Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
analisis gizi , 2018
ini adalah salah satu contoh analisis gizi dari nutri survey
BUKU, 2015
Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik mekanis maupun elektronis, termasuk fotocopy, rekaman, dan lain-lain tanpa izin penerbit
Istilah gizi atau nutrion, berasal dari bahasa latin "nutr" yang berarti "to nurture", yaitu memberi makan dengan baik. Sebutan nutrion mulai dikenal di Inggris pada awal abad ke-19; sebelumnya istilah yang digunakan adalah "diet". 11 Di Indonesia, istilah gizi diadopsi dari bahasa Arab, yaitu "ghiza" yang dalam dialek Mesir dibaca ghizi, artinya makanan yang menyehatkan. 11 Gizi dapat bermakna zat gizi (nutrient), pengaturan gizi makanan dan minuman (diet) dan status gizi (nutritional status). Secara umum, zat gizi adalah segala sesuatu dalam pangan (makanan dan minuman) yang bermanfaat bagi kesehatan. 11 Istilah lain yang berkaitan dengan gizi dan penting dipahami diantaranya: 29 a. Zat gizi (Nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur prose-proses kehidupan. b. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. c. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan, baik dalam kondisi mentah atau matang, hasil olahan maupun bahan mentah.
Mekanika Olahraga (Sport Mechanics) Ilmu keolahragaan bekerja dalam ruang lingkup biomekanika, yaitu suatu disiplin ilmu yang mempelajari pengaruh gaya (forces) terhadap manusia dan sebaliknya, dan pengaruh gaya yang bekerja pada manusia. Secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari sebab-akibat (kinetik-kinematik) manusia bergerak. Hal ini jelas bahwa gravitasi dan hambatan udara, ataupun gaya yang terjadi selama gesekan tidak berbeda antara aktivitas non-olahraga atau olahraga. Seorang pelompat tinggi melawan gravitasi seperti seorang pemanjat tebing atau seperti pesawat yang sedang lepas landas. Demikian pula, hambatan udara yang menghambat sebuah mobil dan pesepeda sprint olimpik. Hal tersebut memberitahu kita bahwa prinsip mekanis yang sama digunakan dalam dunia kita sehari-hari, digunakan juga dalam bidang keolahragaan. Prinsip Mekanis (Mechanical Principles) Dalam olahraga, prinsip mekanis tidak lebih dari aturan dasar mekanis dan fisika yang menentukan suatu gerakan atlet. Sebagai contoh, jika pelatih dan atlet faham tentang karakteristik gaya gravitasi bumi, mereka pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk melawan pengaruh dari gaya gravitasi ini, dan sebaliknya, aksi apa yang harus dilakukan untuk menggukan gaya tersebut. Seorang pengemudi papan loncat yang faham tentang gravitasi bekerja tegak lurus terhadap permukaan bumi, akan memiliki pemahaman lebih baik mengenai trajectori apa yang dapat digunakan untuk memberikan jalur terbang yang optimal untuk melakukan dive. Demikian pula, seorang penggulat faham bahwa gravitasi merupakan teman mereka, ketika mereka menjatuhkan lawannya. Disisi lain, jika mereka tidak mempertahankan stabilitas mereka, gravitasi dapat menjatuhkan mereka bersamaan dengan lawan mereka! Pelompat ski faham bahwa jika mereka melenturkan tungkai dan membungkuk kedepan maka mereka dapat mempercepat luncuran, mereka juga dapat mengurangi tahanan udara. Posisi tubuh seperti ini memungkinkan mereka untuk mempercepat mendapatkan kecepatan optimal pada saat persiapan takeoff. Sekali terbang, pelompat ski melawan gaya gravitasi dengan menggunakan tahanan udara. Mereka memanjangkan tungkainya dan mencondongkan ke depan untuk membelokkan udara kebawah. Sebagai respon, udara mendorong mereka ke atas. Ini merupakan salah satu variasi dalam menggunakan gravitasi dan hambatan udara yang dapat membantu pelompat ski terbang jauh melebihi jarak 130m (426 ft). Ada banyak gaya selain gravitasi dan hambatan udara. Gaya ini bekerja dalam cara yang berbeda-beda, dan jika anda berada dalam suatu olahraga kontak, anda juga harus mempertimbangkan gaya yang dihasilkan oleh lawan anda. Jika anda seorang pelatih dan anda faham tentang bagaimana semua gaya ini saling berhubungan, anda akan lebih mampu untuk menganalisa teknik atlet dan meningkatkan performa atlet. Jika anda seorang atlet dan memiliki pengetahuan ini, anda akan faham alasan ini lebih baik untuk menerapkan gaya otot (muscular force) pada satu insan dibandingkan dengan yang lainnya dan mengapa gerakan tertentu dari teknik anda merupakan performa terbaik dalam suatu even. Bahkan sebagai suporter atau pecinta olahraga, anda akan menemukan bahwa pemahaman dasar prinsip mekanis membantu anda menjadi lebih berwawasan dan mengapresiasi apa yang diperlukan untuk menghasilkan performa yang terbaik. Dalam olahraga, hukum mekanika tidak diterapkan untuk atlet seorang. Prinsip mekanis digunakan untuk meningkatkan efesiensi dari peralatan olahraga dan permainan awal. Sepatu lari modern, speed skates, skis, lapisan pakaian renang dan pakaian bersepeda yang licin, dan peralatan keamanan (seperti bantalan lompat galah) semua dirancang dengan suatu pemahaman gaya eksternal yang ada di bumi dan gaya yang dihasilkan oleh atlet. Pengetahuan ini telah dijadikan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan perfoma standar pada setiap cabang olahraga.
Abstrak Dalam dunia olahraga banyak sekali macam cabang olahraga Softball adalah salah satu cabang olahraga permainan ini sangat menarik, karena dalam permainannya menggunakan seragam yang menarik dan menggunakan teriakan-teriakan dengan istilah asing. Di Indonesia Softball mirip dengan permainan Bola Kasti. Softball lahir di Amerika Serikat dan diciptakan oleh Hancock pada tahun 1887 di kota Chicago. Pada saat itu Softball dikenal dalam bentuk permainan dalam ruangan atau ditempat tertutup, namun pada tahun 1930 di ubah menjadi permainan di lapangan terbuka oleh H. Fiscer dan M.J Panley. Pertama kali softball masuk agenda Pekan Olahraga Nasional (PON) di Indonesia pada penyelenggaraan PON ke VII di Surabaya (Engkos Kosasih, 1993 : 314). Permainan Softball disebut juga Indoor-Baseball, termasuk olahraga beregu yang dapat dikelompokkan ke dalam permainan bola pukul. Sekilas permainan ini mirip permainan bola kasti, tetapi dalam permainan Softball benar-benar membutuhkan ketangkasan dan menguras banyak pikiran (Agus Mukholid, 2004 : 58). Permainannya, softball dimainkan oleh 9 orang pemain dan bermain dalam 7 inning, yaitu masing-masing regu mendapat giliran menjadi pemain bertahan dan menyerang masing-masing 7 kali. Pergantian ini apabila regu bertahan berhasil mematikan pemain dari regu penyerang sebanyak 3 orang. Cara memainkannya ialah seorang pemukul melakukan pukulan terhadap bola yang dilemparkan oleh pitcher (pelempar bola). Bola dipukul dengan menggunakan alat pukul (bat). Pelempar bola bertugas dari tengah lapangan, dimana anggota regunya bertugas juga di tiga home base, 4 di luar lapangan dan satu di home plate. Seorang pemukul, harus berhasil mengelilingi semua base sebelum bola mengenai base yang ditujunya Pemukul dapat menolak lemparan bola yang dirasa tidak sesuai. Akan tetapi, lemparan yang ketiga harus dipukul (Agus Mukholid, 2004 : 58). Perlengkapan itu harus ada
Limites da Gestão Marítima em Angola, 2024
West Cork Colonial connections, 2024
Education. Innovation. Practice
Revista Dialectus - Revista de Filosofia
3 Biotech, 2017
Canadian Journal of Cardiology, 2015
Archives of Clinical and Experimental Medicine, 2020
Sema Doğan, ed., Medieval Archaeology of Kalon Oros-Alanya İstanbul: Ofset. ([Turkish] National Institute for Archaeology and Cultural Heritage Publication 27)., 2022
Towards Skepticism: Neo-Pyrrhonism and its Critics
European Journal of Operational Research, 2012
British Journal of Dermatology, 2007