Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
ABSTRAK Kata Kunci : Motivasi Belajar, Pelajaran PKn, Metode ‘Tatas’ Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas I SDN MERJOSARI V Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dengan menggunakan Metode ‘Tatas’. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN MERJOSARI V Kecamatan Lowokwaru Kota Malang pada siswa kelas I pada semester genap tahun pelajaran 20062007 Jumlah siswa ada 32 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, sedangkan masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Data dalam penelitian ini berupa kemandirian belajar siswa, aktifitas belajar siswa, dan hasil evaluasi belajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi/pengamatan, angket, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa, yang menyatakan kurang mandiri mengalami penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra tindakan, menjadi 9 siswa (28,13) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (15,63%) pada siklus II. Siswa mandiri mengalami kenaikan dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan, menjadi19 siswa (59,38%) pada siklus I, dan menjadi 18 siswa (56,25%) pada siklus II. Siswa sangat mandiri mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra tindakan, menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus I, dan menjadi 9 siswa (28,13%) pada siklus II. Sedangkan jumlah rata-rata atau mean menunjukkan peningkatan dari 2,50 pada pra tindakan, menjadi 2,84 pada siklus I, dan menjadi 3,13 pada siklus II. Sedangkan sikap siswa yang diperoleh dari hasil pengisian angket yang menyatakan tidak senang mengalami penurunan dari 5 siswa (15,63%) pada pra tindakan menjadi tidak ada (0) pada siklus I dan siklus II. Siswa yang menunjukkan kurang senang ada penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I dan menjadi 3 siswa (9,38%) pada siklus II. Siswa yang menyatakan senang mengalami kenaikan dari 12 siswa (37,50%) pada pra tindakan menjadi 15 siswa (46,88%) pada siklus I, dan menjadi 17 siswa (53,23%) pada siklus II. Siswa yang menyatakan sangat senang mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra tindakan menjadi 7 siswa (21,88%) pada siklus I, dan menjadi 12 siswa (37,50%) pada siklus II. Jumlah rata-rata atau mean menunjukkan kenaikkan dari 2,34 pada pra tindakan menjadi 2,91 pada siklus I, dan menjadi 3,28 (82%) pada siklus II. Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan menjadi 22 siswa (68,75%) pada siklus I, dan menjadi 28 siswa (87,50%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 15 siswa (46,88%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I, dan menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, ma-ka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “jika metode ‘Tatas’ digunakan dalam pembelajaran PKn, maka motivasi belajar siswa kelas I SDN XXXXXX akan meningkat” dapat diterima. Judul Penelitian Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering kurang diperhatikan oleh semua pihak di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa. Mata pelajaran PKn dianggap terlalu banyak menghafal, banyak membaca. Sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan materi mata pelajaran ini. Kondisi tersebut sering diperparah oleh keadaan bahwa siswa merasa kurang tertarik, menganggap mudah, dan menganggap pelajaran yang menjemukan. Keberadaan mata pelajaran PKn sering dianggap kurang bermanfaat bagi siswa. Sejak mata pelajaran PKn tidak termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional, maka semakin dianggap tidak berarti bagi siswa. Metode mengajar menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pan-dangan berbagai pihak tentang mata pelajaran PKn. Terlebih lagi jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara yang kurang menarik. Penggunaan metode menga-jar yang monoton, kurang variasi akan semakin memperparah keadaan. Kejenuhan siswa akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti ini. Kondisi seperti di atas merupakan bukti bahwa siswa memiliki motivasi yang rendah dalam kegiatan pembelajaran, terutama pelajaran PKn. Dengan motivasi yang rendah, sangat sulit bagi guru maupun siswa untuk dapat mencapai tujuan pem-belajaran yang diharapkan. Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat”. Minat belajar anak harus dapat ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Proses membangkitkan minat belajar, mempertahankan minat belajar dan mengon-trol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai, sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar siswa dapat berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Kecerdasan, cita-cita atau harapan, kesenangan merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi. Kondisi lingkungan, metode mengajar, waktu belajar merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi minat belajar. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dalam kondisi baik, maka minat belajar siswa juga semakin tinggi. Namun jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut kondi-sinya kurang kondusif, maka motivasi belajar siswa juga akan rendah. Keadaan tersebut juga terjadi pada siswa kelas 1 SDN Merjosari V, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Motivasi belajar siswa sangat rendah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) mata pelajaran PKni diberikan pada jam pelajaran terakhir; (2) siswa merasa kurang tertarik pada pelajaran PKn; (3) siswa sulit untuk menguasai materi pelajaran; (4) kondisi in-put siswa relatif rendah; penggunaan metode yang kurang tepat. SDN Merjosari V merupakan salah satu sekolah yang berada di pinggiran kota. Siswa banyak yang kurang berminat terhadap mata pelajaran PKn. Pada siswa kelas 1 mata pelajaran PKn diberikan pada jam pelajaran terakhir. Kondisi siswa yang sudah merasa lelah, mengantuk, lapar, jenuh selalu muncul setiap kali menerima pelajaran. Sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn masih relatif kurang. Sehingga siswa semakin sulit untuk dapat menguasai materi pada mata pelajaran PKn. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi guru. Bagimana agar siswa dapat memiliki motivasi yang lebih besar terhadap mata pelajaran PKn. Salah satu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan meto-de ‘Tatas’. Metode ‘Tatas’ merupakan kombinasi dari metode ‘Tanya jawab’ dan metode ‘Penugasan/Pemberian tugas’ yang dikemas secara terpadu dengan membe-rikan berbagai tambahan yang berupa ‘sangsi’ yang dapat mendorong siswa untuk dapat lebih menguasai materi pelajaran. Dengan penggunaan metode ‘Tatas’ yang dirancang secara matang dan dilaksanakan secara tepat diharapkan dapat mendo-rong siswa lebih dapat meningkatkan persiapan dalam menerima pelajaran. Pening-katan motivasi belajar siswa juga diharapkan membawa dampak positif yaitu pening-katan prestasi belajar pelajaran PKn. Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka untuk mengkaji lebih mendalam tentang peningkatan motivasi belajar siswa, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan Menggunakan Metode ‘Tatas’ Siswa Kelas 1 SDN Merjosari V Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang”. B.     Fokus Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka fokus penelitian dalam PTK ini adalah “Apakah motivasi belajar PKn dapat meningkat dengan penerapan metode ‘Gallery Walk’ pada siswa kelas IV MI Nurul Huda Rancawuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes”. C.    Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi meningkatnya motivasi belajar pelajaran PKn pada siswa kelas I SDN Merjosari V Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan penerapan metode ‘Tatas’ dalam pembelajaran mata pelajaran PKn. Dengan peningkatan motivasi belajar pada siswa, diharapkan juga membawa dampak positif yaitu peningkatan prestasi belajar pada pelajaran PKn. D.    Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, fokus penelitian dan tujuan penelitian tersebut di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika metode ‘Tatas’ diterapkan dalam pembelajaran pelajaran PKn, maka motivasi belajar siswa kelas I SDN Merjosari V Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, akan meningkat”. E.     Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.      Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran pada siswa yang berbeda tetapi memiliki kon-disi permasalahan yang sama. 2.      Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaku-kan kegiatan penelitian yang sejenis. 3.      Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan berbagai kebijakan tentang kegiatan pembelajaran yang dapat dila-kukan oleh guru yang berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dan peningkatan prestasi belajar. DAFTAR RUJUKAN DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning: unleashing the Genius in You. Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman. 1999. Bandung: Kaifa. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI. Miftah Toha. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada. Moekijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju. Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. BAB I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman mengajar selama proses belajar mengajar mata pelajaran PKn siswa kelas VI MI GUPPI Talagening diketahui bahwa masih terdapat beberapa masalah yang kiranya perlu dipecahkan oleh guru sehinga tujuan pembelajaran PKn dapat tercapai secara maksimal. Masalah-masalah tersebut antara lain : 1)      dari sisi guru;  metode pembelajaran yang sering digunakan pada mata  pelajaran PKn adalah metode ceramah dan tanya jawab, hal tersebut tidak selamanya salah, hanya saja dalam beberapa hal siswa menjadi kurang aktif dan terkesan monoton. 2)      dari sisi murid antara lain; banyak murid kurang aktif dalam proses belajar mengajar dengan ciri-ciri; kurang bahkan tidak mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan guru, kurangnya perhatian murid terhadap materi yang dijelaskan guru, hal lainnya yaitu; murid kurang antusias mengikuti pelajaran PKn. 3)      Hasil pembelajaran Pkn lebih sering menekankan pada aspek kognitif saja, dan mengabaikan aspek afektif, serta psikomotor padahal sedikitnya ada empat peran moral persekolahan, yaitu sebagai pengembang potensi moral, sebagai pewaris nilai moral sosial, sebagai idialitas kehidupan moral masyarakat, serta sebagai laboratorium moralitas siswa. 4)      Dari hasil evaluasi terhadap mata pelajaran Pkn kelas VI menunjukan hasil nilai rata-rata dibawah KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran PKn pada kelas VI MI GUPPI Talagening tahun pelajaran 2013/2014 adalah 7,00. Dari 18 siswa di ketahuai sejumlah 14 anak masih memperoleh nilai di bawah KKM  tersebut. Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi pada proses belajar mengajar mata pelajaran PKn pada murid kelas VI MI GUPPI Talagening di atas, maka salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan merubah model pembelajaran yang digunakan ke arah pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada murid untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran role playing. Beberapa alasan penggunaan pembelajaran role playing pada mata pelajaran PKn murid kelas VI MI GUPPI Talagening, Kecamatan Bobotsari antara lain : 1)      Memberikan pengalaman langsung kepada murid untuk memecahakan masalah yang dihadapinya secara nyata, 2)       dengan pembelajaran bermain peran membantu murid menentukan makna-makna kehidupan dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya, dan 3)      melatih murid untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral dandemokratif sekaligus bertanggung jawab dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila Cara pembelajaran yang membuat siswa sebagai objek pendidikan seharusnya tidak ada lagi tempat dalam pendidikan di Indonesia. Atas dasar itulah, perlu kiranya pengguanaan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa memahami nilai-nilai moral dan mampu melaksanakan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti merasa tertarik sekaligus melatarbelakangi penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang pembelajaran role playing terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas VI MI GUPPI Talagening. B.            Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah; “Apakah penggunaan metode pembelajaran  Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan proses perumusan dasar negara pada mata pelajaran PKn kelas VI MI GUPPI Talagening?” C.             Tujuan Penelitian Searah dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran Role Playing dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PKn kelas VI MI GUPPI Talagening D.           Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh antara lain, 1.      Bagi penulis, sebagai referensi dan dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran di Madrasah tempa bertugas. 2.      Bagi Madrasah : 1.      Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn 2.      Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif ( PAIKEM) di sekolah 3.      Bagi Guru : 1.      Mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran PKn. 2.      Diperolehnya metode yang tepat untuk materi Proses perumusan dasar Negara. E.            Diskripsi Teori a)    Hasil Belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana, 2008 : 2).Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran (Dimyati dan Mujiono, 2006 :3) Hasil Belajar menurut Bloom;Selanjutny, menurut Bloom dalam Agus(2010 : 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus(2010 : 7) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi manusia saja. Hasil Belajar menurut Syaiful dan AswanMenurut Syaiful dan Aswan(2006 :107) setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar.Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi belajar yang dicapai. Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Dalam proses memperoleh hasil belajar yang lebih baik itu diperlukan model pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan sehari-hari yang akrab dengan kita atau istilahny kontekstual, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah pengukuran hasil belajar diatas standar yang ada. Didalam proses pembelajaran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik yang tentunya dipengaruhi oleh kualitas dan factor intern siswa itu sendiri. Dalam mengikuti proses pembelajaran disekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapat hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal, sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. b)   Model Pembelajaran Role Playing Model role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.Pengenbangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Materi ajar dipilh dan disusun sebagai paket pro dan kontra.Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari tiga atau empat orang. Model ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar, serta model ini mempunyai nilai tambah yaitu. a.       Dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi  kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalm bekerja sama hingga berhasil. b.      Permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (prasetyo, 2001) Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatic, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalh yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pengalaman(Prasetyo, 2001) Menurut mulyasa(2005) pembelajaran degan role playing ada tujuh tahapan yaitu; Pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan,diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemiihan masalah, guru mengemukakan masalah .tahap pemilihan pemilihan peran yang sesuai degan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Tahap berikutny adalah menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.Setelah semuany siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi sesuai peran masing-masing sesuai dengan yang terdapat pada skenario bermain peran. Dalam hal ini guru menghentikan permainan pada saat terjadi pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. 2)             Kerangka Berpikir Kemampuan guru dalam memilih dan memilah model yang relevan dengan tujuan dan materi pelajaran merupakan kunci keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Tuntutan tersebut mutlak dilakukan oleh seorang guru, apabila melalukan transfer ilmu khususnya PKn. Hal tersebut juga sejalan dengan tuntutan kurikulum saat ini yang sangat memperhatikan kepentingan pembelajaran pembelajaran yang akan digunakan. Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. 3)             Hipotesis Tindakan Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu: “Jika model pembelajaran role playing diterapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Perumusan Dasar Negara, maka  hasil belajar siswa Kelas VI MI GUPPI Talagening Kec. Bobotsar  akan meningkat” F.             Metode Penelitian 1.      Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI GUPPI Talagening, sebuah desa di bagian barat kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga. MI GUPPI Talagening merupakan satu dari tujuh madrasah ibtidaiyah yang terdapat di kecamatan Bobotsari.Pada tahun pelajaran ini, diketahui bahwa jumlah siswa MI GUPPI Talagening  tercatat 180 siswa. 2.      Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI GUPPI Talagening dengan jumlah keseluruhan 18  anak. Dengan rincian 10 siswa berjenis kelamin putra dan selebihnya berkelamin putri 3.      Pendekatan dan Jenis Penelitian a.       Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah deskriptif. Menurut Suryabrata (2001:23) penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.Dengan demikian, penelitian deskriptif diharapkan mampu memberikan suatu kesimpulan yang luas dan mendalam serta memiliki nilai faktual yang tinggi terhadap fenomena yang sedang berkembang, dalam hal ini aktivitas belajar murid kelas VI MI GUPPI Talagening Kacamatan Bobotsari, Purbalingga. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif, yaitu data hasil pelaksanaan tindakan diinterpretasikan secara naratif, sehingga diperoleh gambaran jelas tentang peningkatan hasil belajar melalui model role playing, murid kelas VI MI GUPPI Talagening. b.      Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), merupakan penelitian tindakan kelas jenis Partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan penelitian. Aqib (2009: 21) menyebutkan bahwa terdapat 4 model PTK yaitu : 1) Model Kurt Lewin, 2) Model Kemmis dan Mc. Taggart, 3) Model John Elliot, dan 4) Model Dave Ebbutt. Namun demikian, model yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, dimana dalam setiap siklus terdapat kegiatan utama yang terdiri dari : 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3) observasi dan evaluasi, dan 4) refleksi. c.          Prosedur Penelitian Karena Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaannya dilakukan dengan cara bersiklus. Tiap siklus dilakukan perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut ini disajikan diagram siklus pelaksanaan tindakan : Penelitian di laksanakan dalam dua siklus kegiatan, dimana pada masing-masing siklus terdiri dari (2 x) dua kali kegiatan tatap muka, sehingga total kegiatan tatap muka selama dua siklus adalah (4 x) empat kali kegiatan. Standar kompetensi yang diajarkan pada siklus I adalah : (1) Memahami kebebasan berorganisasi, sedangkan siklus II adalah : (2) Menghargai keputusan bersama. Masing-masing siklus berikut standar kompetensi yang diajarkan dapat diuraikan sebagai berikut : 1.   Siklus I a.   Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dengan kegiatan utama sebagai berikut : 1)      Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan skenario pembelajaran (RPP), dan media gambar. 2)      Menyusun format observasi dan evaluasi pembelajaran. 3)      Menyusun dan mendesain skenario pelaksanaan tindakan.    b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap tindakan terdiri dari : 1. Pertemuan I : a)  Menyiapkan murid untuk menerima materi pelajaran. b)  Mengelola kelas. c)  Absensi kehadiran murid. d)  Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui model Role Playing e)  Menyajikan materi pelajaran yaitu pengertian dan contoh-contoh organisasi di sekolah dan di lingkungan masyarakat. f)   Menjelaskan pasal dalam UUD 1945 tentang kebebasan berorganisasi. g)  Memperlihatkan beberapa gambar perkumpulan atau kelompok. h)  Melakukan tanya jawab tentang hasil pengamatan gambar. i)    Guru memberikan contoh bentuk-bentuk organisasi. j)    Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajukan pertanyaan. k)  Melakukan umpan balik kepada murid. l)    Murid dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang, setiap anggota kelompok mendapat perannya sendiri. m) Guru menjelaskan tujuan pembagian kelompok. n) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk mempersiapkan belajar bermain peran terkait dengan materi pelajaran, yaitu berorganisasi. 2. Pertemuan II : a)  Menyiapkan perangkat pembelajaran, lembar observasi, dan teks dialog peran. b) Menanyakan kesiapan murid untuk menerima materi pelajaran sekaligus kesiapan untuk melakukan kegiatan bermain peran.  c)  Menyampaikan tujuan pembelajaran Role Playing dan motivasi murid. d)  Melakukan review pembelajaran pertemuan I. e) Guru mempersiapkan masing-masing kelompok untuk bersiap melakukan bermain peran yang ditugaskan. Dalam hal ini kelompok I mendapat kesempatan pertama, dan selanjutnya diikuti oleh kelompok lainnya secara bergantian. f)   Guru melaksanakan observasi aktivitas belajar murid melalui format observasi yang telah disiapkan sebelumnya. g)  Hingga kegiatan bermain peran oleh masing-masing kelompok berakhir, Guru menyimpulkan materi pelajaran.  c.   Tahap Observasi dan evaluasi Observasi dilaksanakan pada saat masing-masing kelompok melaksanakan bermain peran. d.   Tahap Refleksi Kegiatan pada langkah ini adalah pencermatan, pengkajian, analisis, sistesis dan penilaian terhadap hasil observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi pertama, maka dilakukan proses pengkajian ulang pada siklus berikutnya. 2.   Siklus II a.   Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dengan kegiatan utama sebagai berikut : 1)  Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan skenario pembelajaran (RPP), dan media gambar. 2)  Menyusun format observasi dan evaluasi pembelajaran. 3)  Menyusun dan mendesain simulasi menghargai keputusan bersama, sehingga masing-masing murid mendapat perannya masing-masing. b.   Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap tindakan terdiri dari : 1)  Pertemuan I : a) Menyiapkan murid untuk menerima materi pelajaran. b) Mengelola kelas. c) Absensi kehadiran murid. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. e) Menyajikan materi pelajaran bentuk-bentuk keputusan bersama. f)  Menjelaskan tata cara pengambilan keputusan bersama. g) Menyebutkan manfaat musyawarah. h) Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajukan pertanyaan. i)  Melakukan umpan balik kepada murid. J) Guru mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah dengan hasil keputusan bersama. k) Mendiskusikan bersama kelompok belajar murid tentang cara dalam bermusyawarah dan akibat yang muncul akibat tidak musyawarah. l)      Menjelaskan tata cara bermusyawarah. m)  Guru menjelaskan teknis pelaksanaan peran yang harus dilakukan murid pada masing-masing kelompok untuk dimainkan pada pertemuan berikutnya. 2)  Pertemuan II : a)  Menyiapkan perangkat pembelajaran, lembar observasi, dan teks peran. b)  Menyampaikan tujuan pembelajaran Role Playing dan motivasi murid. c)  Melakukan review pembelajaran pertemuan I. d)  Guru mempersiapkan masing-masing kelompok untuk bersiap melakukan peragaan peran yang ditugaskan. Dalam hal ini kelompok IV mendapat kesempatan pertama, dan selanjutnya diikuti oleh kelompok III, II dan I. e)  Guru melaksanakan observasi aktivitas belajar murid melalui format observasi yang telah disiapkan sebelumnya. f)   Hingga kegiatan bermain peran oleh masing-masing kelompok berakhir, Guru menyimpulkan materi pelajaran. c.   Tahap Observasi dan evaluasi Observasi dilaksanakan pada saat masing-masing kelompok melaksanakan bermain peran. d.   Tahap Refleksi Kegiatan pada tahap ini adalah menganalisis hasil kegiatan siklus I dan II dengan melihat dan mengkaji ketercapaian pembelajaran melalui model Role Playing sehingga dapat diketahui perbandingan hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II d.         Teknik Pengumpulan Data  Dalam  penelitian tindakan kelas, format observasi digunakan untuk merekam data proses belajar mengajar yang dilaksanakan. 1.   Observasi Observasi atau pengamatan dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi atas aktivitas murid dan guru saat pelaksanaan tindakan di kelas yang meliputi observasi kelompok dan penilaian diri. 2.   Tes Hasil Belajar  Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh data hasil belajar murid setelah mempelajari bahan siklus I dan siklus II melalui soal evaluasi. e.              Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam PTK ini adalah teknik analisi deskriptif deduktif. Dengan teknik ini makadata yanga telah dikumpulkan dai hasil penelitian akan disortir untukl selanjutynya dan selanjutnya disajikan dalam bentuk prosentasi atau table distribusi untuk selanjutnya dilakukan penafsiran dan pemaknaan secara kualitatif dalam bentuk seperti tinggi rendah, tuntas atau tidak tuntas, aktif tidak aktif, dan lain sebagainya. G.          Jadwal Penelitian Jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan selama 3 bulan (September - November 2013) dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel berikut: H.          Indikator Ketercapaian Penelitian I.              Sistematika Penulisan Dalam penelitian PTK ini, peneliti menyususn Sistematika Penulisan Proposal sebagai berikut a.       Judul PTK b.      Latar Belakang Masalah c.       Rumusan Masalah d.      Tujuan Penelitian e.       Manfaat Penelitian f.       Kajian Pustaka g.      Kajian teori h.      Hipotesis Tindakan i.        Metode Penelitian j.        Indikator Ketercapain Penelitian k.      Sistematika Penulisan l.        Kepustakaan J.              Kepustakaan