Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Psikologi pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: 1) Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdidri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Ciri-ciri belajar : 1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif); 2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan; 3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan; 4. Perubahan itu tidak terjadi semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Teori Belajar Secara garis besar ada tiga rumpun besar tentang teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive gestalt-field. 1) Teori Disiplin Mental Teori belajar ini dikemabngkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental, siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental adalah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak akan berkembang secara alamiah. Sedangkan teori yang berlawanan dengan teori mental dan perkembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui sesorang yang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.

A.    Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (1999), Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Djamarah, Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi, belajar adalah proses serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh pengetahuan dan dapat menimbulkan perubahan (tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain) yang berasal dari pengalaman orang seorang yang berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: 1)      Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2)      Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3)      Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdidri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Ciri-ciri belajar : Adanya kemampuan baru atau perubahan.  Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif); Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan; Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan; Perubahan itu tidak terjadi semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/kedewasaan tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Teori Belajar Secara garis besar ada tiga rumpun besar tentang teori belajar   menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive gestalt-field. 1)      Teori Disiplin Mental Teori belajar ini dikemabngkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental, siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental adalah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak akan berkembang secara alamiah. Sedangkan teori yang berlawanan dengan teori mental dan perkembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui sesorang yang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran. 2)      Teori Behaviorisme Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur- unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalahThorndike yang mengemukakan tiga prinsip atau hokum dalam belajar yaitu: belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif di dalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon yang bersifat positif atau negative. 3)      Teori Cognitive Gestalt-Field Teori belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang “Insight” yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh. Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal esensial, sehingga aktifitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujuan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.   B.     Pengertian Mengajar Menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd, mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode. Menurut Penelitian Barak Rosenshine dalam Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd (2010:67), mengemukakan bahwa mengajar efektif merupakan sebuah tindakan guru yang berlatih dalam melaksanakan pekerjaannya, yaitu kemahiran dalam menyajikan bahan pelajaran dengan meramu berbagai penggunaan metode mengajar untuk menyajikan materi belajar.   C.    Pengertian Pembelajaran Menurut Dwi Erna R., Pembelajaran adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar. Menurut Slavin, Pembelajaran di definisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh penglaman. Menurut Woolfolk, Pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal  dalam pengetahuan dan tingkah laku. Menurut Corey, Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus. Menurut saya, pembelajaran merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti yang didasarkan pada pengalaman dan dapat merubah tingkah laku seseorang.   Referensi : Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung. Alfa Beta Joe.glan. 2009. Pengertian Belajar. Available [online] http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ Sabtu, 14 September 2013 pukul. 11.50 Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme. Available [online] http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/ Sabtu, 14 September 2013 pukul 11:53 Carapedia. Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli. Available [online] http://carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_ahli_info507.html Minggu, 15 September 2013 pukul 13:33 Faktor yang mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Dalam dunia pendidikan sebagai pendidik kita harus memahami perkembangan dari peserta didik. Perkembangan dalam pendidikan meliputi perkembangan makro (masyarakat luas/negara), perkembangan meso (lingkungan sekolah), dan perkembangan mikro (dalam kelas). Ketiga perkembangan tersebut saling mendukung dalam pelaksanaannya.             Output atau hasil dari pendidikan akan maksimal jika komponen-komponennya saling mendukung. Komponen- komponen pendidikan tersebut adalah : ·         Masukan Mentah ·         Hasil Belajar ·         Masukan Lingkungan ·         Masukan Instrumen ·         Guru ·         Media ·         Kurikulum ·         Bahan ·         Evaluasi ·         Sarana/prasarana ·         Sosial ·         Fisik ·         Budaya Selain komponen-komponen tersebut terdapat faktor-faktor internal dan ekternal yang dapat mempengaruhi proses belajar pembelajaran peserta didik. Faktor internal meliputi fisik dan psikis (motivasi, IQ, bakat, minat), dan faktor eksternalnya adalah envimental (lingkungan social, lingkungan alam) dan instrumental. A.    Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri. Seperti : Gangguan fisik seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan alat panca indra;  Ketidak seimbangan mental; Kelemahan emosional; Kelemahan yang disebabkan oleh perasaan dan sikap yang salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran, malas dan sering bolos. Faktor Internal yang mempengaruhi proses belajara dan pembelajaran antara lain : 1.      Pengaruh Fisik Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan fisik. Contohnya adalah kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan, ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. 2.      Pengaruh Psikis Proses psikososial, melibatkan perubahan – perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan dengan anggota keluarga, teman, guru dan yang lainnya. Contoh Pengaruh Psikis antara lain : a.      Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. b.      Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. c.       Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya. B.     Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar individu, seperti : Sekolah; Sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar; (murid) dan mengajar (guru); metode mengajar kurang memadai, kurang media pembelajaran; Keluarga (rumah) Keluarga yang kurang utuh atau kurang harmonis, keadaan ekonomi, dan sikap orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran antara lain : 1.      Lingkungan Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan.       Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku. Lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman – pengalaman interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.       Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang berbeda – beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak – anaknya, dan pergaulan dari masing – masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan terdiri dari : a.      Lingkungan Fisik Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986). b.      Lingkungan Sosial Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Kondisi masyarakat di lingkungan  siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika  memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah, 2003: 152-154) c.       Lingkungan Kultural Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. 2.      Intrumental Instrumental adalah alat atau sarana yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran, berupa hardware dan software. Misalkan saja hardware, seperti : Buku-buku yang lengkap, kelas yang kodusif, cat dinding kelas yang sesuai dan membuat suasana nyaman, tempat duduk, taman, LCD, komputer, transportasi, perpustakaan, gedung, laboratorium dll. Dan software berupa program-program pendukung belajar peserta didik dan pendidik, yang berkaitan langsung dengan minat siswa belajar. Yang termasik faktor instrumental antara lain: a.      Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. b.      Alat pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju. c.       Waktu sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Referensi : http://roselilagibelajar.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses.html http://www.englishjava.com/2012/10/faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan.html Tags: Teori Belajar dan Pembelajaran