Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

TAUHID DAN SAINS

A.    Identitas Buku Judul Buku               :    Tauhid dan Sains:Esai-esai tentang sejarah dan FilsafatSains Islam ( Tawhid  And Science:Essays on the history and Philosopy of Islaic Science) Nama Pengarang     :   Osman Bakar Cetakan pertama     :   1991 Penerjemah             :    Yuliani Liputo Penerbit                   :    Pustaka Hidayah, Bandung Tahun Terbit             : 1991 Jumlah Halaman        : 265 Halaman B.    Tentang Penulis Osman Bakar lahir di sebuah desa kecil dekat kota Temerloh di negara pantai timur Pahang di Semenanjung Malaysia (1946). Ia menerima pendidikan SMA-nya di sekolah asrama bergengsi, Melayu College Kuala Kangsar, dijuluki sejak pemerintahan Inggris sebagai Bahkan "Eaton dari Timur." Pada tahap awal, Osman memiliki minat khusus dalam ilmu pengetahuan dan matematika. Setelah menyelesaikan SMA, ia bekerja sebagai seorang guru sementara di Kuantan. Pada bulan September 1967 ia meninggalkan Malaysia dengan beasiswa untuk belajar matematika di Woolwich Polytechnic, London University. Ia lulus dengan gelar Bachelor pada bulan Juni 1970. Dia kemudian kembali ke Malaysia untuk menjadi guru di Departemen Matematika di Universitas Nasional yang baru didirikan dari Malaysia, Kuala Lumpur. Setelah beberapa bulan, Osman kembali ke London pada bulan September pada cuti studi dalam skema pelatihan dosen Universitas untuk melanjutkan studi pascasarjana di Aljabar di Bedford College, London University. Tahun berikutnya, ia memperoleh gelar Master of Science. Pada tahun yang sama, Osman memulai studi doktornya di Universitas yang sama, yang mengkhususkan diri pada teori grup aljabar. Dia menjadi sangat tertarik pada agama dan filsafat. Ia mulai membaca lebih banyak buku tentang pemikiran Islam dan filsafat Barat dan Islam, dari pada aljabar. Dia sangat tertarik pada tulisan-tulisan dua pemikir Muslim besar, cendekiawan Iran kontemporer Seyyed Hossein Nasr, dan sarjana Iran abad pertengahan al-Ghazali.   Dia mengakui bahwa tulisan-tulisan para pemikir diberikan pengaruh yang besar pada pandangan intelektual dan pengembangan. Al-Ghazali yang Deliverance Dari Kesalahan   memberikan kontribusi besar terhadap perspektif Islamnya pada agama dan sains Tiga karya Nasr, Pengantar Doktrin kosmologis Islam, The Encounter Manusia dan Alam, dan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban dalam Islam, menurut Osman, memiliki dampak terbesar pada pemikiran filosofisnya.. Ini jelas bahwa ia sudah memeluk banyak perspektif intelektual Nasr atas agama, filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebagai hasil dari kepentingan barunya intelektual dan keadaan menekan beberapa, Osman dihentikan studi doktor dalam matematika untuk pulang ke National University of Malaysia pada bulan Oktober 1973 untuk menjadi dosen di Departemen Matematika. Sebagai seorang dosen matematika, Osman mengajarkan kalkulus dan aljabar. Tapi karena kepentingan yang mendalam dalam agama dan ilmu pengetahuan, ia mampu membujuk administrator akademik Universitas untuk memungkinkan dia untuk mengajar dua mata kuliah yang berkaitan dengan subjek. Salah satunya adalah program studi tingkat sarjana pada ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam, yang lain pada agama dan filsafat ilmu. Kedua program, yang ia membantu untuk merancang dan mengajar sejak tahun 1974, adalah komponen integral dari sekelompok kursus tentang pelajaran umum yang dibuat wajib untuk semua mahasiswa dari Universitas. Ini adalah pertama kalinya bahwa kursus agama, filsafat dan ilmu yang pernah diajarkan di lembaga Malaysia pendidikan tinggi. Ketika Universitas Malaya tetangga memperkenalkan kursus sejarah dan filsafat ilmu dalam "Program ilmu pelengkap" nya di Fakultas Ilmu pada tahun 1975, Osman diundang untuk menjadi dosen tamu. Yakin prospek yang lebih baik di sana ia pindah secara permanen ke University of Malaya pada tahun 1977 untuk menjadi full-time pertama staf pengajar dari program ilmu yang saling melengkapi. Selama bertahun-tahun ia menjadi koordinator program. Selain mengajar sejarah ilmu Barat Yunani, India, Cina, Islam dan abad pertengahan, Osman juga memperkenalkan berbagai kursus dalam filsafat ilmu, seperti agama dan sains,. Pada Oktober 1981, Osman pergi ke Temple University, Philadelphia untuk melanjutkan studi doktornya dalam filsafat Islam ilmu di bawah pengawasan Nasr. Dia menulis tesis berjudul Klasifikasi Ilmu dalam Sejarah Intelektual Islam: A Study in Filosofi Islam Ilmu yang telah diterbitkan di bawah judul Klasifikasi Pengetahuan dalam Islam. Edisi Malaysia pertama kali diterbitkan pada tahun 1992, dan Inggris edisi tahun 1997. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan Persia. Setelah meraih gelar PhD, Osman dipromosikan menjadi Associate Professor pada tahun 1989 dan Profesor pada tahun 1992 sebagai Ketua Filsafat Ilmu, sebuah pos bahwa ia masih memegang. Dari Juli sampai dengan Desember 1992, dia adalah seorang Fulbright Scholar Mengunjungi pada Departemen Sejarah Ilmu Pengetahuan, Harvard University di mana dia melakukan penelitian tentang Matematika dalam Budaya Muslim. Pada tahun 1995, ia diangkat Universitas Kanselir Wakil Deputi Malaya yang bertanggung jawab atas masalah-masalah sumber daya akademik dan manusia. Dia mengundurkan diri dari jabatannya pada bulan Juni 2000 untuk mengambil janji baru di Georgetown University, Washington DC sebagai Ketua Malaysia Islam di Asia Tenggara. Selama 25 tahun terakhir, Osman telah membuat kontribusi besar untuk mempopulerkan ilmu pengetahuan Islam dan wacana intelektual tentang agama dan ilmu pengetahuan, dan kemajuan lintas-budaya penelitian sejarah dan filsafat ilmu. Kontribusi intelektualnya memiliki dampak, tidak hanya di negerinya sendiri, Malaysia, tetapi juga di berbagai belahan dunia Muslim. Dia adalah pendiri utama dari Akademi Islam Malaysia Sains didirikan pada tahun 1977.   Dia pertama Sekretaris Jenderal (1977-1981) dan kemudian Presiden (1987-1992). Di antara tujuan dari Academy adalah untuk mempromosikan studi dan penelitian dalam agama dan ilmu pengetahuan, khususnya dari sudut pandang Islam. Pada tahun 1991, ia mendirikan bilingual dua tahunan Academy jurnal Kesturi, sebuah publikasi yang didedikasikan untuk mengejar kesatuan pengetahuan. Dia adalah Pemimpin Redaksi pertama jurnal. Makalah akademis pertama Osman adalah Masalah Melayu-Muslim Kemajuan dalam Sains, ditulis tahun 1974 tetapi disajikan pada tahun 1975 pada Konferensi Dunia Pertama Islam di Sains dan Teknologi yang diselenggarakan di Riyadh, Arab Saudi. Makalah ini membahas isu-isu tertentu dalam agama dan ilmu pengetahuan, dan mengusulkan bahwa masalah Melayu-Muslim ketertinggalan dalam pendidikan ilmu pengetahuan harus diselesaikan dalam kerangka intelektual dan budaya Islam. Itu diterbitkan dalam Prosiding Konferensi. Pada periode berikutnya hingga kepergiannya untuk studi doktornya di Amerika Serikat, semua karya Osman ditulis dalam bahasa Melayu. Sebagian besar kesepakatan bekerja dengan masalah Islam dan ilmu pengetahuan, yang meliputi isu-isu seperti arti dan pentingnya ilmu pengetahuan Islam (1976), konsepsi Islam ilmu (1978), hubungan antara nilai-nilai ilmu pengetahuan dan spiritual (1979), dan mendasar perbedaan antara ilmu Islam tradisional dan ilmu pengetahuan modern (1978). Salah satu pekerjaan yang signifikan milik periode ini ditulis sebagai pembahas dari Kontribusi Islam kertas untuk World Culture (dalam bahasa Melayu) yang disajikan oleh filsuf ternama Indonesia, Sutan Ali Takdir Alisjahbana, pada Seminar Internasional tentang Islam dan Budaya Melayu, yang diselenggarakan di National Universitas sementara kampus di Kuala Lumpur. Makalah seminar semua, termasuk kritik terhadap Osman Alisjahbana diterbitkan sebagai buku oleh Departemen Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (1977). Itu Konsepsi Osman of Science dalam Islam (dalam bahasa Melayu) yang memiliki dampak yang cukup besar pada umat Islam di Malaysia, terutama di kalangan mahasiswa. Itu disampaikan pada tahun 1978 sebagai kertas utama dalam seminar nasional pertama (diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Islam) yang pernah diselenggarakan pada Islam dan ilmu pengetahuan. Pekerjaan itu diterbitkan segera setelah itu di Risalah (1978), sebuah newsletter dari Gerakan Pemuda berpengaruh Muslim Malaysia (ABIM). Itu didistribusikan secara luas dan dibaca oleh mahasiswa Melayu, termasuk mereka yang belajar di luar negeri. The Australian Federation of Association Mahasiswa Malaysia 'diterbitkan dalam Majalah AFMSA nya (1978). Dalam karya ini, Osman mengusulkan bahwa ilmu pengetahuan yang dipahami dan dibudidayakan di karakteristik peradaban pameran Islam yang berbeda secara signifikan dari orang-orang dari ilmu pengetahuan modern. Salah satu perbedaan utama antara ilmu Islam dan ilmu pengetahuan modern adalah pendekatan metodologis mereka untuk mempelajari alam. Tahap berikutnya dari kehidupan akademis Osman, dimulai dengan studi PhD di Temple University, melihat peningkatan yang luar biasa dalam output intelektualnya. Sebanyak sepuluh buku, enam dalam bahasa Inggris dan empat dalam bahasa Melayu diterbitkan. Lebih dari tujuh puluh kertas, terutama dalam bahasa Inggris, muncul di jurnal dan majalah, termasuk surat-surat bahwa ia telah ditulis ketika ia masih menjadi mahasiswa PhD. Buku-buku dan artikel ditangani dengan berbagai mata pelajaran dalam agama, filsafat dan ilmu pengetahuan. Wacana tentang Islam dan ilmu pengetahuan meliputi topik seperti yayasan metafisik dan kosmologi ilmu pengetahuan, metodologi, evolusi, bioetika, filsafat kedokteran, teologi natural, dan psikologi kognitif. Osman mengklaim bahwa perspektif filosofis tentang Islam dan ilmu yang ia peroleh selama pascasarjana studi matematika di London tidak mengalami perkembangan fundamental atau perubahan, tetapi pada dasarnya tetap sama sampai sekarang. Klaimnya tampaknya dikonfirmasi oleh kesamaan dan kesinambungan pemikiran dalam isi filosofis studi pra-doktor dan pasca-doktoral. Banyak dari karya Osman tentang Islam dan ilmu pengetahuan secara luas dibaca di berbagai belahan dunia Muslim, khususnya di Indonesia dan sub-benua India. Bukunya yang paling populer adalah Tauhid dan Sains (1991), yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Albania. Bab dari buku telah diterjemahkan ke dalam bahasa utama dunia Muslim, termasuk bahasa Arab, Persia, Turki dan Urdu. Ia menikmati perbedaan menjadi yang paling terakhir dari semua buku-bukunya. Dalam arti, Tauhid dan Sains menggambarkan kedalaman dan luasnya keprihatinan intelektual Osman dengan isu-isu dalam Islam dan ilmu pengetahuan. 'Ilmu Islam apa yang disebut tidak lain adalah bahwa ilmu pengetahuan yang mencakup totalitas dari ilmu matematika dan alam, termasuk psikologi dan ilmu kognitif, yang telah dibudidayakan dalam budaya dan peradaban Islam selama lebih dari satu milenium, dimulai pada abad ketiga dari era Islam (abad kesembilan Masehi). Mereka dapat ilmu yang sangat tepat disebut ilmu Islam, karena, secara konseptual berbicara, mereka secara organik terkait dengan ajaran fundamental Islam, yang paling penting yang merupakan prinsip tauhid. Ilmu tauhid adalah teologi dalam arti sebenarnya dari kata. Lain dari buku-buku populer nya, karya diedit, adalah Kritik Teori Evolusi (1987). Dalam Tauhid dan Sains dan tulisan-tulisan lainnya beberapa, Osman menyatakan bahwa saham ilmu Islam dengan ilmu pengetahuan modern sifat rasional bahasanya, penerapan metode ilmiah dan eksperimental penyelidikan, dan karakter internasional dari praktek ilmiah, organisasi dan lembaga. Hal ini dapat dimengerti karena secara historis berbicara, ilmu pengetahuan modern adalah penerus langsung ilmu pengetahuan Islam. Dalam banyak karakteristik yang disiplin, ilmu pengetahuan modern berutang banyak untuk ilmu pengetahuan Islam. Namun dalam karakteristik lain, itu menandai keberangkatan jelas dari pendahulunya. Ada perbedaan penting dalam prinsip-prinsip filosofis yang kedua ilmu tersebut didirikan. Fondasi metafisik dan kosmologi ilmu Islam baik telah ditolak atau diabaikan oleh ilmu pengetahuan modern. Bahkan pada tingkat prinsip epistemologis, etika dan moral, perbedaan utama adalah dilihat antara kedua ilmu. Akibatnya, ilmu-ilmu telah datang untuk mengadopsi tujuan teoritis dan praktis dan prinsip-prinsip metodologis yang berbeda dalam beberapa hal. Osman bunga dalam agama dan ilmu pengetahuan tidak terbatas pada sudut pandang Islam. Ini mencakup sudut pandang agama-agama besar dunia. Sebagai mahasiswa pascasarjana di Departemen Temple University Agama, maka mungkin departemen terbaik di dunia dari jenisnya, Osman baik terkena studi agama-agama dunia di bawah profesor dibedakan dari agama. Di University of Malaya, ia telah mengajar mahasiswa ilmu ketiga tahun kursus agama dan sains dari perspektif agama-agama besar di dunia, yang kebetulan juga ada di Malaysia. Dia sangat tertarik dalam mengeksplorasi pertemuan agama dan ilmu pengetahuan tentang isu-isu seperti desain kosmik, yang berarti kecerdasan baik darat dan ekstra-terestrial psikologi, kognitif, evolusi, fisika kuantum dan kesadaran, bioetika, dan genetika. Tahun ini (2001), ia telah ditunjuk sebagai anggota Kelompok Kerja Agama Makanan Rekayasa Genetika di University of Pennsylvania Pusat Bioetika .  C.    Gambaran Buku Secara Umum Buku ini berisi Esai-esai yang berkenaan dengan dengan faset sejarah dan filsafat sains Islam. Buku ini berisi gambaran tentang sains Islam yang mencakup matematika dan ilmu pengetahuan  alam, termasuk psikologi dan sains-sains kognitif yang tumbuh dalam kebudayaan dan peradaban Islam selama lebih dari satu millennium, yang dimulai sejak abad ketiga Islam (abad kesembilan Kristen). Dalam buku ini dijelaskan kontribusi yang tidak sedikit kaum muslim terhadap sains yang sekarang berkembang dan juga terdapat kontribusi orang-orang non muslim. Dikatakan sains Islam karena sains tersebut secara konseptual, terkait secara orisinil dengan ajaran Islam yang fundamental, yang paling penting diantaranya adalah ajaran Tauhid. Judul buku ini adalah Tauhid dan Sains, karena buku ini berupaya mengungkapkan dimensi hubungan organic yang ada antara tauhid dan sains sebagaimana yang terlihat melalui pendangan ilmiah seorang muslim. Esai-esai dalam buku ini mencakup empat tema utama, yaitu (1) fondasi epistemologis sains Islam, (2) Manusia, alam, dan Tuhan dalam sains Islam, (3) sains Islam dan Barat, (4) Islam dan sains modern. Melalui esai-esai dalam buku ini mencoba untuk menyampaikan pesan penting bahwa sains Islam adalah pendahulu sains modern, memiliki aspek yang sama dengan yang terakhir, seperti dalam hal sifat rasional dan logis bahasanya, penggunaan metode ilmiah dan ekspeerimental, serta karakter internasional dari praktek organisasi. Dalam buku ini juga dijelasjkan ada perbedaan penting antara sains Islam dan sains modern. Sains Islam bersifat ilmiah sekaligus religious dalam pengertian bahwa secara sadar didasarkan pada prisnsip-prinsip metafisik, kosmologi, epistemologis, etis dan prinsip moral Islam dari sudut pandang konsepsi sprirtual dan moral tentang alam. Sains Islam mengambil tujuan dan prisnsip-prisnsip metodologis yang berbeda dalam beberapa aspek dari pada sains modern. Aspek lain yang pening dari esai-esai dibuku ini adalah karakter intersisiplinernya. Isinya mengambil gabungan anatara pendekatan historis dan filosofis terhadap kajian tentang sains Islam. D.    Resume Buku Pada bab I berisi tentang kesadaran religius dan semangat tradisi ilmiah dimana bab ini menjelaskan tentang apa bagaimana dan sumber semangat ilmiah kaum muslimin yaitu berlandaskan pada kesadaran akan keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan kesadaran religious. Kesadaran ilmiah kaum muslimin dan para sarjana muslim mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid. Dalam Islam Logika pemikiran tidak pernah dianggap berlawanan dengan keyakinan agama. Luasnya penggunaan logika dalam Islam tidak membawa pada semacam rasionalisme dan logisisime seperti yang kita temukan di Barat modern, karena penggunaan rasio tidak pernah dilepaskan dari keimanan pada wahyu Ilahi. Pemikiran logis, analisis matematis, observasi, eksperimentasi, dan bahkan interpretasi rasional terhadap kitab suci semuanya memiliki peran yang sah dalam upaya  ilmiah para ilmuan muslim awal. Selama orang muslim berpegang teguh dengan setia pada semangat tauhid yang sejati, menerapkan keimanan tersebut pada gagasan tentang hirarki dan kesatuan pengetahuan. Dengan demikian orang Islam diperingatkan oleh Al Qur`an bahwa semua fakultas pengetahuan yang dimilikinya yaitu pancaindranya, perasaan-perasaan internalnya seperti fakultas pengingatan dan daya khayal fakultas rasional dan spiritualnya yakni akal dan hatiadalah pemberian Tuhan yang berharga yang harus disyukurinya. Dalam Islam kesadaran religious dalam tauhid merupakan sumber dari semnagt ilmiah dalam seluruh wilayah pengetahuan. Oleh karena itu, tradisi intelektual Islam tidak menerima gagasan bahwa ilmu alam yang ilmiah atau lebih ilmiah dari ilmu-ilmu lainnya. Demikian pula, gagasan obyektifitas yang begitu esensial dalam kegiatan ilmiah tidak dapat dipisahkan dari kesadaran religious dan spiritual. Dalam masalah metodologi dalam sains Islam terdapat perbedaan-perbedaan yang fundamental antara konsepsi metodologi sains dalam Islam atau dalam peradaban tradsional lainnya. Peradaban Islam telah mendahului Barat modern dalam hal penerapan metodologi ilmiah. Bahwa metode ilmiah yang dipraktekkan secara luas dalam sains Islam kini merupakan fakta yang telah diakui di halaman-halaman sejarah sains. Dalam hal ini sains Islam dipandang sebagai sebuah tradisi ilmiah dan intelektual yang independen, adalah tidak ada satu metode pun yang digunakan dalam sains itu yang mengenyampingkan metode-metode lainnya. Sebaliknya, sains Islam senantiasa berupaya untuk menerapkan metode-metode yang berlainan sesuai dengan watak subyek yangdipelajari dan cara-cara memahami subyek tersebut. Dapat dikatakan bahwa salah satu perkembangan yang paling menarik dan penting yang telah terjadi dalam sains modern adalah kesadaran bahwa proses kreatif yang telah mengahasilkan sains itu jauh lebih kompleks dari pada apa yang telah dipopulerkan sebagai metode ilmiah. Metode sains dalam Islam didasarkan pada sebuah epistemology yang secara fundamental berbeda dari epistemology yang dominan dalam sains modern, yang sejauh ini tetap tidak terpengaruh oleh perkembangan intelektual yang baru ini, meskipun semakin banyak jumlah ilmuan, sejarahwan dan filosuf sains yang berbicara tentang perlunya paradigma epistemology baru yang dapat memberikan pandangan yang kohern tentang dunia yang disinglkapkan oleh dains modern. Adalah tepat untuk mengatakan bahwa, sebagai suatu cara empiris untuk mengetahui sesuatu, metode ilmiah sains modern sulit dibedakan dari metode ilmiah sains Islam. Namun, berbicara secara filosofis metode ini tampak tidak sejalan dalam kedua sains itu dalam hubungannya dengan epistemology masing-masing. Metode majemuk yang kini diterima oleh segmen-segmen tertentu dalam masyarakat ilmiah tidak mencakup totalitas dalam masyarakat sains Islam. Sains modern tidak bisa mempertahankan fondasi epistemologisnya yang sekarang sekaligus menerima kitab suci yang diwahyukan dan intuisi akal, karena secara tradisional term ini dipahami dari sebgaian metodologinya, tanpa terjebak dalam kontradiksi-kontradiksi filosofis. Bagaimana sains modern bisa melakukan hal itu jika epistemologisnya sendiri merupakan produk dari sebuah kesadaran yang memberontak dan menolak gagasan wahyu dari semua implikasinya. Tujuan akhir sains Islam yakni kesatuan alam, yang mana tujuan itu sendiri bersal dari dua sumber wahyu dan intuisi intelektual. Oleh karena itu sains-sains yang berbedayang didasarkan pada metode-metode pengetahuan yang berbeda ini juga terlihat benar-benar saling selaras satu sama lain, dan bukan sebagai disiplin-disiplin berselisihan dan saling besaing dan mengklaim kebenaran. Metodologi sains Islam berakar pada kitab wahyu Islam dan pada tradsi Islam yang lahir dari wahyu tersebut. sebenarnya, metodologi tersebut telah dirumuskan dan diterapkan dalam sejarah dengan sangat berhasil. Warisan ini diturunkan kepada kita sekarang, meskipun banyak orang Islam yang tidak mengetahuinya, bukan sekedar kebetulan sejarah bahwa begitu banyak ilmuan muslim yang melakukan praktek sufi atau secara intelektual terikat dengan prespektif sufi. Sungguh terdapat hubungan yang konseptual yang dalam antara dimensi batiniah Islam, kedalam dan keluasan pemikiran ilmiah orang Islam, dan ilmu pengetahuan alam yang diesmaikan dalam peradaban Islam. Upaya untuk menghidupkan kembali sains Islam di dunia modern menghendaki agar kita sekali lagi menucurahkan perhatian yang besar pada keterkaitan yang erat itu. Posisi keraguan dalam epistemology Islam dalam prespektif Al ghozali membahas arti dan signifikasi keraguan dalam kehidupan dan pemikiran Al Ghozali.  Semangat keraguan Al Ghozali dapat dipahami dengan sangat baik jika dipandang dari konteks tujuan penulisan Al Munqidz karya autobiografis Al Ghozali. Dalam Al Munqidz Al Ghozali menceritakan bagaimana pada puncak kehidupannya beliau dilanda penyakit jiwa yang misterius, yang berlangsung sekitar dua bulan dan selama masa itu dia skeptic terhadap kenyataan, tetapi tidak terhadap ucapan dan doktrin. Pada usia 20 an beliau adalah seorang murid pada perguruan Nidzamiyyah di Naishapur ketika penyakit skeptisisme tersebut. Keraguan Al Ghozali timbul dalam upayanya mencari kepastian, yakni pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu “sebagaimana adanya”  ini adalah apa yang disebut Al Ghozali sebagai al `Ilm al yaqin, sebuah pengetahuan yang pasti dan didefinisikannya sebagai pengetahuan yang didalamnya hal yang diketahui menjadi sedemikian nyata sehingga tidak ada keraguan yang melekat didalamnya. Dan tidak pula disertai oleh kemungkinan kesalahan atau kepalsuan, dan bahkan pikiran pun tidak dapat menduga adanya kemungkinan seperti itu. Pencarian kepastian Al Ghozali sebagaimana yang didefinisikannya tidak berbeda dari kaum sufi. Ada daya internal dan eksternal yang bekerja mendorong pencarian itu ketitik yang melahirkan periode keraguan yang amat kental dimasa muda Al Ghozali. Al Ghozali menapaki keraguan ketika ia heran melihat keberagaman agama dan keimanan, dan kenyataan bahwa penganut setiap agama mengikut secara buta kepercayaan yang mereka warisi. Satu konsekuensi dari refleksi kritisnya dari fenomena keberagamaan ini adalah bahwa ia mulai mempertanyakan kepercayaan agama yang diwarisi secara tidak kritis. Tetapi kehidupan seperti yang beliau jalani pada masa ketika gagasan transedensi merupakan realitas yang sangat hidup dalam jiwa dari seorang manusia, masalah keragaman keagamaan tidak membawa Al Ghozali kepada sejenis relativisme yang menggejala di zaman modern sebagai respon sebagai persoalan yang sama. Sebaliknya, hal itu mendorongnya untuk mencari realitas hakiki watak manusia. Yakni, watak primordial  manusia (fitrah) yang pada dataran duniawi merupakan wadah bagi keanekaragaman bentuk dan ekspresi religious. Al Ghozali tidak menentang taqlid dengan begitu saja, dia tidak pernah menyerukan peniadaan taqlid secara total. Bahkan sebenarnya, ia memandang penting bagi pengikut agama yang sederhana yang pemikirannnya terbebas dari keingintahuan intelektual seperti yang ditemukan pada filosf dan ilmuan. Keraguan Al Ghozali yang termasyhur harus dipelajari dan dipahami dari segi epistemology Islam, khususnya segi gagasan tentang derajat- derajat keyakinandlam sfisme Islam. Tradisi intelektual dan spiritual dalam lingkungan kehidupan dan pemikiran Al Ghozali membuatnya sadar betul akan kenyataan bahwa yang menghalangi manusia dari realitas tertinggi ini adalah kegelapan jiwanya sendiri Kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual ada perbedaan yang mendasar antara sains pra modern dengan sains modern  adalah mengenai posisi sains dalam hubungannya dengan jenis pengetahuan yang lain. Dalam peradaban-peradaban pra modern,sains tidak pernah dipisahkan dari pengetahuan spiritual. Sebaliknya, kita temukan sebuah kesatuan yang organic antara sains dan pengetahuan spiritual. Komponen fundamental pengetahuan orang Islam tentang tuhan adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif Ilahi. Pengetahuan tentang hubungan antara tuhan dan dunia, antara pencipta dan ciptaan, atau antara prisnsip Ilahi dengan manifestasi  kosmik, merupakan basis paling fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual. Dalam Islam. Sumber terpenting bagi pengetahuan semacam ini adalah Al Quran dan Hadis Nabi, untuk memahami konsepsi dan pengalaman Islam mengenai kesatuan sains dan pengetahuan spiritual  penting untuk merujuk pada beberapa konsep dan gagasan kunci yang terkandung dalam pengetahuan ini. Kebutuhan untuk menghidupkan kembali kosmologi tradisional di dunia modern. Kosmologi ini memiliki peran penting dalam setiap proyek usulan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan kesatuan sains dan pengetahuan spiritual. Menghidupkan kembali komologi tradisional bukan berarti penolakan atau pengabaian metode eksperimen dan perangkat-perangkat penelitian dan penyelidikan ilmiah modern, yang telah terbukti berhasil dalam studi kuantitatif alam semesta. Tetapi, ia sungguh membutuhkan perubahan-perubahan fundamental dalam sikap modern terhadap realitas dan pengetahuan. Penerimaan kosmologi tradisional membawa konsekuensi metodologis yang hebat. Hal itu berarti metode ilmiah modern harus menanggalkan klaimnya sebagai satu-satunya cara untuk mengetahui segala sesuatu jalan-jalan lain yang mungkin untuk mengetahui alam semesta perlu untuk diperkenalkan. Sains modern harus melihat fakta historis bahwa telah ada masyarakat dan peradaban yang mengembangkan berbagai cara untuk mempelajari dan mengetahui alam semesta. Masyarakat dan peradaban itu telah melihat kesatuan dalam keberagaman ini, berkat doktrin tradisional tentang hirarki dan kesatuan dalam cara-cara mengetahui. Semangat reduksionis yang telah menjadi ciri sains modern telah memiskinkan (pandangan tentang)  tatanan alam. Menghidupkan kembali sains-sains tradisional dan sains kosmologis yang menjadi dasar bagi sains tradisional itu dapat membantu untuk menghadirkan kekayaan realitas kewilayah kesadaran manusia modern. Konsepsi atomisme Asy`ariyah menempati posisi penting dalam teologi Sunni. Sebagai filosuf tentang alam, ia bebeda dari yang disampaikan oleh parafilosuf peripatetic dan teolog Syiah, karena menekankan kontinuitas substansial segala sesuatudan pentingnya rantai kausal dalam alam. Namun, ia memiliki banyak persamaan dengan konsepsi sufi tentang penciptan yang terus menerus dan penafsiran dunia. Occasionalism kalam Asy`ariyah memiliki dampak yang besar terhadap skolastisisme latin dan juga filsafat pasca-Renaisans dari Descartes, Malebranche, dan Hume. Atomisme Asy`ariyah juga memiliki signifikansi besar bagi para sejarahwan dan filosof sains kontemporer. Hal ini karena banyak kesamaannya dengan teori atom fisika modern. Satu konsekunsi penting dari hal ini adalah bahwa kita didorong untuk menguji kembali beberapa asumsi yang mendasari pandangan diterima saat ini mengenai pondasi epistemologis dari metodologi ilmah dan teori-teori ilmiah. Karena atomisme Asy`ariyah menyarankan pada kita adanya kemungkinan cara lain untuk memandang dan memahami alam, yang berbeda dari metode yang digunakan dalam sains modern, tetapi berhasil dalam merumuskan sebuah teori atom yang terpadu yng mempunyai beberpa aspek yang sama dengan fisika kuantum kontemporer. Filsafat Kedokteran Islam Kedokteran Islam adalah system kedokteran yang dikonseptualisasi dan dikembangkan oleh orang Islam dari berbagai ras, etnis dan iklim selama lebih dari satu millennium sejak kelahiran komunitas Islam yang pertama sampai sekarang. Kedokteran Islam didasarkan terutama pada prinsip-prinsip yang diturunkan dari ajaran-ajaran dasar agama Islam. Merupakan buah kesadaran yang diupayakan oleh sebagian pemikir muslim terbaik untuk menemukan solusi terhadap persoalan medis dan perawatan kesehatan komunitas muslim yang selaras dengan pandangan dunia Islam yang di dalamnya Tuhan, manusia, alam dan masyarakat saling terkait erat dan saling berhubungan secara harmonis. Kedokteran Islam betul-betul merupakan salah satu manifestasi cultural nilai-nilai spiritual, moral dan etika Islam yang paling penting. Islam dan Bio Etika Islam memandang isu tentang tubuh manusia dari sudut pandang ajaran Islam. Menurut Islam manusia adalah makhluk tuhan yang paling mulia, manusia adalah makhluk Tuhan yang Dengan berbagai sisi dan tingkatan. Ia adalah tubuh, jiwa, ruh. Tetapi  Islam selaras dengan ajaran tauhid yang fundamental.Memandang Manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dimana semua bagiannya saling tergantung satu sama lain. Islam memiliki pandangan yang sama dengan Yahudi dan Kristen bahwa manusia diciptakan sebagai bayangan dari Tuhan. E.    Komentar Buku ini merupakan buku yang membahas korelasi sains dan tauhid dimana didalamnya mengambil gabungan pendekatan historis dn filosofis. Dalam pembahasan di buku ini saya sepakat akan pentingnya pengetahuan tentang Tauhid untuk melandasi segala sesuatu aktifits kegiatan kita, dimana kaum muslimin dalam pencarian pengetahuan ilmu pengtahuan mereka tidak terlepas dari semangat pengetahuan tauhid mereka, sehingga sekalipun mereka menguasai ilmu pengetahuan tidak menjadikan mereka sebagai hamba-hamba yang angkuh dan menyombongkan diri mereka, sebaliknya keimanan mereka semakin bertambah. a.    Kelebihan Buku Buku ini memiliki kelebihan diantaranya yaitu membahas tentang tauhid dan sains dengan analisis yang dalam. Buku ini juga mengandung informasi tentang bagaimana cara Islam memandang sains dari sudut ketauhidan. b.    Kekekurangan Buku Selain beberapa kelebihan terdapat juga kekurangan yang terdapat didalam buku ini yaitu bahasanya sulit untuk dipahami terutama bagi yang pemula belajar tentang filsafat sains Islam F.    Analisis Dari buku yang telah direview ini terdapat beberapa pemahaman tentang bagaimana cara mempelajari dan mengetahui faset-faset sejarah filsafat Islam (sains Islam) . yang mana semangat untuk mempelajari ilmu pengetahuan kaum muslim didasarkan pada pemahaman dan keyakinan yang fundamental yaitu tauhid, itulah yang membedakan antara sains Islam dengan sains Modern dimana sains Modern lebih mengesampingkan pengetahuan akan tauhid dan lebih condong kepada paham matrialisme yang memandang sesuatu hanya dari fisiknya saja, termasuk dalam menentukan metodologi dalam mempelajari sains kaum muslimin juga bertumpu pada pengetahuan akan ketauhidan mereka. Dalam buku ini juga terdapat sedikit kriris dari filsafat muslim Al Ghozali tentang taqlid total, meskipun Al Ghozali tidak menentang taqlid begitu saja, artinya Al Ghozali menyerukan pentingnya pemahaman mendalam tentang ajaran Islam sebelum bertaqlid, tetapi taqlid juga penting bagi mereka yang pemahaman agamanya masih sederhana. Islam memandang adanya kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual, mengingat ilmu itu pada dasarnya adalah datangnya dari Allah, pengetahuan manusia terbatas, diibaratkan pengetahuan manusia itu setetes air yang menetes di lautuan. Pengetahuan spiritual yang benar akan mendorong semnagat untuk mengkaji sains lebih dalam, lalu kemudian setelah mempelajari sains lebih dalam akan mengantar kan kepada pengetahuan spiritual akan kebesaran kekuasaan Allah. Islam memandang hokum kausalitas itu tidak mutlak, ada hal-hal yang tidak selalu terkait dengan hokum kausalitas dunia, seperti penciptaan Nabi Adam As, Nabi Isa As yang tidak mempunya Ayah dan Nabi Ibrahim yang tidak hangus dibakar api. Islam menyakini ada hal-hal yang diluar logika nalar manusia yang dapat terjadi di dunia ini. Kebesaran sains Islam yang dulu pernah berkibar dan Berjaya sedikit banyaknya mempengaruhi sains Barat modern salah satunya adalah pengaruh ilmuan muslin Ibnu Sina dalam wilayah psikologi dan ontology. Dan juga menyangkut doktrin-doktrin metafisik dan kosmologis alam Ibu Sina. Selain itu juga Ilmuan muslim pada zaman kejayaannnya mengkritisi tentang teori parallel Euclid oleh Umar Khayyam, itulah salah satu bukti bahwa umat Islam kalau saja memiliki kemauan dan semangat untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang didasari dengan pengetahuan tauhid secara benar dan konsekuen tidak menutup kemungkinan kita bisa Berjaya di masa yang akan datang. Semnagat- semangat itulah yang perlu kita kembangkan agar supaya kita sebagai generasi penerus Islam dapat mengembalikan kejayaan Islam yang dulu pernah kita raih.