LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SINTESIS 1
MODUL II
NAMA
: Muhammat Nur Salam
KELOMPOK
:5
JUDUL PERCOBAAN
: Pembuatan Ester (n-butil asetat)
JURUSAN
: Kimia
PRODI/KELAS
: Kimia/B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GOROTALO
2018
1
PERCOBAAN II
A. Judul
: Pembuatan Ester (n-butil asetat)
B. Tujuan
: Mahasiswa dapat melakukan sintesis ester (esterifikasi)
C. Dasar Teori
Sejumlah besar senyawa dialam raya terdiri dari bahan yang menyenangkan
bagi mahluk hidup terlebih manusia. Berbagai macam bunga dan buah mengandung
zat-zat yang baunya enak. Berkat ilmu pengetahuan, zat-zat ini telah dapat
dipisahkan, didefenisikan dan disintesis begitu banyak sehingga senyawa ini tersedia
melimpah dengan harga yang layak. Senyawa-senyawa hasil sintesa yang berbau
wangi, seperti aroma buah-buahan pada umumnya digolongkan kedalam senyawa
ester(Keenan, 1999).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan
untuk membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh
kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator
untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi
antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa
asam sulfat (H2SO4)( Harold. 1983).
Alkil lkanoat/Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah
gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil seperti metil
atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti fenil. Ester
diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR (R
adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat netral,
tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester termasuk salah satu turunan asam
karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat) dengan
alkohol atau phenol. Rumusnya RCOOR’ dimana R dan R’ adalah gugus organik.
Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol merupakan
1
senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau
semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai
panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak,lilin, dan minyak. Bahan-bahan ini
biasanya banyak digunakan dalam kosmetik, produk-produk rumah tangga, alat
pembersih dan berbagai macam makanan. Dari keterangan diatas tentu diketahui
bahwa esterifikasi sangat penting sehingga perlu diadalakannya praktikum
mereaksikan pembuatan ester dan hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya
praktikum yang berjudul Reaksi Pembuatan Ester ( Esterifikasi ) ini (Fessenden,
1997).
Pada sintesis ester, asam asetat melepaskan gugus –OH dan alkohol
melepaskan gugus H yang dikeluarkan sebagai H2O. Reaksi tersebut adalah reaksi
kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang banyak, dilakukan
dengan salah satu pereaksi berlebih, atau dapat juga dilakukan mengeluarkan ester
yang terbentuk agar kesetimbangan bergeser ke arah produk (Carey, 1993).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang
sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari
essig-ather (Jerman), sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester atau
asam cuka etil. Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen
karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air
akan menghasilkan ester (Anshory, 2003).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung
antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Esterifikasi dapat dikatalis oleh
kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai sebagai suatu katalisator
untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig-Äther (Jerman), sebuah nama kuno
untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil) (Ismiyati, 2011).
2
Reaksi pembuatan ester dikenal sebagai esterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi
asam lemak bebas (asam karboksilat) dengan alkohol membentuk ester dan air.
Dengan esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh
tambahan ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat atau
katalis cair. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Pada suhu ruang,
reaksi ini tidak berlangsung tuntas dan jumlah produknya sedikit (Sari, 2007).
Reaksi ini merupakan reaksi bolak balik (reversible) dimana Le Chatelie’s
menjelaskan bahwa kesetimbangan akan bergerak ke arah produk (ester) ketika
konsentrasi reaktan ditambah, oleh karena itu konsentrasi asam karboksilat yang
digunakan berlebih. Jika konsentrasi alkohol dan asam karboksilat 1:1 maka
konsentrasi ester yang dihasilkan akan menjadi lebih sedikit. Reaksi reversibel adalah
reaksi yang berlangsung dua arah yaitu reaksi maju dan reaksi balik. Sedangkan
reaksi irreversibel adalah reaksi yang berlansung satu arah. Pada sistem
kesetimbangan reaksi bersifat reversible (Oxtoby, 2001).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut
dalam air hingga kelarutannya 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada
suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung
asam dan basa. Etil asetat yang juga dikenal dengan nama acetic ether adalah pelarut
yang banyak digunakan pada industri cat, thinner, tinta, plastik, farmasi, dan industri
kimia organik (Ismiyati, 2011).
Butil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus molekul CH3COOC4H9 yang
memiliki berat molekul 116,16 g/mol. Butil asetat merupakan solvent yang aktif
untuk film former seperti selulosa nitrat, selulosa
asetat
butirat, etil selulosa,
chlorinated rubber, polystirene dan resin methacrylate. Beberapa getah alam seperti
kauri, manila, poutianak dan damar larut dalam butil asetat. Selain itu, butil asetat
dapat juga digunakan sebagai
solvent ekstraksi pada proses bermacam-macam
minyak dan obat-obatan, bahan untuk parfum, dan sebagai komponen pada aroma
sintetis seperti aprikot, pisang, pir, nanas, delima dan rashberry (Dinarno, 2009).
3
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No
Nama Alat
Kategori
1.
Gelas ukur
I
2.
Gelas Kimia
I
Gambar
Fungsi
Untuk mengukur
Volume larutan
Sebagai wadah
aquadest
Sebagai wadah saat
3.
Labu Alas bulat
melakukan
I
pemanasan sampel
4.
Spatula
Untuk mengambil
I
bahan padatan
4
Untuk mengaduk
larutan
5.
Batang Pengaduk
I
Tempat untuk
mendiamkan larutan
6.
Erlenmeyer
I
Untuk mengambil
7.
Pipet Tetes
larutan dalam dalam
I
jumlah sedikit
Untuk mengukur
8.
Neraca Analitik
bahan (sampel), atau
II
zat kimia
5
9.
Penangas
II
Untuk memanaskan
larutan yang berada
dalam labu alas bulat.
Untuk memisahkan
10.
Corong Pisah
campuran ester dan
I
air
Untuk merefluks
11.
Refluks
campuran n-butil
I
akohol dan asam
asetat
12.
Alat Destilasi
Untuk mendestilasi
II
ester
Untuk menyarin
13.
Corong
I
campuran ester dan
MgSO4
6
2. Bahan
No.
Nama Bahan
Kategori
Sifat Fisik
-
1.
2.
n-butil alcohol
Asam Asetat
Glasial
Khusus
Khusus
Berwujud cairan
Sifat Kimia
-
sangat mudah larut
kental
dalam aseton
-
Densitas 0,8 g/cm3
bercampur
-
Titik lebur : -89,8ºC
dengan etanol, etil eter
-
Titik didih 117,7ºC
-
Berwujud cair
-
Tidak berwarna
-
PH 2,5
-
Cukup larut dalam air
-
Titik lebur : 17oC
-
Pembentuk Ester
-
Titik Didih : 116-
-
Dapat bereaksi dengan
alkohol
118 oC
3.
Aquadest
Umum
-
Berwujud cair
-
Pelarut universal
-
Titik beku : 0oC
-
Bersifat polar
-
Titik didih : 100oC
-
Elektrolit kuat
-
Tidak berwarna dan
berbau
4.
5.
NaHCO3
MgSO4
Khusus
Khusu
-
Titik leleh : 60ºC
-
sedikit larut dalam air
-
Titik didih : 70ºC
-
sedikit larut dalam
-
pH 8,2
-
serbuk putih
-
Berwujud padat
alcohol
-
Agak larut dalam
berwarna putih
alcohol tidak larut
-
Tidak berbau
dalam aseton
-
Titik leleh : 150ºC
7
E. Prosedur Kerja
F.
45 mL n-butil alkohol
60 mL asam asetat glasial
Memasukkan kedalam labu alas bulat 500 mL
Menambahkan 1 mL H2SO4 pekat
Menambahkan batu didih
Merefluks campuran selama 3 jam
Menuangkan campuran dalam 250 mL air dalam corong
pisah
Memisahkan lapisan ester dan air
Lapisan ester
Lapisan air
Mencuci dengan 100 mL air, 25 mL NaHCO3 jenuh
Mengeringkan dengan 5-6 gr Na2CO3/MgSO4 anhidrat
Menyaring
Filtrat
Residu
Memasukkan kedalam labu destilasi 1000 mL
Menambahkan batu didih
Mendestilasi
6 mL Ester
8
F. Hasil Pengamatan
No
1
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Mengukur 45 mL n-butil alkohol dan
45 mL n-butil alkohol dan 60 mL
60 mL asam asetat glasial dan
asam asetat glasial berada dalam labu
mencampurkannya kedalam labu alas
alas bulat
bulat
2
Menambahkan 1 mL asam sulfat pekat
Larutan terbentuk dua lapisan,
lapisan atas berwarna bening dan
lapisan bawah berwarna putih
3
Melakukan refluks selama 5 jam
Perlahan larutan mendidih dan mulai
bercampur
4
5
Menuangkan campuran kedalam 250
Terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
mL air dalam corong pisah dan
bawah (air) berwarna bening dan
mengambil lapisan ester
lapisan atas berwarna putih (ester)
Mencuci lapisan ester dengan 100 mL
Terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
air dalam corong pisah dan mengambil bawah (air) berwarna bening dan
6
lapisan ester
lapisan atas berwarna putih (ester)
Mencuci lagi dengan 25 mL NaHCO3
Terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
dalam corong pisah dan mengambil
bawah (NaHCO3) berwarna bening
lapisan ester
dan lapisan atas berwarna putih
(ester)
7
Mencuci lagi dengan 50 mL air dalam
Terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
corong pisah dan mengambil lapisan
bawah (air) berwarna bening dan
9
8
9
ester
lapisan atas berwarna putih (ester)
Menambahkan 5-6 gram MgSO4
MgSO4 tidak larut dalam ester dan
kedalam lapisan ester kemudian
ester menjadi bening ketika disaring
menyaringnya
dan terbentuk gumpalan
Mendestilasi ester
Titik didih ester (n-butil asetat) :
125oC-130oC dengan volume = 8 mL
G. Pembahasan
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung
antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk
membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran
ion H+.
Tahap pertama proses esterifikasi adalah melakukan refluks, proses refluks
digunakan untuk mereaksikan asam asetat dan butanol dalam reaktor. Refluks
merupakan metode pemanasan yang tidak mengurangi massa danenergi dari sistem
reaktor. Hal ini terjadi karena uap hasil pemanasan mengalami pendinginan di
kondensor sehingga terkondensasi kembali menjadi cairan dan masuk kembali ke
reaktor, sehingga lebih effisien.
Gambar 1. Proses refluks
Proses refluks dihentikan ketika suhu cairan dalam reaktor mencapai suhu
maksimal dan telah konstan. Cairan dalam reaktor mengandung ester sehingga aroma
ester dapat tercium, air dan sedikit sisa asam karboksilat ( asam asetat ) sehingga
10
warnanya masih bening kekuningan dan suhu yang dicapai masih jauh dari titik didih
n-butil asetat murni. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pemurnian lebih lanjut.
Selanjutnya adalah melakukan proses ekstraksi, pemurnian ester dengan cara
ekstraksi menggunakan corong pisah (ekstraktor) yang memanfaatkan kelarutan dari
setiap zat. Penambahan aquadest untuk memisahkan air yang dihasilkan dari proses
esterifikasi serta mencuci ester dengan mengocoknya lalu akan terbentuk dua lapisan,
lapisan atas ialah ester dan yang dibawah adalah air karena berat jenis air lebih besar
daripada ester.
Gambar 2. Proses ekstraksi memisahkan lapisan ester
Penambahan NaHCO3 berfungsi untuk mengikat pereaksi yang berlebih. Perlu
diperhatikan ketika membuang pengotor (produk yang tidak diinginkan) tersebut,
jangan sampai ester ikut terbuang karena faktor ini dapat mempengaruhi jumlah
produk ester yang akan dihasilkan. Penambahan Na2SO4 anhydrous agar air pada
produk habis, karena sifatnya yang dapat menyerap air.
Gambar 3. Proses penyaringan setelah penambahan NaHCO3
Setelah disaring, sampel dimasukkan ke dalam labu destilasi 1000 ml untuk
dilakukan destilasi dengan penambahan batu didih, ini bertujuan untuk mengetahui
11
bahwa pada praktikum ini benar-benar telah menghasilkan ester dengan memastikan
titik didih dari ester tersebut, berdasarkan referensi menyatakan bahwa titik didih dari
ester adalah berkisar 125-126oC.
Gambar 4. pross destilasi
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut
pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya
sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat.
Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan
cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai
perbedaan titik didih cairan murni. Setelah destilasi, pada suhu yang sama yakni
125oC larutan berhasil terpisah, dengan ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan benar-benar senyawa ester dengan volume 8 ml.
Gambar 5. ester dengan volume 8 ml
12
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan beberapa teori dapat disimpulkan bahwa
Pembuatan n-butil asetat dilakukan dengan mereaksikan n-butil alkohol dan asam
asetat glasial melalui reaksi esterifikasi kemudian di lanjutkan ekstraksi untuk
memisahkan komponen bersarkan perbedaan kepolaran dan massa jenisnya. Terakhir
untuk pemurnian n-butil asetat, dilakukan proses distilasi pada suhu 125oC yang
memperoleh distilat n-butil asetat beraroma pisang dengan volume 8 mL
13
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga
Carey, F. 1993. Advanced Organic Chemistry Part B : Reaction a Syntesis. London:
Plenum Press
Dinarno. 2009. Prarancangan Pabrik Butil Asetat dari Asam Asetat dan Butanol
dengan Proses Batch Kapasitas 13.150 Ton/Tahun. Laporan Tugas
Prarancangan Pabrik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fessenden, Joan. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Bina Aksara.
Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi VI. Jakarta : Erlangga.
Keenan, Charles. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi VI. Jakarta : Erlangga.
Ismiyati. 2011. Diktat Proses Industri Kimia Organik. Jakarta: Yudistira
Oxtoby, dkk, 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Edisi 4. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Sari, P., 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
14