Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI LINGKUNGAN DAN MAKANAN Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 ACARA 1 Pemeriksaan Parameter Lingkungan Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar Belakang Keberadaan lingkungan hidup sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Apabila terjadi kerusakan lingkungan hidup maka kehidupan manusia juga akan terganggu. Adanya globalisasi dan reformasi mengubah nilai dan pola pikir terhadap pengambilan kebijakan tentang lingkungan. Mengingat pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia, pemerintah baik pusat maupun daerah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sangat dibutuhkan karena masyarakatlah yang secara langsung berhadapan dengan masalah lingkungan (Sriyanto, 2011). Masalah lingkungan yang ada di kehidupan manusia dapat diketahui, supaya manusia dapat memahami dan tidak melakukan suatu hal yang memperburuk keadaan lingkungan, dimana manusia perlu adanya suatu pengetahuan mengenai permasalahan yang ada pada lingkungan hidup untuk selanjutnya dapat dilakukan pencegahan dan perbaikan bila ada masalah pada lingkungan, salah satu cara untuk mengetahui masalah lingkungan yang ada yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap lingkungan, pengukuran ini bisa dilakukan untuk mengetahui masalah lingkungan seperti kebisingan, suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Menurut Umar dalam Sriyanto (2011) pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasi-informasi atau data yang dinyatakan dalam berntuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan pengukuran parameter lingkungan yang ada, dimana untuk mengetahui apakah lingkungan tersebut dalam keadaan memenuhi syarat atau tidak. Tujuan Mengetahui suhu di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat Mengetahui kebisingan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat Mengetahui intensitas cahaya di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat Mengetahui kelembaban di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat Tinjauan Pustaka Kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (PER.13/MEN/X/2011). Kebisingan merupakan salah satu factor bahaya fisik yang sering dijumpai ditempat kerja. Terpajan oleh kebisingan yang berlebihan dapat merusak kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli) dan juga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain termasuk  jantung (Soeripto, 2008) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona yaitu: Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingannya 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 – 70 dB. Suhu Suhu menunjukkan derajat panas benda. Dimana semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan energy yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak baik dalam bentuk perpindahan maupun gerakkan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Santoso, 2007). Menurut Komariah et all (2016), suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. . Temperatur merupakan ukuran mengenai panas dan dinginnya benda, dan alat yang digunakan untuk pengukur temperatur adalah termometer. Fungsi pengukuran temperatur/suhu diantaranya yaitu dalam bidang kedokteran untuk mengetahui suhu tubuh manusia apakah demam atau tidak. Termometer juga untuk mengetahui suhu ruang, mengetahui berapa suhu oven dan sebagainya.(Giancoli, 2001). Intensitas Cahaya Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Kelelahan mata merupakan akibat dari ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman, sehingga banyak penyakit yang dapat menyerang mata dan menyebabkan gangguan penglihatan atau kelainan refraksi mata (Prayoga, 2014). Kelembaban Kelembapan udara (humidity gauge) adalah jumlah uap air diudara (atmosfer). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan disebut dengan Higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal lembap (dehumidifier). Kondisi kelembaban relatif yang berubah-ubah ini dapat mempengaruhi lapisan inversi yang ada. Lapisan inversi berkaitan dengan perubahan kondisi kelembaban relatif. Lapisan inversi yang ada akan menutup aliran udara yang ada di atmosfer sehingga membuat lapisan udara tipis di udara (Rasyidi dkk, 2015). Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur – angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar. Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya. Hal ini dise babkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin (Handoko, 2002). Metode Pengukuran Suhu Alat Termometer Stop Watch Form Pengukuran Bahan Lobby Kesehatan Masyarakat Cara Kerja Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan untuk praktikum pengukuran suhu Buat formulir pengukuran untuk mencatat hasil Letakkan Termometer pada ruangan di tengah Biarkan selama 10 menit Baca hasil dengan melihat garis merah ditengah pada satuan ºC Catat hasil di formulir pengukuran yang telah dibuat Pengukuran Kebisingan Alat Sound Level Meter (SLM) Form pengukuran Alat tulis Bahan Lobby Kesehatan Masyarakat Cara Kerja Klik tombol ON pada SLM Kalibrasikan hingga angka 94 db / yang mendekati Geser tombol ke arah A Hitung setiap 5 detik sekali sampai 20 kali dengan menekan tombol hold pada SLM Catat pada form pengukuran Hitung hasil ( 5 hasil pertama dan terakhir di hapus, sisa di rata-rata) Pengukuran Pencahayaan Alat Lux meter Stopwatch Form pengukuran Bahan Lobby Kesehatan Masyarakat Cara Kerja Siapkan Alat dan Bahan Klik tombol ON Kalibrasikan sampai angka 0 / yang mendekati Arahkan ke sumber cahaya Tunggu hingga stabil Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali Catat hasil pengukuran Tekan tombol OFF Hitung rata-rata hasil pengukuran Pengukuran Kelembaban Alat Hygrometer Form pengukuran Bahan Lobby Kesehatan Masyarakat Cara kerja Isi air pada tabung di bawah wet Letakkan Hygrometer di tengah Lobby Kesehatan Masyarakat Biarkan ± 10 menit Lihat angka pada suhu dry & wet Hitung selisih, kemudian hasil selisih di tarik ke suhu dry Bacalah dan catat hasil di form pengukuran Hasil Pengukuran Hasil Pengukuran Keterangan Pengukuran Suhu 27oC Suhu di Lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat normal. Waktu pengukuran 10.43 – 10.53 WIB Pengukuran Kelembaban Dry : 28 oC Wet : 26 oC Selisih : 2 Kelembaban: 85% Kelembaban di Lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat diatas normal. Waktu pengukuran 11.08 – 11.18 WIB Pengukuran Cahaya Pojok 1 : 105 Lux Pojok 2 : 110, 67 Lux Pojok 3 : 717 Lux Pojok 4 : 255 Lux Tengah : 166, 67 Lux Rata-rata: 270, 868 Lux Rata-rata pencahayaan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat memenuhi persyaratan.. Pengukuran Intensitas Suara (Kebisingan) 64,1 58,6 60,0 60,2 63,6 58,0 60,3 61,3 59,0 61,0 Rata-rata : 60, 61 dB Hasil pengukuran diambil 10 di tengah pengukuran, karena tingkat ketelitian lebih tinggi Rata-rata kebisingan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat memenuhi persyaratan.. Pembahasan Pengukuran Suhu Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran suhu di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat yaitu 270C. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1405/Menkes/XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar untuk temperatur ruangan adalah 180C sampai 280C. Sehingga dapat dikatakan bahwa lobby Kesehatan Masyarakat Unsoed memiliki suhu udara yang nyaman karena berada dalam Nilai Ambang Batas (NAB). Pengukuran Kelembaban Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran kelembaban di Lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat 85% Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1405/Menkes/ XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara 40% sampai 60%. Sehingga dapat dikatakan bahwa lobby Kesehatan Masyarakat Unsoed lebih tinggi dari NAB. Pengukuran Cahaya Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran pencahayaan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat yaitu 270,868 Lux. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux. Sehingga dapat dikatakan bahwa lobby Kesehatan Masyarakat Unsoed bagus karena lebih dari nilai minimal NAB yaitu >100 Lux. Pengukuran Intensitas Suara (Kebisingan) Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran kebisingan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat yaitu 60,61 dB. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona yaitu: Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingannya 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 – 70 dB. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tingkat kebisingan di lobby Kesehatan Masyarakat Unsoed masuk kategori zona C. Jika dibandingkan dengan NAB (Nilai Ambang Batas) menurut Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja, perkantoran dan industri hasil nilai kebisingan di lobby Jurusan Kesehatan Masyarakat Unsoed memenuhi persyaratan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jurusan Kesehatan Masyarakat Unsoed adalah sebagai berikut: Suhu : 27ºC (artinya suhu di lobby Kesehatan Masyarakat memenuhi syarat) Kelembaban : 85 % (artinya kelembaban di lobby Kesehatan Masyarakat tidak sesuai syarat) Pecahayaan : 270,868 Lux ( artinya intensitas cahaya di lobby Kesehatan Masyarakat memenuhi syarat) Kebisingan : 60,61 dB ( artinya kebisingan di lobby Kesehatan Masyarakat memenuhi syarat) Daftar Pustaka Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA. Jakarta : Erlangga. Handoko. 2002. Klimatologi Dasar. Bogor : FMIPA-IPB. KEPMENKES RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri Komariah, A., Handoyo & Lestari., M., S. 2016. “Pengaruh Suhu Dan Intensitas Cahaya Terhadap Waktu Penyelesaian Target Pekerjaan Perakitan”. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Yogyakarta. ISSN : 1979 – 911X. PERMENAKERTRANS No. Per.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Prayoga. Hermawan adi. 2014. “Intensitas Pencahayaan Dan Kelainan Refraksi Mata Terhadap Kelelahan Mata”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 : (2) (2014) 131-136. Rasyidi, Achmad Alviansah, dkk. 2015. “Penentuan Korelasi Perubahan Kelembaban Relatif terhadap Ketinggian Inversi dan Kualitas Udara Ambien di Kota Surabaya”. Jurnal Teknik ITS. Vol. 4 : (1) ISSN: 2337-3539. Santoso, Begot. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII KTSP. Bandung : Inter Plus. Soeripto, M. 2008. Higiene Industri . Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Lampiran Lux meter alat untuk mengukur pencahayaan Termometer alat untuk mengukur suhu Hygrometer alat untuk mengukur kelembaban Sound Level Meter alat untuk mengukur kebisingan Pengukuran cahaya di Lobby Kesehatan Masyarakat ACARA 2 Pengambilan Sampel Makanan Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar Belakang Menurut Suryani (2014), makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan makanan ataupun pengolahannya, karena penting untuk kita lakukan dimana makanan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas akan berdampak baik pula pada kesehatan diri kita, oleh karena itu perlu adanya pelaksanaan prosedur yang benar terkait cara pengambilan sampel makanan yang baik dan prosedur pengiriman ke laboratorium. Tujuan Untuk mengetahui cara pengambilan sampel makanan dengan baik dan prosedur pengiriman sampel ke Laboratorium Tinjauan Pustaka Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi. Makanan yang higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan tidak mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan. Bahan makanan yang akan kita makan harus mengandung komposisi gizi yang lengkap, yaitu terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Di Indonesia komposisi tersebut dikenal dengan nama makanan “4 sehat 5 sempurna”. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu karbohidrat, lemak, dan protein berfungsi sebagai sumber energi atau penghasil energi yang bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam tubuh, zat gizi yang berfungsi sebagai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh manusia dan memelihara jaringan tersebut, serta mengatur proses-proses kehidupan merupakan fungsi dari kelompok zat gizi seperti protein, lemak, mineral, vitamin dan air (Almaitser, 2011). Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pembuat makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes RI, 2003). Menurut Ningsih (2014), makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Kasus keracunan makanan dan penyakit infeksi karena makanan cenderung meningkat. Anak-anak sering menjadi korban penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungannya dalam proses pengelolaan makanan. Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Beberapa macam penyakit yang ditularkan oleh makanan disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang baik. Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Penyakit yang ditimbulkan karena pangan yang tercemar telah menjadi masalah di dunia. Berdasarkan analisis data yang berhasil dihimpun saat ini, kasus-kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) atau keracunan makanan masih cukup tinggi (Amelia dkk, 2014). Teknik pengambilan sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak tepat dalam pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan dari bahan yang akan dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa parameter sebagai berikut : 1. Homogenitas Sampel Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur secara merata atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang representatif. Demikian juga pada tanaman disuatu lahan, kualitas pada tiap bagian tanaman atau lahan mempunyai kualitas yang berbeda. 2. Cara Pengambilan Sampel Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-selektif adalah pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut. 3. Jumlah Sampel Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10 persen dari jumlah bahan. 4. Penanganan Sampel Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan ataupun tumbuhnya jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah (kurang dari 15 persen) kemungkinan terjadinya kerusakan sampel kecil sekali. Sampel demikian dapat langsung dimasukkan ke kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Sampel dengan kadar air tinggi seperti silase, maka kemungkinan terjadinya penguapan air sangat besar. Sehingga untuk mengontrol penguapan air, maka sampel yang telah diambil harus segera ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara, dibawa ke laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan keringnya. Jika tidak dianalisis segera maka sampel yang telah diambil segera timbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan. Kemudian baru dibawa ke laboratorium. 5. Prosesing Sampel Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling sehingga diperoleh sampel yang halus. Metode Alat Kantong plastik Label Alat tulis Bahan Ikan tongkol Bakso Kerupuk warna Cara Kerja Datang ke lokasi pengambilan sampel Wawancara memakai kuisioner Bahan lansung dimasukkan ke kantong plastik Bahan langsung di bawa ke laboratorium untuk di periksa Hasil Pengambilan Sampel Tongkol Data Umum 1. Nama Pemilik : Wasno 2. Pendidikan : SD 3. Alamat : Kombas 4. Lama Berjualan : 40 tahun 5. Jenis Makanan : Tongkol 6. Jumlah Karyawan/Penjamah : 2 orang 7. No. Ijin Usaha : - 8. Nama Pemeriksa : Adah Ittikhadah 9. Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2017 Data Khusus Bahan baku : Bahan baku berasal dari mana? Tegal Waktu membeli bahan baku? Pagi hari Berapa hari sekali membeli bahan baku? Seminggu sekali Tempat penyimpanan bahan baku? Di loyang Pengolahan Makanan : Apakah mengolah makanan sendiri? Tidak Berapa lama mengolah makanan? Tidak Apakah penjamah makanan paham tentang bahan tambahan makanan? Tidak Apakah dalam pengolahan makanan penjamah menambahkan bahan tambahan makanan? Tidak Jika iya, bahan tambahan makanan yang digunakan apa? Tujuan penambahan bahan tambahan makanan apa? Tidak Berapa takaran penambahan bahan tambahan makanan? Tidak Penyimpanan makanan Jadi : Apakah makanan jadi ditempatkan diwadah tertutup dan terlindungi dari pencemar dan binatang pengganggu? Tidak Berapa lama penyimpanan bahan makanan? Seminggu Jika tidak habis apakah makanan tersebut dijual kembali? Iya Apakah keluarga dan penjamah juga ikut mengkonsumsi makanan yang di jual? Iya Pengambilan Sampel Kerupuk Kering Data Umum 1. Nama Pemilik : Waliyah 2. Pendidikan : SD 3. Alamat : Kombas 4. Lama Berjualan : 25 tahun 5. Jenis Makanan : Krupuk kering 6. Jumlah Karyawan/Penjamah : 3 orang 7. No. Ijin Usaha : - 8. Nama Pemeriksa : Adah Ittikhadah 9. Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2017 Data Khusus Bahan baku : Bahan baku berasal dari mana? Semarang Waktu membeli bahan baku? Siang hari Berapa hari sekali membeli bahan baku? 2 minggu sekali Tempat penyimpanan bahan baku? Plastik Pengolahan Makanan : Apakah mengolah makanan sendiri? Tidak Berapa lama mengolah makanan? Tidak Apakah penjamah makanan paham tentang bahan tambahan makanan? Tidak Apakah dalam pengolahan makanan penjamah menambahkan bahan tambahan makanan? Tidak Jika iya, bahan tambahan makanan yang digunakan apa? Tujuan penambahan bahan tambahan makanan apa? Tidak Berapa takaran penambahan bahan tambahan makanan? Tidak Penyimpanan makanan Jadi : Apakah makanan jadi ditempatkan diwadah tertutup dan terlindungi dari pencemar dan binatang pengganggu? Tidak Berapa lama penyimpanan bahan makanan? 2 minggu Jika tidak habis apakah makanan tersebut dijual kembali? Iya Apakah keluarga dan penjamah juga ikut mengkonsumsi makanan yang di jual? Tidak Pengambilan Sampel Bakso Data Umum 1. Nama Pemilik : Ibu Rob 2. Pendidikan : SD 3. Alamat : Jl. Pancurawis 4. Lama Berjualan : 30 tahun 5. Jenis Makanan : Bakso 6. Jumlah Karyawan/Penjamah : 5 0rang 7. No. Ijin Usaha : - 8. Nama Pemeriksa : Risna Rochantika S 9. Tanggal Pemeriksaan : 28 November 2017 Data Khusus Bahan baku : Bahan baku berasal dari mana? Penjagalan Mersi Waktu membeli bahan baku? Pagi hari Berapa hari sekali membeli bahan baku? Setiap hari Tempat penyimpanan bahan baku? Plastik Pengolahan Makanan : Apakah mengolah makanan sendiri? Iya Berapa lama mengolah makanan? 1 Jam Apakah penjamah makanan paham tentang bahan tambahan makanan? Iya Apakah dalam pengolahan makanan penjamah menambahkan bahan tambahan makanan? Iya Jika iya, bahan tambahan makanan yang digunakan apa? Tujuan penambahan bahan tambahan makanan apa? Micin (untuk meningkatkan cita rasa) Berapa takaran penambahan bahan tambahan makanan? 2 bungkus Penyimpanan makanan Jadi : Apakah makanan jadi ditempatkan diwadah tertutup dan terlindungi dari pencemar dan binatang pengganggu? Tidak Berapa lama penyimpanan bahan makanan? Satu hari Jika tidak habis apakah makanan tersebut dijual kembali? Iya Apakah keluarga dan penjamah juga ikut mengkonsumsi makanan yang di jual? Iya No. Sampel yang diambil Tempat pengambilan sampel 1. Bakso Pasar Wage, Purwokerto 2. Krupuk kering Pasar Wage, Purwokerto 3. Ikan Tongkol Pasar Wage, Purwokerto Pembahasan Praktikum pengambilan sampel makanan dan pengiriman sampel ke laboratorium bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan sampel yang baik dan prosedur pengiriman sampel ke laboratorium. Cara kerja pengambilan sampel dengan langkah pertama yaitu menentukan lokasi yang akan diambil sampel makanan yaitu lokasi Pasar Wage Purwokerto dengan sampel makanan berupa ikan tongkol, bakso dan kerupuk kering. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membeli sampel kepada penjual kemudian mewawancarai penjual. Setelah itu, sampel makanan tersebut di kirim ke laboratorium untuk dilakukan tes lab. Metode pengambilan sampel bahan makanan yang digunakan adalah metode acak atau Random Sampling. Metode ini memungkinkan setiap kelompok praktikum mendapatkan kesempatan/peluang yang sama terhadap suatu sampel-sampel makanan. Penentuan sampel dilakukan oleh asisten dengan cara acak/dikocok, kemudian didapatkan hasil bahwa kelompok 1B mendapat kesempatan untuk mengambil sampel bahan makanan berupa bakso, kerupuk kering, ikan tongkol dan melakukan pemeriksaan terhadap bahan tersebut. Pengambilan sampel bahan makanan tersebut di Pasar Wage memiliki beberapa keuntungan seperti lebih murah karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli sampel makanan tidak terlalu banyak, lebih mudah karena bahan makanan tersebut mudah di peroleh di pasar-pasar tradisional, lebih cepat diperoleh karena lebih sedikitnya subyek sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat, mewakili seluruh bahan makanan tersebut di pasar yang bersangkutan, lebih spesifik untuk meneliti sampel bahan makanan tersebut. Prinsip higiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan yaitu (Depkes RI, 2003) : Prinsip I : Pemilihan Bahan Makanan Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalaui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008). Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) : Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik misalnya swalayan. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik. Prinsip II : Penyimpanan Bahan Makanan Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan (Depkes RI, 2004). Prinsip III : Pengolahan Makanan Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan jalan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan (Arisman, 2009). Prinsip IV : Penyimpanan Makanan Jadi Prinsip penyimpanan makanan terutama ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri, mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan, mencegah timbulnya sarang hama Prinsip V : Pengangkutan Makanan Makanan yang berasal dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan untuk disimpan, kemungkinan pengotoran makanan terjadi sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya baik/buruknya pengangkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tempat/alat pengangkut, tenaga pengangkut, tekhnik pengangkutan, syarat- syarat pengangkutan makanan memenuhi aturan sanitasi, alat/tempat pengangkutan harus bersih, cara pengangkutan makanan harus benar dan tidak terjadi kontaminasi selama pengangkutan, pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari, cara pengangkutan harus dilakukan dengan mengambil jalan singkat. Prinsip VI : Penyajian Makanan Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas, atau boks plastik harus dalam keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang menimbulkan racun. Kegiatan pengambilan sampel makanan ini dilakukan pada tanggal 28 November 2017, sampel yang di ambil yaitu bakso, kerupuk kering berwarna dan ikan tongkol. Tempat pengambilan sampel makanan ini di pasar wage Purwokerto dengan berbeda masing masing pedagangnya, untuk pedagang krupuk kering yaitu ibu Waliyah, untuk pedagang bakso yaitu ibu Rob dan untuk pedagang ikan tongkol yaitu bapak wasno. Kesimpulan Pengambilan sampel makanan dan pengiriman sampel ke laboratorium dalam praktikum ini dilakukan dalam satu waktu yaitu pada hari Selasa 28 November 2017. Sampel yang di ambil meliputi bakso, ikan tongkol dan kerupuk kering. Pengambilan sampel dilakukan dengan mendatangi pedagang yang bertempat di Pasar Wage, kemudian dilakukan wawancara melalui kuesioner guna memperoleh data dari sampel bahan makanan tersebut, setelah melakukan transaksi dan mewawancarai pedagang kemudian bahan dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam dan koran untuk menutupi bahan makanan agar terhindar dari lalat yang hinggap setelah itu langsung di bawa ke laboratorium untuk di periksa, karena jarak yang tidak terlalu jauh dengan laboratorium maka sampel bahan makanan cukup di bawa dengan menggunakan plastik. Daftar Pustaka Almaitser, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Amelia, R; Endrinaldi; Zulkarnain Edward . 2014. Identifikasi dan Penentuan Kadar Boraks dalam Lontong yang Dijual di Pasar Raya Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3). Arisman. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene dan Sanitasi Jasaboga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Kusmayadi, Ayi dan Dadang Sukandar. 2008. Cara Memillih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi Masyarakat. http://databasedeptan.go.id. Ningsih, Riyan. 2014. “Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Serta Kualitas Makanan Yang Dijajakan Pedagang di Lingkungan SDN Kota Samarinda”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. (10) : 1. ISSN 1858-1196. Suryani, Dyah. 2014. “Keberadaan Angka Kuman Ikan Bawal Bakar Dan Peralatan Makan Bakar”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 : (2) 191-196. Lampiran Sampel makanan yang diambil (tongkol) terbungkus kertas koran supaya terhindar dari kotoran kemudian di keluarkan langsung di uji Lab Sampel makanan (bakso) yang telah di keluarkan dari plastik langsung di uji lab Sampel makanan (kerupuk warna) yang sudah di keluarkan dari plastik kemudian di uji Lab ACARA 3 Pemeriksaan Boraks Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar Belakang Penyalahgunaan boraks yaitu meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit (Vepriati, 2007). Pada dasarnya makanan yang mengandung boraks ini sangat membahayakan apabila pengkonsumsiannya dalam intensitas waktu yang lama, oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari diri pribadi khususnya dalam melakukan pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi terlebih di era modern seperti sekarang, orang yang pada khususnya pedagang-pedagang akan sangat mungkin melakukan kecurangan pada saat di lapangan, oleh karena itu perlu adanya pengamanan yang ekstra terkait bahan pangan yang akan di konsumsi, Keamanan makanan merupakan masalah yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam penyelenggaraan upaya kesehatan secara keseluruhan. Salah satu masalah keamanan makanan di Indonesia adalah masih rendahnya pengetahuan, keterampilan dan tanggungjawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan makanan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga (Amelia,dkk., 2014). Tujuan Mengetahui ada tidaknya kandungan Boraks pada sampel yang akan di periksa Tinjauan Pustaka Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B) dan biasa digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptic pada kosmetik. Penggunaan boraks dalam waktu lama dan jumlah yang banyak dapat menyebabkan kanker. Boraks sebagai pengawet dalam makanan dilarang penggunaannya sesuai dengan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan atas Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan (Pane, 2013). Boraks pada masyarakat luas sering disalahgunakan sebagai bahan tambahan makanan seperti halnya untuk pembuatan lontong dan ketupat. Penjual lontong dan ketupat berusaha menampilkan lontong dan ketupatnya agar kelihatan menarik bagi konsumen baik dari segi fisik maupun rasa. Hal inilah yang membuat beberapa penjual menggunakan boraks sebagai bahan pengawet dan pengenyal agar lontong dan ketupat yang dihasilkan lebih kenyal, berasa tajam dan gurih, tahan lama serta biaya produksinya rendah. Padahal menurut Permenkes RI No 33 tahun 2012 Natrium Tetraborat (Boraks) merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang untuk digunakan (Depkes RI, 2012). Maka dari itu keamanan pangan merupakan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Monijung, et all, 2016). Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O710H2O) dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air (Cahyadi, 2008). Asam Borat atau yang dikenal dengan nama boraks dalam kesehariannya berfungsi sebagai pembersih, fungisisda, herbisisda dan insektisida yang bersifat toksik pada manusia (Eka, 2013) Metode Alat Boraks Tes Kit Cawan Porselin dan Penggerus Pipet Ukur dan Tensball Tabung reaksi Gelas Kimia dan Pengaduk Bahan Sampel makanan yang diperiksa (bakso) Cara Kerja Haluskan sampel dengan cawan dan penggerus Masukkan 1 gr sampel padat / 1 ml sampel cair, tambahkan air panas 2-3 ml Tambahkan 10-20 tetes pereaksi I Boraks (HCL) & kocok dengan hati-hati Diamkan selama 10 menit Celupkan ujung pereaksi II (kertas kurkuma) ke tabung Anginkan ± 10 menit (+) warna kemerahan (-) tidak berubah warna Bandingkan dengan kertas blanko Hasil Sampel Reaksi warna Hasil Bakso Merah pada kertas kurkuma Positif (+) Sampel bakso yang diuji terjadi perubahan warna kemerahan pada kertas kurkuma sehingga hasil sampel tersebut positif mengandung Boraks. Pembahasan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel bakso menunjukkan hasil positif (+). Terlihat dengan adanya perubahan warna kemerahan pada kertas kurkuma. Pemeriksaan Boraks dengan kertas kurkuma atau dengan uji Test Kit pada praktikum kali ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji (bakso) positif mengandung Boraks. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari kertas kurkuma yang semula berwarna kuning berubah menjadi kemerahan setelah dicelupkan pada larutan sampel. Kertas kurkuma berubah warna menjadi kemerahan menunjukkan bahwa adanya pembentukan seyawa Rososiasin merah dari baron dengan kertas kurkuma yang merupakan prinsip dari uji Test Kit. Kesimpulan Pada sampel bakso yang diuji terjadi perubahan warna kemerahan pada kertas kurkuma yang berarti sampel tersebut positif mengandung Boraks. Daftar Pustaka Amelia, dkk. 2014. “Identifikasi dan Penentuan Kadar Boraks dalam Lontong yang Dijual di Pasar Raya Padang”, Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3 No. 3: 459 – 461. Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.: Bumi Aksara Depkes R.I. 2012. Pedoman Penggunaan Bahan Tambahan Pangan bagi Industri. Jakarta Eka, R. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Jakarta: Titik Media Publisher Monijung, dkk. 2016. “Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada Bakso yang Disajikan pada Kios Bakso Permanen di Kecamatan Malalayang Kota Manado”. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT . Vol. 5 : (2). ISSN 2302 – 2493. Pane, I. S., Nuraini, D., & Chayaya, I. (2013). Analisis Kandungan Boraks Na2B4O710H2O Pada Roti Tawar yang Bermerk dan Tidak Bermerk yang Dijual di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2012. Jurnal Lingkungan dan Kesehatan Kerja , 2, 1-8. Vepriati,N. 2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon Progo. Kulon Progo : Dinkes Kulon Progo. Lampiran Pemotongan sampel bakso menjadi bagian yang lebih kecil Penghalusan sampel bakso dengan cawan porselin dan penggerus Penimbangan sampel bakso Menghomogenkan sampel bakso Hasil pemeriksaan uji Boraks pada bakso ACARA 4 Pemeriksaan Formalin Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar Belakang Penggunaan pengawet pada bahan makanan sampai saat ini masih banyak dijumpai akhir-akhir ini. Pengawet yang lagi ramai dibicarakan di kalangan masyarakat adalah penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan. Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, seperti: formalin, boraks, zat pewarna, CO, antiseptik, antibiotic (kloramfenikol, Niiro furans, OTC) semakin marak disebabkan karena bahan pengganti pengawet tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya tidak terkontrol dengan baik, dapat diperoleh dengan harga murah dan sangat mudah diperoleh. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh para produsen makanan adalah menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi tentang formalin dan bahayanya, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, harga formalin yang sangat murah dan mudah untuk didapat (Tatuh dkk, 2016). Untuk itu perlu adanya pemberian pengetahuan dengan cara memperlihatkan secara langsung bahan bahan yang terkontaminasi formalin supaya masyarakat lebih hati-hati dan selektif dalam memilih bahan makanan yang akan di konsumsi. Tujuan Mengetahui ada tidaknya kandungan Formalin pada sampel makanan yang diperiksa Tinjauan Pustaka Formalin merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah. Pemakaian formalin oleh pedagang sebagai bahan pengawet makanan dapat disebabkan karena kurangnya informasi tentang bahaya pemakaian formalin, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih rendah, harga formalin yang sangat murah dan lebih mudah untuk diperoleh serta efektif digunakan sebagai pengawet walaupun hanya dalam jumlah sedikit (Cahyadi, 2009). Formalin merupakan salah satu pengawet yang memiliki kemampuan baik dalam mengawetkan. Akan tetapi, menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) No mor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Aprilianti, 2007). Menurut Faradila dkk, (2014), penggunaan pengawet non pangan pada bahan makanan saat ini sedang banyak dibicarakan. Berbagai tayangan televisi selalu menayangkan berbagai macam bentuk kecurangan yang dilakukan oleh pedagang makanan. Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo bahan pengawet non pangan yang sering dipakai dan dijadikan bahan perbincangan saat ini adalah formalin. Biasanya formalin marak digunakan sebagai pengawet bahan makanan seperti: mie basah, tahu, ikan kering dan juga bakso. Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter. Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, 2006). Menurut Sahara dan Purawisastra (2011) berbagai jenis makanan mempunyai tingkat penyerapan formalin yang berbeda-beda seperti dalam penelitiannya daging paha ayam pada perendaman 2 jam pertama dapat menyerap 1,58 mg/g formalin dan pada perendaman 6 jam dapat meningkat menjadi 5,84 mg. Untuk penghilangan formalin pada 1 jam pertama, terjadi penurunan sebesar 2,85 mg dan pada 3 jam perendaman selanjutnya dapat mengurangi kadar formalin sebesar 2,37mg. Metode Alat Formaldehyde Test Kit Pipet ukur dan Tensball Cawan Porselin dan penggerus Tabung reaksi Gelas Kirmia + pengaduk Bahan Sampel makanan yang akan diperiksa (ikan tongkol) Cara Kerja Siapkan alat & bahan Masukkan ke tabung reaksi 1 gr sampel padat / 1 ml sampel cair, tambahkan air panas 2-3 ml Tambahkan 1 tetes Pereaksi I, tambahkan 3 tetes Pereaksi II untuk sampel padat Biarkan 5 menit, jika sampel warna ungu kebiruan berarti positif (+) Formalin Hasil Sampel Reaksi warna Hasil Ikan Tongkol Ungu Violet Positif (+) Berdasarkan hasil penelitian ikan tongkol yang kami tes positif mengandung formalin karena setelah di reaksikan dengan pereaksi I dan II hasilnya berubah menjadi keunguan. Pembahasan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel ikan tongkol menunjukkan hasil positif (+). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan warna menjadi ungu kebiruan Pemeriksaan Formalin dengan pereaksi I dan Pereaksi II pada praktikum kali ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji yaitu ikan tongkol positif mengandung Formalin. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna ungu kebiruan sehingga dapat kita ketahui bahwa ikan tongkol tersebut mengandung formalin. Kesimpulan Pada sampel ikan tongkol yang diuji terjadi perubahan warna ke ungu violet yang berarti sampel tersebut positif mengandung formalin Daftar Pustaka Aprilianti, A., Ma’ruf, A., Fajarini, Z.N., dan Purwanti, D., 2007. Studi Kasus Penggunaan Formalin pada Tahu Takwa di Kotamadya Kediri. Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang Astawan, Made. 2006. Mengenal Formalin Dan Bahayanya. Jakarta: Penebar Swadaya. Cahyadi W. 2009. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta: Bumi Aksara Faradila., Yustini A. & Elmatris. 2014. “Identifikasi Formalin pada Bakso yang Dijual pada Beberapa Tempat di Kota Padang”. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3 : (2). Sahara, E., Purawisastra, S. 2011. Penyerapan Formalin Oleh Beberapa Jenis Bahan Makanan Serta Penghilangannya Melalui Perendaman dalam Air Panas. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. 34(1): 63-74. Jakarta. Litbang Depkes. Tatuh, H. A., Johnly, R., & Sri. S,. 2016. “Analisis Kandungan Formalin pada Berbagai Jenis Ikan Di Kota Manado”. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Vol. 5 : (4). ISSN 2302 – 2493. Lampiran Sampel makanan (ikan tongkol) Penimbangan sampel bakso Hasil uji Formalin pada sampel bakso ACARA 5 Pemeriksaan Rhodamin Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar belakang Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengo lahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2008). Keamanan makanan merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Disamping itu dijelaskan bahwa sepanjang tahun 2007 badan POM beserta ke-26 balai POM di seluruh provinsi kembali melakukan survey makanan jajanan, 45% tercemar bahaya pangan, yakni formalin, boraks, dan pewarna (Noorhamdani, dkk, 2013). Untuk upaya penanganan dan pengamanan terhadap penyalahgunaan rhodamin B, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mengetahui kandungan apa yang ada di sample makanan, apakah memenuhi syarat atau tidak dan apakah pada sample makanan itu menghasilkan positif atau negatif terhadap hasil tesnya. Tujuan Mengetahui ada tidaknya kandungan rhodamin B pada sampel makanan yang akan diperiksa (kerupuk warna) Tinjauan Pustaka Penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan saat ini masih dipertanyakan keamanannya apakah telah memenuhi standard, baik zat pewarna sintetis maupun alami yang digunakan dalam industri makanan harus memenuhi standard nasional dan internasional. Zat pewarna yang dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut, kronis dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Djarismawati dkk, 2004). Menurut Novita (2013) rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna karena harganya relatif lebih murah, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Ciri-ciri produk yang mengandung rhodamin B adalah warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warnanya terlihat tidak homogen (rata), adanya gumpalan warna pada produk, pada produk tidak mencantumkan kode, label, merek, informasi kandungannya, atau identitas lengkap lainnya. Rhodamin B merupakan pewarna yamg dipakai untuk industri cat, tekstil dan kertas. Rhodamin B merupakan zat warna yang berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorensi) zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan merupakan zat karsiogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Mamoto Lidya Valda, 2013). Metode Alat Rhodamin B Test Kit Cawan Porselin dan penggerus Pipet ukur dan Tensball Tabung Reaksi Gelas Kimia dan pengaduk Bahan Sampel makanan yang diperiksa (kerupuk warna) Cara Kerja Haluskan sampel dengan cawan dan penggerus Masukkan 1 gr sampel padat / 1 ml sampel cair, tambahkan air panas 2-3 ml Tambahkan 3 tetes pereaksi I Rhodamin B Tambahkan 5 tetes pereaksi II Rhodamin B Tambahkan 3 tetes pereaksi III Rhodamin B Kocok hati-hati Jika terbentuk warna ungu di lapisan atas berarti positif (+) Rhodamin B Hasil Sampel Reaksi warna Hasil Kerupuk warna Tidak terjadi perubahan warna Negatif (-) Pengujian pada kerupuk warna yang kami lakukan negatif mengandung Rhodamin-B karena setelah direaksikan dengan pereaksi I, pereaksi II, dan pereaksi III tidak terdapat cincin ungu di bagian atas. Pembahasan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel kerupuk warna menunjukkan hasil negatif (-) Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna menjadi ungu atau masih tetap normal, pemeriksaan Rhodamin-B dengan pereaksi I, Pereaksi II dan Pereaksi III pada praktikum kali ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji yaitu kerupuk warna negatif mengandung Rhodamin-B. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna ungu sehingga dapat kita ketahui bahwa kerupuk warna tersebut tidak mengandung Rhodamin-B. Menurut Kartina dkk (2012), rhodamin B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering ditemukan di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa. Zat ini paling berbahaya, karena dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lamakelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian. Pewarna yang terbukti mengganggu kesehatan mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker, akan dilarang penggunaannya. Kesimpulan Pada sampel kerupuk warna yang diuji tidak terjadi perubahan warna ungu yang berarti sampel tersebut negatif mengandung Rhodamin B. Daftar Pustaka Cahyadi,S. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. BumiAksara. Djarismawati, dkk 2004. Pengetahuan Prilaku Peladang Cabe Merah Giling dalam Penggunaan Rhodamin B di pasar Tradisional di DKI Jakarta. Kartina, dkk. 2012. “Karakteristik Pedagang, Sanitasi Pengolahan dan Analisa Kandungan Rhodamin B ada Bumbu Cabai Giling di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2012”, Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Medan. Lidya Valda Mamoto. Fatimawali Gayatri Citraningtyas. 2013. Analisis Rhodamin B Pada Lipstik Yang Beredar Di Pasar Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – Unsrat Vol. 2 No. 02. Mei 2013 Issn 2302 - 2493 61. Program Studi Farmasi Fakultas Mipa Unsrat Manado. Noorhamdani, dkk 2013. Analisis Kualitatif Formalin, Boraks, dan Rhodamin B Pada Keamanan Pangan Kerupuk Aci, Rambak, dan Berwarna di Pasar Tradisional Mergan dan Pasar Besar Tradisional Kota Malang. Universitas Brawijaya, Malang. Novita, Adriyani. 2013. “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang jajanan Tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B”, Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Lampiran Sampel bahan makanan untuk tes rhodamin B (kerupuk warna) Penimbangan sampel bahan makanan pada uji Rhodamin B test kit Penambahan pereaksi I pada sampel bahan yang akan di uji Penambahan pereaksi II pada sampel yang akan di uji Penambahan pereaksi III pada sampel yang akan diuji ACARA 6 Inspeksi Sanitasi Disusun Oleh: NAMA : YUSUF FAHMI JAUHAR NIM : I1A015023 KELAS : B KELOMPOK : 1 ROMBONGAN : 1 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2017 Latar Belakang Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No. SK.241/H/70 tahun 1970 menyatakan: "Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial. Bentuk, susunan, tata ruangan, dekorasi, peralatan dan perlengkapan bangunan hotel dan akomodasi, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan dan ketentraman, serta secara umum dapat memberikan sasaran nyaman (comfort). Dan khusus untuk kamar-kamar tamu dapat menjamin adanya ketenangan pribadi (privacy)untuk para tamu hotel”. Hal ini sejalan dengan pengertian hotel berdasarkan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, yaitu : “Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah”. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005). Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas lainnya. Menurut Chandra (2007), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan (KEMENKES RI Nomor 288/MENKES/SK/III/2003). Tujuan Untuk mengetahui hasil penilaian Hotel berbintang di hotel queen garden. Tinjauan Pustaka Pariwisata merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial ekonomi suatu negara, banyak sekali negara berkembang mengandalkan tempat wisata di negaranya tersebut, dengan membuka tempat objek wisata termasuk di Indonesia. Selain menjadi sumber devisa negara, pariwisata juga beperan dalam membuka dunia usaha dan lapangan kerja baru bagi sebagian penduduk Indonesia (Pertiwi, 2016). Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk menyedikan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersil serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam (SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 37/PW.340/MPPT.S86). Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial (Agus sulastyono, 2006) Sanitasi adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan timbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan pathogen yang dapat membahayakan manusia. Sanitasi tempat-tempat umum bisa diartikan sebagia usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umumterutama erat hubungannya dengan timbulnya/ menularnya suatu penyakit (Utomo, dkk, 2015). Berdasarkan pengertian diatas bahwa kegiatan hotel sangat erat hubungannya dengan hygiene sanitasi dalam hal ini adalah kamar, makanan dan minuman, lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan tamu yang semua itu diatur guna kelangsungan usaha dibidang hospitality industry (Wulansari, 2016). Higiene Sanitasi Kamar Housekeeping department, bagi sebagian besar hotel, merupakan sumber pendapatan hotel yang paling besar. Karena tamu yang menginap tentu mengeluarkan uang lebih banyak untuk sewa kamar bila dibandingkan dengan uang yang harus dibayarkan untuk makan dan minum serta pengeluaran yang lain. Sebagai sumber pendapatan, housekeeping departmentharus ditangani oleh tenaga-tenaga trampil dan profesional. Kelancaran penyiapan dan pemeliharaan kebersihan kamar ditentukan oleh housekeeping oleh karena itu housekeeping harus diperhatikan dengan baik agar tamu nyaman tinggal di hotel(Rumekso, 2009). Higiene Makanan dan Minuman Kegiatan hygiene sanitasi makanan dan minuman hotel harus diperhatikan terutama dalam proses pengolahan, penyimpanan dan pelayanan makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang disajikan kepada tamu harus benar-benar bersih dan sehat terhindar dari segala penyakit seperti bakteri, virus dan kuman-kuman yang lainnya, serta jangan sampai terjadi tamu keracunan makanan dan minuman. Bila terjadi hal seperti itu maka akan menghacurkan reputasi hotel dan tamu tidak akan merasa puas bahkan hotel akan sepi pengunjung ( Sri Sulastriningrum, 2008) Hygiene Sanitasi Lingkungan Kegiatan hygiene dan sanitasi lingkungan hotel juga perlu diperhatikan karena juga menyangkut kepuasan tamu, adapun area lingkungan hotel meliputi kebersihan dan kesehatan pada tempat parkir, taman hotel, rest room dan tempat-tempat umum lainnya, dengan tempat parkir yang luas dan berbagai fasilitas umum hotel yang bersih dan sehat tamu akan merasa nyaman dan aman, sehingga tamu akan betah dan lama tinggal di hotel, demikian juga sebaliknya (Erwin Jr. Boham, 2008). Hasill Form penilaian terlampir di halaman berikutnya Total Skor Hotel: No. Nama Hasil Pengukuran Pemeriksa Hotel Kolam Renang Restoran 1. Adah Ittikhadah 84,87% 79,6% 89,81% 2. Risna Rocanthika 75,21% 82,45% 89,19% 3. Hepy Tri 78,23% 80,5% 89,18% 4. Fadillah Hamiem 78,45% 83,9% 89,1% 5. Nabela Putri 65,1% 82,7% 72,97% 6. Yusuf Fahmi 85,88% 89,1% 87,83% Rata- rata 77,95% 83,04% 86,34% Pengukuran Parameter Lingkungan Hotel Ruangan Suhu Kelembaban Cahaya Kebisingan Kamar Hotel 21oC Dry: 26 Wet: 25 Sisa: 1 Kelembaban: 92% 24 Lux 51,7 Restoran 21oC 92% Pembahasan Berdasarkan inspeksi yang telah dilakukan di Hotel Queen Garden, memiliki presentase 85,88% dengan kategori baik. Bangunan Umum Berdasarkan observasi pada bangunan hotel didirikan sesuai dengan persyaratan yaitu jauh dari pencemaran kimia, pencemaran fisik, pencemaran bakteriologi, dan terhindar dari banjir. Lokasi berada jauh dari pabrik-pabrik penghasil zat kimia maupun bakteriologi, dan bangunan berada jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari kebisingan kendaraan. Bangunan didirikan berada jauh dari sungai dan pada tanah yang tinggi sehingga terhindar dari banjir. Lingkungan lokasi hotel sangat bersih sehingga vektor pengganggu seperti kecoa, tikus dan nyamuk tidak dapat bersarang. Keberadaan binatang penggangu seperti kucing maupun anjing tidak ditemukan karena ditangani dengan baik. Bangunan pun memiliki pagar yang kuat untuk membatasi lokasi hotel. Bangunan hotel memiliki ruang tunggu yang kokok/kuat dan bersih sehingga tidak rawan kecelakaan dan tidak menjadi sarang serangga seperti nyamuk. Lingkungan Hotel Pembagian ruang pada bangunan hotel sesuai dengan fungsinya masing-masing seperi ruang perkantoran, dapur, kamar tidur, dan gudang. Keseluruhan ruang memiliki dinding yang bersih baik didalam maupun di luar ruangan. Di dinding memiliki warna yang cerah sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman. Langit-langit dan atap bangunan sangat kokoh, bersih dan tidak menciptakan genangan air yang dapat menggangu kenyaman konsumen dan aktifitas karyawan hotel. Langit-langit pada setiap lantai memiliki ketinggian yang cukup dengan tinggi lebih dari 2,5 meter. Pintu pada setiap ruangan pada bangunan hotel mudah dibuka maupun ditutup dan memiliki kunci sehingga tidak menngangu aktifitas yang ada di hotel. Pintu memiliki desain yang cukup rapat sehingga binatang penggangu tidak dapat masuk ke dalam bangunan terutama binatang tikus. Ruang dapur pada bangunan hotel tidak pengap dan lembab karena memiliki saluran udara yang baik dan terjaganya kebersihan pada ruangan. Ruangan dapur memiliki penerangan yang cukup baik malam maupun siang hari yang dapat melancarkan aktifitas di dapur. Pada ruangan dapur terdapat tanda peringatan berupa larangan tidak merokok yang merupakan peraturan dari hotel, akan tetapi pada dapur perlu diberi penambahan tanda peringatan lain seperti larangan masuk yang tidak berkepentingan untuk menghindari kontaminasi bibit penyakit ke makanan yang akan diberikan ke konsumen. Saluran pembuangan pada ruangan dapur sangat lancar, untuk mempermudah aktifitas perlu penenpatan yang baik dan terpisah agar mempercepat dan memperlancar aktifitas di dapur seperti pencucian alat memasak dan bahan makanan. Kesehatan Kamar Kondisi ruangan pada setiap bangunan secara keseluruhan tidak pengap, lembab, dan bersih sehingga bebas jamur dan kuman phatogen, terutama kamar tidur yang digunakan untuk konsumen. Ruangan secara keseluruhan jauh bebas dari gas beracun maupun kebisingan karena lokasi bangunan yang jauh dari pabrik dan jalan raya, terutama kamar tidur dan perkantoran yang ada di dalam hotel. Ruangan kamar tidur terjaga kebersihannya dan memiliki luas ruangan yang cukup yang disesuaikan denagn jumlah kamar tidur yang ada didalam ruangan kamar tidur. Karyawan hotel memiliki ruangan tersendiri yang terpisah dengan ruangan lainnya, antara ruangan pria dan wanita terpisah untuk menjaga privasi para karyawan dan kebersihan yang terjaga serta terdapat lemari loker untuk penyimpanan barang karyawan. Rungan karyawan memiliki fasilitas sanitasi yang cukup terutama untuk membasuh tangan dan sabun pencuci tangan dan kamar kecil yang bersih. Kamar mandi dan kamar kecil yang ada pada hotel secara keseluruhan memiliki ketersediaan air yang cukup, dan saluran pembuangan yang baik. Kebersihan ruang kamar mandi dan kamar kecilpun terjaga dengan baik dan memiliki jumlah yang cukup baik karyawan maupun konsumen yang berkunjung. Kamar mandi dan kamar kecil untuk karyawan terpisah sehingga tidak menggangu kenyaman para konsumen. Kamar linen yang berfungsi sebagai penyimpanan linen yang digunakan untuk pelayanan konsumen baik digunakan di kamar tidur maupun di rungan lainnya. Kamar linen di hotel cukup bersih dan memiliki sirkulasi udara yang cukup untuk menghindari kepengapan dan lembab pada kain linen. Linen diletakkan pada rak-rak yang digunakan sebagai penyimpanan kain linen dan kain linen dibungkus menggunakaan plastik pembungkus, hanya saja tidak menggunakan lemari yang tertutup. Akan tetapi karena sirkulasi penggunaan linen yang cepat, penggunaan lemari tertutup akan menghambat aktifitas di hotel. Untuk memperlancar dan mengoktimalkan pelayanan perlu linen yang lebih banyak dan lemari penyimpanan yang tertutup untuk menghindari masuknya binatang vektor yang dapat merusak kain linen. Ruangan yang digunalan untuk gudang yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan peralatan dan bahan makanan terjaga kebersihannya dan terdapat pemisahan antara gudang bahan makanan dan peralatan yang digunakan di hotel. Penataan pun cukup baik hanya saja peletakan bahan makanan perlu diperhatikan antara bahan makanan yang cair, bahan makanan yang padat, makanan yang mudah rusak, makanan tahan lama, dan makanan kalengan serta bahan yang tidak berkaleng. Penggunaan rak yang ada di gudang sesuai dengan yang disimpan didalam gudang baik bahan makanan maupun peralatan dan jumlahnya cukup sehingga penempatan bahan makanan dapat tersimpan keseluruhannya di dalam gudang makanan. Dan penataan rak sudah cukup baik sehingga mempermudah mengambil atau memasukkan bahan makanan. Sanitasi Hotel Air yang digunakan di Transera hotel menggunakan sumber air dari PDAM sehingga kualitas air cukup baik. Air tersebut di tampung pada penampungan air yang terletak di atas bangunan hotel dan pada bagian bawah hotel sehingga ketersediaan air mencukupi. Begitupun pembuangan air limbah yang ada dari aktifitas dihotel, tersalurkan dengan baik dan diolah dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar hotel. Kamar mandi, kamar kecil dan toilet umum tersedia dengan cukup dan memiliki kondisi yang baik seperti ketersedian air yang cukup, bersih dan memiliki sabun pencuci. Sarana pembuangan sampah pun mencukupi di dalam hotel baik di dalam ruangan kamar tidur, perkantoran, dapur, di dekat kamar mandi atau toilet dan ruang tunggu. Kesimpulan Parameter suhu lingkungan Ruangan Suhu Kelembaban Cahaya Kebisingan Kamar Hotel 21oC 92% 24 Lux 51,7 Restoran 21oC 92% Rata-rata Penilaian No. Nama Hasil Pengukuran Pemeriksa Hotel Kolam Renang Restoran 1. Adah Ittikhadah 84,87% 79,6% 89,81% 2. Risna Rocanthika 75,21% 82,45% 89,19% 3. Hepy Tri 78,23% 80,5% 89,18% 4. Fadillah Hamiem 78,45% 83,9% 89,1% 5. Nabela Putri 65,1% 82,7% 72,97% 6. Yusuf Fahmi 85,88% 89,1% 87,83% Rata- rata 77,95% 83,04% 86,34% Keadaan hotel queen garden memenuhi persyaratan hotel bintang 3 dengan presentase rata – rata 77,95% Daftar Pustaka Adriyani, Retno. 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik Di Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 1 No 2. Agus Sulastiyono. 2006. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta. Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147. Pertiwi, Verena Widya, Rian Andriani. 2016. Penerapan Hygiene Dan Sanitasi Di Pastry Hotel Hilton Bandung. Jurnal Pariwisata, Vol.II No. 1 April 2016 Rumekso. 2002. Housekeeping Hotel, Yogyakarta: ANDI Sulastriningrum. Sri. 2008. Pengantar Akomodasi dan Restaurant. Alfabeta : Bandung. Utomo, Bobby Tri, Anita Dewi Moelyaningrum, dan Prehatin Trirahayu N. 2015. “Identifikasi Kondisi Sanitasi Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember”. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa Universitas Jember. Wulansari, Rizki Desi. 2016. Page penerapan Personal Hygiene Di Food And Beverage Product Grand Jatra Hotel Pekanbaru. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016. Lampiran Kondisi kamar di hotel Queen Garden Pemandangan dari balkon kamar hotel Queen Garden Kondisi tempat penyimpanan bahan makanan Kondisi dapur hotel Queen Garden Kondisi tempat penyimpanan daging Kondisi taman hotel Queen Garden