sejajar arah serat 317,07 kgf/cm2. Hasil pengujian keteguhan tarik untuk ; semua serbuk 0,44 kgf/cm2, tegak lurus arah serat 0,67 kgf/cm2, sejajar arah serat 0,66 kgf/cm2. Kata kunci : papan komposit, papan partikel, upih pinang, kerapatan partikel, keteguhan lentur, keteguhan tarik ABSTRACT Has done extensive research on the composite board manufacturing by upih sawdust with polyvinyl acetate glue (PVAc). Comparison of glue and upih sawdust volume is 1: 3. Variations of sample is all sawdust, vertical of fibers direction, and parallel of fibers direction. Composite board manufacturing by pressure 200.37 kgf /cm2 at temperature 40oC-100oC. Testing parameters of composite board results is particle density test, bending tests and tensile tests. The standard used is SNI 03-2105-2006 Particle Board. Test results of the particle density for ; all sawdust 1.27 gr/cm3, vertical of fibers direction 1,19 gr/cm3, parallel of fibers direction 1,38 gr/cm3. Test results of bending tests for ; all sawdust 154.18 kgf/cm2, vertical of fibers direction 171.37 kgf/cm2, parallel of fibers direction 317.07 kgf/cm2. Test results of tensile test for ; all sawdust 0.44 kgf/cm 2, vertical of fibers direction 0.67 kgf/cm2, parallel of fibers direction 0.66 kgf/cm2. Keywords : composite board, particle board, areca nut midribs, particle density, bending strength, tensile strength 1 Profil : https://istakprind.academia.edu/NurulAmin, email/kontak : shecorps@gmail.com/082242731245. PENDAHULUAN Perkebunan pinang menghasilkan limbah organik, salah satunya upih. Upih adalah bagian pembungkus bunga yang merupakan pangkal pelepah pinang. Bagian ini akan jatuh ketika bunga pinang mulai mekar. Upih belum dimanfaatkan untuk bahan baku industri. Pengelolaan upih umumnya dengan membakar atau membiarkannya busu di tanah. Beberapa pengelolaan lainnya yaitu dengan membuatnya menjadi mainan anak-anak atau perangkat kipas tangan sederhana. Pada tahun 2013, Kabupaten Tanjung Jabung Timur menghasilkan 87,7 juta lembar upih. Di perkebunan pinang, upih biasanya ditumpuk di sekitar batang pinang. Apabila telah mengering, upih dibakar. Pemanfaatan lebih lanjut dari upih ini dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari upih, serta memperbaiki cara pengelolaan kebun. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latarbelakang penelitian ini, peneliti merumuskan dua masalah yaitu : a) bagaimana cara membuat papan komposit dengan bahan baku pelepah pinang (upih)? b) Bagaimana perbandingan nilai antara hasil yang diperoleh dengan SNI-032105-2006 Papan Partikel? BATASAN MASALAH Batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain : a) Sampel diambil secara acak di perkebunan rakyat di Dusun Setia Budi, Desa Sungai Beras, Kec. Mendahara Ulu, Kab. Tanjung Jabung Timur pada bulan Desember 2015 b) Parameter pengujian : uji kerapatan partikel, uji keteguhan lentur kering, uji keteguhan tarik tegak lurus permukaan. c) Jumlah pengulangan uji sebanyak tiga kali per variasi sampel. d) Variasi sampel berdasarkan komposisi papan komposit dan susunan upih, yaitu : Semua partikel, tegak lurus arah serat dan sejajar arah serat. e) Lem yang digunakan yaitu polyvinyl acetate (PVAc) TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini yaitu : a) membuktikan secara ilmiah bahwa pelepah pinang bisa menjadi bahan baku pembuatan papan komposit, b) mengetahui cara membuat papan komposit dengan bahan baku pelepah pinang, c) mengetahui perbandingan nilai hasil pengujian dengan SNI 03-21052006 Papan Partikel. TINJAUAN PUSTAKA Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan, seperti pembungkus gula merah, gula aren dan gula tebu (Kristina dan Syahid, 2007). Serat sabut sebagian besar terdiri dari selulosa dengan proporsi yang bervariasi dari hemi-selulosa, lignin, pektin dan protopectin. Berdasarkan berbagai tes, telah diketahui bahwa serat kulit dapat digunakan dalam membuat barang-barang seperti papan tebal, bantal berbulu, dan kain non-woven. Percobaanpercobaan telah menunjukkan bahwa kertas pembungkus cokelat bisa dibuat dari campuran serat pinang dan bambu atau bubur batang pisang dengan hasil memuaskan dan berkualitas (Orwa Et al, 2009). Tabel 1. Kandungan Senyawa Kimia Pelepah Pinang No Komponen Kandungan kimia (%) 1 Selulosa 31,70 2 Lignin 17,40 3 Hemiselulosa 33,90 4 Zat Ekstraktif 2,35-13,84 5 Silika 0,60 6 Abu (non 2,30-2,60 organic/silica) Sumber : Casey, 1960 – dalam Fratiwi, AA, 2015 Lignin adalah salah satu penyusun utama penyusun kayu yang merupakan polimer alami yang terdiri dari molekulmolekul polifenol. Dengan adanya lignin maka kayu mampu meredam kekuatan mekanis yang dikenakan terhadapnya sehingga memungkinkan usaha pemanfaatan lignin sebagai perekat dan 2│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta pengikat (binder) pada papan partikel, kayu lapis dan komposit (Nuryanto, 2000). Papan komposit adalah material yang terdiri dari dua atau lebih material yang disusun sedemikian rupa dalam skala makroskopik, sehingga diperoleh kombinasi sifat akhir yang lebih baik (Haiyum, 2013). Papan partikel dengan papan gergajian tipis yang dilaminasi dikenal dengan nama comply lumber atau composite lumber (Haygreen dan Bowyer, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan papan komposit diantaranya : bahan baku (jenis serat, dimensi serat, ekstraktif dan lignin), bahan penolong (perekat dan pengikat), dan teknologi pembuatan (pembuatan lapisan perekat, pemanasan dan pengempaan). Papan partikel kayu kelapa sawit (KKS) – polystyrene (PS) memiliki nilai kekuatan tarik optimum sebesar 55,15 kg/cm2 dan kekuatan lentur optimum sebesar 92,27 kg/cm 2. Secara umum papan partikel KKS-PS memenuhi standar SNI 03-2105-2006 (Mawardi, 2009). Papan komposit layak untuk dikembangkan karena dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan papan komposit masuk dalam standar JIS A 5908 2003 dan masuk kelas kuat I dan II sehingga dapat digunakan untuk kontruksi bangunan ringan (Wulandari, FT, 2013). METODE Penelitian ini menggunakan tiga metode pendekatan yaitu kepustakaan, metode rekayasa dan metode evaluasi dan perbandingan. Metode kepustakaan digunakan pada awal penelitian untuk memperoleh referensi yang mendukung penelitian ini. Metode rekayasa digunakan pada saat pembuatan papan komposit beserta berbagai macam modifikasi peralatan yang digunakan untuk membuat papan komposit. Metode evaluasi dan perbandingan digunakan untuk mengevaluasi hasil pengujian dan melakukan perbandingan dengan standar yang digunakan yaitu SNI 03-2105-2006 Papan Partikel. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sesuai fungsi masing-masing. Bahan baku didatangkan dari Parit Antara, Dusun Setia Budi, Kel. Sungai Beras, Kec. Mendahara Ulu, Kab. Tanjung Jabung Timur, Jambi. Penyiapan alat dan bahan baku, serta pembuatan papan komposit dilakukan di Desa Pandeyan UH, Yogyakarta. Proses penyerbukan dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. Pengujian kerapatan partikel dan pemanasan akhir dilakukan di Lab. Teknik Lingkungan IST AKPRIND Yogyakarta. Pengujian keteguhan lentur kering dan keteguhan tarik tegak lurus permukaan dilakukan di Lab. Bahan Teknik JTMI UGM. Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu peralatan pengukuran seperti neraca dengan ketelitian 0,2 gram, jangka sorong, penggaris, mesin penghancur kayu, alat kempa berupa dongkrak 2 ton, kompor kecil, alat tumpuan kempa, cetakan, alat uji keteguhan tarik dan alat uji keteguhan lentur. Bahan yang digunakan yaitu pelepah pinang (upih) berupa serbuk dan lembaran, lem polyvinyl acetate (PVAc), dan spiritus. Tahap pembuatan papan komposit meliputi penyiapan alat dan bahan, pengempaan, pendinginan dan pembuatan spesimen. Alat-alat untuk membuat papan komposit seperti cetakan, alat tumpuan, dongkrak, dan kompor harus disiapkan terlebih dahulu sebelum serbuk upih diadon dengan lem PVAc. Hal ini agar ketika adonan selesai dibuat, bisa langsung dikempa tanpa menunggu penyiapan peralatan. Gambar 1. Dongkrak dan cekatan Selain itu, lembaran upih sebagai veneer juga perlu disiapkan sebelumnya. Upih dipotong seukuran 20 cm x 10 cm kemudian diberi lubang berdiameter satu sentimeter yang tersusun segitiga sama kaki. Banyaknya lubang sekitar 14-20 buah setiap lembar upih. Lubang ini 3│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta berfungsi sebagai pengikat ketika terisi oleh serbuk upih. Ketika lubang ini terisi dan ditekan, lalu mengeras, lubang ini akan mengunci dan mengikat antar lembaran partikel pada papan komposit. angka maksimal berada di angka sekitar 2850 Psi atau 200,37 kgf/cm 2. Setelah itu bagian bawah besi tumpuan diberi panas melalui kompor spiritus. Pemanasan ini berlangsung sekitar 15 menit dengan panas yang diperoleh pada besi bagian bawah lebih dari 100oC (hingga adonan terdengar seperti mendidih) dan di besi penekan bagian atas panasnya sekitar 40oC. Maka bisa diprediksi panas di adonan berkisar antara 40oC-100oC. Setelah 15 menit, kompor spiritus dimatikan dan papan komposit dibiarkan dingin. Kemudian setelah terasa benarbenar dingin, papan komposit dilepaskan dari cetakan dan besi tumpuan. Gambar 2. Upih yang telah diberi lubang Lalu serbuk upih yang telah dipersiapkan diadon dengan lem PVAc hingga merata dengan perbandingan 1:3 takaran dengan volume gelas takar atau 180 cm3. Proses pengadonan ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan tangan. Gambar 4. Cetakan dan hasil cetakan Gambar 3. Adonan serbuk upih dan lem PVAc Setelah adonan selesai dibuat, pada lapisan pertama ditaburkan adonan serbuk upih secara merata setebal setengah sentimeter, lalu ditutup dengan lembaran upih yang telah diolesi dengan lem PVAc. Lalu lembaran tersebut ditaburi lagi dengan adonan serbuk upih secara merata sampai tertutup sempurna. Kemudian diatasnya ditutup lagi dengan lembaran upih dan terakhir ditutup dengan taburan serbuk upih. Setelah selesai, bagian atasnya ditimpa dengan besi penekan. Lalu diatas besi penekan tersebut diletakkan dongkrak untuk memberikan tekanan. Tekanan diatur hingga maksimal. Pada penelitian ini Setelah sampel papan komposit mencukupi jumlah untuk keseluruhan pengujian, papan komposit ini dikeringkan kembali di oven selama satu hari dengan suhu 80oC untuk menghilangkan kandungan air di dalamnya. Setelah kering, papan komposit dipotong sesuai ukuran tertentu berdasarkan syarat masing-masing pengujian. Untuk pengujian kerapatan partikel, papan komposit dipotong seukuran 10 cm x 10 cm. Untuk pengujian keteguhan lentur, papan komposit dipotong dengan ukuran panjang 20 cm x lebar 5 cm. Untuk pengujian keteguhan tarik papan komposit dipotong dengan ukuran 20 cm x 3,5 cm. Setelah spesimen sudah dipotong sesuai ukuran, masing-masing spesimen diberi label. Untuk pengujian kerapatan partikel diberi label A1 – A9, untuk pengujian keteguhan lentur kering diberi label B1-B9, untuk uji keteguhan tarik tegak lurus permukaan diberi label C1-C9. Angka 1-3 menunjukkan variasi semua partikel, angka 4-6 menunjukkan variasi tegak lurus arah serat, angka 7-9 menunjukkan variasi sejajar arah serat. 4│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta Penambahan lembaran upih sebagai veneer antara tampak tidak signifikan mempengaruhi kerapatan partikel. Hal ini dapat dilihat pada grafik dimana variasi tegak lurus arah serat justru lebih rendah daripada semua partikel. Hasil pengujian keteguhan lentur kering menunjukkan semua variasi berhasil lolos SNI 03-2105-2006 dengan type masing-masing. Gambar 5. Spesimen Uji PEMBAHASAN Hasi pengujian kerapatan partikel menunjukkan bahwa kerapatan partikel dari semua variasi yang diuji berada diatas batas maksimal SNI 03-2105-2006. Tabel 2. Hasil pengujian kerapatan SAS 238,608 113,76 110,16 183,57 142,51 188,033 290,98 290,98 369,26 154,18 171,37 317,07 1,19 317,07 SP 171,37 1,38 SNI 306 Hasil Uji 133 SAS Rata-rata (g/cm3) 1,27 154,18 TAS A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 Kerapatan (g/cm3) 1,142 1,316 1,362 1,154 1,335 1,090 1,367 1,429 1,336 partikel TAS B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 133 SP Label SP kgf/cm2 Var Tabel 3. Hasil pengujian keteguhan lentur kering Var Label KLK Rata-rata (kgf/cm2) (kgf/cm2) TAS SAS KLASIFIKASI HASIL UJI Gambar 5. Grafik perbandingan hasil uji kerapatan partikel dengan SNI Kerapatan partikel ini disebabkan oleh tekanan 2850 psi atau 200,375 kgf/cm2. Selain itu, proses pemanasan, besarnya serat partikel dan lem yang digunakan juga mempengaruhi kerapatan partikel. Gambar 6. Klasifikasi hasil uji keteguhan lentur berdasarkan SNI Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa variasi sampel semua partikel dan tegak lurus arah serat masuk dalam papan partikel tipe 13 atau dikategorikan ke jenis papan partikel biasa dan papan partikel dekoratif. Sedangkan sampel sejajar arah serat masuk ke dalam papan partikel tipe 30-15 atau dikategorikan ke jenis papan partikel berlapis veneer. Hasil pengujian keteguhan lentur membuktikan bahwa upih sebagai veneer dapat berfungsi sebagai penguat struktur papan yang dapat meningkatkan keteguhan lentur kering secara signifikan. 5│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta Susunan upih yang sejajar arah serat mampu meningkatkan keteguhan lentur sebesar 162,89 kgf/cm 2 atau 105,64% sedangkan susunan upih yang tegak lurus arah serat mampu meningkatkan keteguhan lentur kering sebesar 17,19 kgf/cm2 atau 11,14%. Hal ini membuktikan fakta kualitatif bahwa sifat kaku dari upih mengikuti arah serat, posisi titik tumpu tekanan dan kerapatan serat. Fakta kualitatif yang dimaksud diperoleh dengan melakukan uji kualitatif pada lembaran upih dengan melakukan dua percobaan langsung. Pertama dengan memposisikan dua titik tumpu yang sejajar arah serat diujung serat upih lalu menekan bagian tengah diantaranya. Percobaan kedua dengan memposisikan dua titik tumpu yang tegak lurus arah serat dan menekan bagian tengah diantaranya. Hasilnya didapatkan dengan membandingkan dua hasil percobaan ini. Percobaan pertama akan diperoleh kekakuan yang lebih tinggi dibanding percobaan kedua. kondisi spesimen melengkung. Lengkungan pada spesimen ini menyebabkan dua hal. Pertama, hasil uji tidak akurat. Kedua, beberapa sampel rusak (retak) pada saat pemosisian di mesin uji, sebelum pengujian tarik dimulai. Faktor kedua ini juga menyebabkan hasil pengujian tidak akurat. Tabel 4. Hasil Pengujian Keteguhan Tarik Tegak Lurus Permukaan Var Label SP C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 TAS SAS Keteguhan Tarik (kgf/cm2) 0,400 0,486 0,428 0,400 1,171 0,857 0,457 Rata-rata (kgf/cm2) 0,44 0,67 0,66 5 0 SP Gambar 7. Uji kelenturan upih secara kualitatif sesuai arah seratnya. Hasil pengujian keteguhan tarik tegak lurus permukaan menunjukkan bahwa semua hasi pengujian berada dibawah batas minimum yang dipersyaratkan dalam SNI 03-2105-2006 baik tipe 18, tipe 13, tipe 15, tipe 30-15, tipe 20-10 dan tipe 17,5-10,5. Rendahnya nilai keteguhan tarik tegak lurus permukaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : kondisi spesimen yang lengkung, kondisi spesimen yang rusak sebelum diuji, serat partikel, dan lem yang digunakan. Dari empat faktor ini, faktor pertama dan kedua adalah faktor yang paling berpengaruh. Pengujian keteguhan tarik tegak lurus permukaan memiliki prasyarat dimana kondisi spesimen harus sesuai dengan standar JIS Z 2241 2011 tentang tensile testing. Sementara pada saat pengujian, TAS SAS Hasil Uji Tipe 18 Tipe 13 Tipe 15 Tipe 30-15 Tipe 24-10 dan 17,5-10,5 Gambar 8. Perbandingan Hasil Uji dengan SNI Lengkungan pada spesimen ini terjadi karena papan komposit mengalami penguapan pada proses pengeringan alami dan buatan (dengan oven), sementara papan komposit tidak dalam kondisi dikempa. Akibatnya, papan melengkung ke arah bagian yang memiliki kerapatan kurang rapat dan masih menyimpan kandungan air. Hal ini terlihat dari arah lengkungan dimana arah lengkungan bertolak belakang dengan bagian yang mengalami pemanasan maksimum dan berkerapatan lebih tinggi. 6│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta KESIMPULAN Untuk menjawab rumusan masalah dan mengklarifikasi hipotesis sementara yang telah dikemukakan di awal penelitian, maka peneliti membuat kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : a) Upih pinang dapat menjadi bahan baku pembuatan papan komposit dengan cara dikempa panas (hot press) dalam cetakan, dimana upih berfungsi sebagai matriks pengisi (partikel) dan sebagai penguat struktur papan komposit (veneer). Lembaran upih sebagai veneer yang disusun sejajar arah serat dapat meningkatkan keteguhan lentur sebesar 105,64 %, sedangkan yang disusun tegak lurus arah serat dapat meningkatkan keteguhan lentur sebesar 11,14%. b) Semua variasi pada hasil pengujian kerapatan partikel berada di atas batas maksimum standar kerapatan partikel dalam SNI 03-2105-2006. Hasil pengujian keteguhan lentur kering memenuhi syarat dalam SNI 03-21052006 dengan klasifikasi berdasarkan nilai hasil pengujian yaitu variasi semua partikel dan tegak lurus arah serat termasuk kategori papan partikel tipe 13 dan variasi sejajar arah serat termasuk kategori papan partikel tipe 30-15. Semua variasi dari hasil pengujian keteguhan tarik tegak lurus permukaan tidak memenuhi nilai minimum dari SNI 03-2105-2006 Papan Partikel. Untuk parameter uji keteguhan tarik tegak lurus permukaan ini, hipotesis sementara tidak terbukti. SARAN Untuk pengembangan dan penelitian lebih lanjut, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1) Sebaiknya menggunakan bahan dan peralatan yang tepat. Hal ini sangat mempengaruhi proses penelitian dan hasil penelitian. 2) Proses pengempaan dengan peralatan hidrolik sangat riskan terhadap kebocoran. Jika terdapat kebocoran sedikit saja pada pompa hidrolik, pengempaan menjadi tidak maksimal dan pengukuran tidak akurat. 3) Spesimen harus sesuai standar yang telah ditetapkan. Hendaknya hal ini diketahui sejak awal agar tidak terjadi kesalahan pembuatan spesimen dan kesalahan dalam pengujian. 4) Penelitian ini masih terbatas pada tiga parameter, dengan tiga kali pengulangan uji. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitan lebih lanjut dengan parameter yang sama dan lainnya dengan akurasi yang lebih baik. 5) Khusus untuk penelitian serupa, hendaknya sampel mengalami pengeringan yang maksimum saat dikempa. Hal ini mengantisipasi agar sampel tidak melengkung. DAFTAR PUSTAKA Fratiwi, AA. 2015. Pemanfaatan Serat Pelepah Daun Pinang (Areca Catechu) dan Matriks Recycled Polypropylene (Rpp) sebagai Bahan Baku Pembuatan Komposit Dengan Variasi Massa. Politeknik Negeri Sriwijaya. Haiyum, M. 2013. Papan Partikel Thermocomposite berpenguat Serat Alam. Banda Aceh : Jurnal Teknologi. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe. Haygreen, JG dan JL, Bowyer. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Diterjemahkan Sucipto AH. Editor Soenardi P. Gajahmada Press. Yogyakarta. Kristina, N.N. dan S.F.Syahid, 2007. Penggunaan Tanaman Kelapa, Pinang, dan Aren Sebagai Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun. Vol. 13. Mawardi, I. 2009. Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene. Banda Aceh : Jurnal Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe. Nuryanto, E. 2000. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber Bahan Kimia . Warta PPKS 8(3): 137144, PPKS, Medan. Orwa C, A Mutua, Kindt R , Jamnadass R, S Anthony. 2009 Agroforestree Database : a tree reference and selection guide version 4.0. Wulandari, FT. 2013. Produk Papan Komposit dengan Pemanfaatan Limbah Non Kayu. Mataram : Media Bina Ilmiah. 7│J u ru s a n T ekn ik L i n g ku n g a n I ST AK P RIN D Y o g ya ka rta