Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh, seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi kesehatan kulit . Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun rumput laut .Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober 2015. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan dalam pembuatan sabun rumput laut ini yaitu dengan menggunakan konsentrasi rumput laut yang berbeda-beda pada tiap kelompok yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%.. Hasil yang didapat pada praktikum pembuatan sabun rumput laut ini penggunaan konsentrasi rumput laut yang berbeda ini pada uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan terbaik pada pembuatan sabun rumput laut untuk parameter aroma dan tekstur terdapat pada perlakuan rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada parameter kesan bersih ada konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada konsentrasi 10% hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis karena memiliki nilai tertinggi. Kata Kunci :Konsentrasi, rumput laut dan sabun
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa.
asam sulfat memiliki tahap proses reaksi pembentukan yaitu pembakaran belerang menjadi belerang dioksida kemudian menjadi belerang trioksida kemudian penggabungan belerang trioksida dengan air menghasilkan asam sulfat. reaksi yang dpat ditimbulkan salah satunya adalah reaksi dehidrasi.
Syafika, S. N., Aslan L. O. M., Nurdin, A. R., & Iba, W., 2023
E. denticulatum is a seaweed species that is widely cultivated in Tinanggea District, especially in Bungin Permai Village. Previously, Kappaphycus alvarezii seaweed was widely cultivated in this village, but due to its declining growth since the waters in the area were contaminated by mining waste, farmers have switch to E. denticulatum seaweed. The purpose of this field work and survey is to find out the mariculture management of E. denticulatum seaweed cultivation in Bungin Permai, Tinanggea District. The field work and survey was held in May 2023 and consist of two stages, namely the preparatory stage and the survey stage. The preparatory phase was carried out at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Halu Oleo University, Kendari, Southeast Sulawesi. The survey phase was carried out directly by visiting seaweed farming in Bungin Permai Village. The survey phase began with weighing the seeds, tying the seeds, measuring and weighing the harvested seaweed clumps, and interviewed 4 seaweed farmers using questionnaires. The next step was to measure water quality parameters. From this study it was found that the farmers was dominated by man (75%). Farmers aged between 25-49 years (100%) with elementary school education (15 %), senior highschool education (25%) and not attending school (15%). They have cultivation experience >10 years (75%). The number of ropes owned ranges 50-100 ropes (50%) <50 and >100 ropes (25%). The harvested seaweed was sold to local collectors at a Rp. 5,000-10,000/kg selling price in dry condition. The cultivation location was located in the western and southeastern parts of the village consists of silt and muddy sand a substrate. The majority of the seeds used was self seedlings supply (100%) which were taken between 20-25 days old (75%). Seaweed used as seeds ranged from 12,3-22,4 g/clumps and harvested weight ranged from 97.6-130.6 g/clumps. The cultivation method used is the longline method (100%). Maintenance cycle for 30-40 days. The average daily growth rate (DGR) was 6,5272±0,9338%day. The parameters for the quality of seaweed cultivation waters were temperature 30oC, salinity 32 ppt and current speed 0.08 m/s. Pests and diseases of E. denticulatum found were Sargassum sp., squid eggs, cat’s fur, and ice-ice. E. denticulatum seaweed cultivation activities are in accordance with the Standard Operating Procedures (SOP) at the practice location. Among 9 criteria, there are 5 criteria of the SOP are fully adopted (profit farm, location of cultivation, selection of seeds, cultivation method, maintenance), 3 criteria are not fully adopted, and 3 criteria (cultivator profile, seed transportation and post-harvest) are not adopted at all (documentation and traceability) by the farmers. Keywords: E. denticulatum, majority, respondence, seaweed, survey
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam keadaan padat,gas, dan cair. Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. Batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. Batuan-batuan di permukaan bumi akan mengalami proses pelapukan, yang memerlukan waktu yang relatif lama. Karena proses pembentukannya yang sangat lama itu (ribuan higga jutaan tahun) kita tidak dapat menyaksikan bagaimana tanah itu terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah, batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur, tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia, dan masih banyak lagi contoh-contoh pelapukan lainya. Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan diskusi mengenai pelapukan tanah. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum tanah sebagai hasil pelapukan adalah untuk mengetahui bahwa tanah sebagai materi yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan sifat tanah ditentukan oleh sifat batuan/bahan induk yang membentuknya. Adapun kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tanah sebagai hasil pelapukan batuan. II. TINJAUAN PUSTAKA
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) Sabun memiliki struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa.
iCAN Sama-O-Basr, 2024
Handbook of Maintenance Management and Engineering, 2009
Frankly Freddy: Blog on Reading Research and Practice @ TextProject, 2023
International Workshop in Energy Efficiency, Security and IC Design, 2024
Gálatas - Comentário literário-pastoral., 2019
Analytical Chemistry, 2016
The Journal of Clinical Hypertension, 2020
Anais do XX Congresso Brasileiro de Engenharia Química, 2015
Global psychiatry archives, 2024
Trauma monthly, 2011
Journal of Economic Dynamics and Control, 1992