Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Variasi Bahasa- Sosio Psico-Linguistik

JUDUL: BAHASA DAN IDENTITAS SERTA VARIASI SOSIAL NAMA PENULIS: 1. Mutiz Zahara 2. Nur Zakiah Harahap 3. Siti Ndiyyana PENDAHULUAN Dalam kehidupan manusia bahasa menjadi suatu hal yang sangat mendasar, hal itu dikarenakan melihat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain, maka dalam proses interaksi tersebut membutuhkan bahasa untuk menyampaikan maksud dan tujuannya masing-masing. Dalam menuturkan bahasa tentu ada perbedaan masingmasing budaya sehingga menjadikan banyak variasi bahasa. Variasi bahasa adalah perbedaan dalam penggunaan bahasa. Variasi bahasa yaitu deskripsikan atas keberagaman pengguna bahasa saat berkomunikasi (Setiawati, 2019). Tidak hanyab penutur heterogen yang menjadi penyebab keberagaman bahasa, tetapi juga disebabkan kegiatan interaksi sosial yang dilakukan beraneka ragam. Variasi bahasa yang dipakai karena perbedaan penutur,keadaan,dan maksud menggunakan bahasa dinamakan sebagai ragam bahasa (Beno, Silen and Yanti, 2022) Pemaknaan variasi bahasa dalam konteks sosiologi adalah kunci untuk mewujudkan interaksi dilingkungan masyarakat yang efektif. Variasi bahasa yang digunakan budaya tertentu memiliki perbedaan dalam bahasa yang digunakan oleh budaya yang lain. Salah satunya yakni penggunaan variasi bahasa oleh suku melayu dengan suku mandailing.(Santoso, 2017) Adanya variasi bahasa adalah sesuatu yang tidak asing lagi. Namun, bahasa yang digunakan harus tetap efektif untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Terjadinya variasi bahasa sebagai adanya keragaman sosial dan keragaman. Variasi bahasa seseorang bisa disebabkan oleh latar belakang pendidikan, asal usul geografis, pengalaman pribadi, gaya pengajaran, karakteristik siswa, dan konteks sosial. Kesadaran terhadap variasi bahasa seseorang dapat menciptakan lingkungan yang asyik dan menyenangkan. Adanya variasi bahasa suatu individu atau kelompok dalam pendidikan yang toleransi harus menerima dan menghargai keberagaman variasi bahasa tersebut. Variasi bahasa yang digunakan oleh setiap orang merujuk pada perbedaan dalam nada berbicara, penggunakan gaya bahasa, atau berinteraksi dengan bahasa,logat bahasa. Variasi bahasa merupakan cerminan dari keberagaman budaya dan lingkungan sekitarnya. Adapun faktor- faktor yang dapat memengaruhi variasi bahasa siswa, yaitu latar belakang budaya, asal usul geografis, pengaruh media dan teknologi, pengaruh teman sebaya, konteks sosial, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hal tersebut untuk memahami bagaimana variasi bahasa dan identitas budaya, melalui penulisan makalah ini akan menjelaskan dengan detail tentang konsep tersebut serta menunjukkan bahwa bahasa dan identitas budaya memiliki makna yang dalam. Dalam penulisan makalah ini juga akan mendeskripsikan bahwa variasi bahasa memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pengetahuan yang meluas mengenai fakta bahwa bahasa memiliki variasi di berbagai budaya yang ada dinegara Indonesa. PEMBAHASAN A. Pengertian Bahasa dan Identitas serta Variasi Bahasa 1. Pengertian Bahasa dan Variasi Bahasa Alat komunikasi yang digunakan adalah bahasa yang tergolong kedalam bentuk satuan-satuan seperti kata, kelompok klausa, kata dan kalimat yang dikeluarkan baik secara lisan maupun tulisan. Ada banyak sekali defenisi bahasa dan defenisi tersebut salah satu diantaranya yakni bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan cuara atau ungkapan tulis tersusun untuk mengelompokkan satuan yang lebih besar, melalui morfem, kata, kalimat. (Waluyati and Nurhidayatika, 2023). Manusia memanfaatkan bahasa sebagai alat komunikasi, begitu pentingnya bahasa bagi manusia sama halnya dengan bernafas. Nafas menjadi dasar bagi manusia untuk hidup. Apabila dalam diri kita tidak ada bahasa, maka akan musnahlah kemanusiaan kita. Bahasa adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa lambang bunyi. Defenisi bahasa dibagi menjadi dua bagian. Pertama, alat ucap yang menghasilkan bunyi mengantung maksud dan tujuan yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi yang dimaksdud dalam hal ini yakni getaran yang merangsang sampai ke telinga kita. Yang kedua yakni isi yang terkandung di dalam arus bunyi tersebut menghasilkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar. Arus bunyi yang didengar itulah yang disebut dengan ujaran. Jika tidak terkandung makna dari bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belom bisa dikatakan sebagai bahasa. Untuk memahami adanya maksud atau tidak, maka dapat dipahami dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah setuju bahwa setiap sruktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Oleh karena itu, tersusunlah komponen-komponen bunyi yang satu beragam dengan yang lain, yang masing-masing mengandung suatu tujuan tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa. Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi, yang mengandung suatu makna tertentu, bersamasama menjadikan perbendaharaan kata dari suatu komunitas bahasa. Perbendaharaan kata baru akan mendapat fungsinya bila telah ditempatkan dalam suatu arus ujaran untuk membuat interelasi antaranggota masyarakat. Pennyusunan kata-kata itu pun harus mengikuti suatu kaidah tertentu, diiringi suatu gelombang ujaran yang keras-lembut, tinggi-rendah, dan sebagainya. Bila semuanya telah mencapai taraf yang demikian, maka kita sudah boleh berbicara tentang bahasa secara umum, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi didalam kehidupan masyarakat (Naria et al., 2024). Ada banyak sekali bahasa di dunia ini, dan setiap bahasa mempunyai cirinya sendiri yang disebut tata bahasa. Terdapat tata bahasa untuk bahasa Indonesia, tata bahasa untuk bahasa Inggris, tata bahasa untuk bahasa Jepang, dan sebagainya. Meskipun kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan dengan alat lain selain bahasa, pada prinsipnya, manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa manusia, bukan bahasa binatang. Dalam contoh lain, hewan juga mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa binatang. Bahasa juga ikut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangan bahasa, teknologi juga ikut serta. Keberagaman golongan, pekerjaan, kegiatan, komunitas, juga memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman bahasa. Halhal tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Setiap orang mempunyai kegiatan yang berbeda-beda pula. Setiap individu penutur menyebabkan keberagaman bahasa tersebut. Penutur yang berada diwilayah yang sangat luas akan menimbulkan keberagaman bahasa yang lebih banyak (Waluyati and Nurhidayatika, 2023). Variasi bahasa adalah keberagaman prngguna bahasa yang disesuaikan dengan identitas individu yang mempunyai maksud dan tujuan untuk disampaikan tidak menghasilkan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Variasi bahasa berkenaan dengan penggunannya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek ragam atau register. Variasi ini biasanya dibahas berdasarkan bidang penggunaan gaya atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan (Nababan melalui Chaer, 1995: 89-90). Ciri khas variasi bahasa yang terjadi karena adanya perbedaan bidang pemakaian antara lain leksikogramatis, fonologis, ciri penunjuk yang diantaranya susunan kata tertentu, gramatis tertentu, atau bahkan penanda fonologi yang memiliki fungsi untuk memberi tanda kepada para pelaku bahasa bahwa inilah register yang dituju. Penanda atau ciri itu pulalah yang membedakan antara register satu dengan yang lainnya. Variasi bahasa bisa dibagi menjadi dua bentuk, yaitu register dan dialek. a) Register adalah variasi bahasa yang disebabakan keberagaman pemakaian. Proses atau hasil dari penggunaan kosakata yang berhubungan dengan jenis identitas seperti pekerjaan komunitas sosial tersebut. Menurut Suwito (1985: 25) mengemukakan bahwa register sebagai bentuk variasi bahasa yang disebabkan sifat khas kebutuhan pemakainya. Dengan kata lain, register bisa dimaknai sebagai suatu bahasa yang biasa dimanfaatkan pada saat ini, bahasa yang tergantung pada apa saja yang dikerjakanya dan sifat kegiatanya mendeskrpipsikan aspek lain dari tingkat sosial yang biasanya melibatkan masyarakat tertentu. b) Dialek adalah variasi bahasa yang timbul sebab keberagaman geografis, sosial, atau budaya di antara penuturnya. Dialek mencakup perbedaan dalam pengucapan, kosakata, dan struktur kalimat. Misalnya, seseorang yang berasal dari daerah tertentu mungkin menggunakan kataatau frasa yang berbeda untuk menyebut benda yang sama dibandingkan dengan penutur dari daerah lain. Dialek sering mendeskripsikan identitas budaya dan sosial kelompok tertentu, dan dapat membantu dalam memahami variasi dalam penggunaan bahasa di masyarakat. Dalam linguistik, mempelajari dialek juga membantu kita memahami bagaimana bahasa berkembang dan berubah seiring waktu. (Wiratno and Santosa, 2014. 2. Macam-macam variasi bahasa Variasi bahasa, atau yang juga disebut ragam bahasa, hadir dalam berbagai bentuk yang mencerminkan keragaman sosial, budaya, dan fungsi bahasa itu sendiri (Santoso, 2017). Berikut beberapa macam variasi bahasa yang umum ditemukan: 1. Variasi Berdasarkan Asal Daerah (Dialek) • • Dialek yaitu variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan geografis. Setiap daerah memiliki ciri khas bahasa yang berbeda, seperti penggunaan kata tertentu, pelafalan yang berbeda, dan intonasi yang khas. Contoh: dialek Sunda, dialek Jawa, dialek Batak, dialek Makassar, dan masih banyak lagi. Aksen yitu perbedaan dalam pelafalan yang menunjukkan asal daerah seseorang. Contoh: aksen Medan, aksen Betawi, aksen Jawa. 2. Variasi Berdasarkan Status Sosial (Sosiolek) Sosiolek yaitu variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan status sosial. Kelompok sosial tertentu memiliki ciri khas bahasa yang berbeda, seperti penggunaan kata tertentu, gaya bahasa yang formal atau informal, dan intonasi yang khas. Contoh: sosiolek bahasa yang digunakan oleh kalangan terpelajar, kalangan menengah, dan kalangan pekerja kasar.(Sartika, 2017) 3. Variasi Berdasarkan Fungsi (Ragam Bahasa) • Bahasa Formal yakni digunakan dalam kondisi resmi, seperti pidato, seminar, dan rapat. Yakni kalimat lengkap, struktur gramatikal baku, kosakata formal, dan intonasi formal. • Bahasa Informal yakni digunakan dalam keadaan tidak resmi, seperti percakapan seharihari, SMS, dan chatting. Dia seperti kalimat tidak lengkap, struktur gramatikal tidak baku, kosakata informal, dan intonasi santai. • Bahasa Baku yaitu bentuk bahasa yang dianggap paling benar dan resmi, biasanya digunakan dalam media massa, pendidikan, dan pemerintahan. • Bahasa Non-Baku yaitu bentuk bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa baku, akan tetapi tetap dipakai dalam kehidupan sehari-hari. 4. Variasi Lainnya • Bahasa Gaul yaitu bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu, seperti remaja atau anak muda. Biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa standar, seperti singkatan, kata-kata baru, dan gaya bahasa yang khas. • Bahasa Slang yaitu bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu, seperti pekerja tertentu. Biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa standar, seperti penggunaan kata-kata yang tidak baku, singkatan, dan istilah khusus. • Bahasa Jargons bahasa yang digunakan oleh kelompok profesional tertentu, seperti dokter, pengacara, dan ilmuwan. Biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa standar, seperti penggunaan istilah teknis, singkatan, dan frase khusus. 5. Variasi Berdasarkan Waktu (Diastratik) • Bahasa Klasik yaitu bahasa yang digunakan pada masa lampau dan tidak lagi digunakan secara aktif dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: bahasa Jawa Kuno, bahasa Sanskerta. • Bahasa Modern yaitu bahasa yang digunakan saat ini dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pengetahuan tentang ragam macam variasi bahasa penting untuk memperkaya wawasan kita mengenai bahasa dan budaya. Variasi bahasa menunjukkan bahwa bahasa bukanlah entitas yang statis, tetapi dinamis dan terus berkembang sesuai dengan konteks penggunaannya (Beno, Silen and Yanti, 2022). 3. Jenis-jenis Variasi Bahasa Menurut (Santoso, 2017), ada berbagai jenis bahasa, seperti: 1) segi penutur 2) segi penggunaan 3) segi formalitas 4) segi sarana 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur Yaitu variasi bahasa individu dan sekelompok individu yang relatif besar yang berbicara di satu tempat, wilayah, atau area (idiolek dan dialek). • Idiolek adalah variabel bahasa yang unik. • • Dialek adalah jenis bahasa yang berbeda yang digunakan oleh sekelompok orang yang tinggal di satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Istilah-istilah seperti dialek areal, dialek regional, dan dialek geografi. Dialek kronolek, juga disebut dialek temporal, adalah perbedaan dalam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu selama periode waktu tertentu, misalnya bahasa yang digunakan selama tiga puluh tahun. • Dialek sosial atau sosiolek mengacu pada perbedaan bahasa yang disebabkan oleh status, golongan, dan kelas sosial penuturnya: kosa kata, umum, kata benda , bahasa gaul (Kasus and Kota, no date) 2. Variasi bahasa dari segi penggunaan Variasi bahasa terkait dengan fungsi/fungsiolek, ragam, atau register disebut oleh nababan yang menunjukkan perbedaan bahasa berdasarkan pemakaiannya. Bidang mana bahasa yang digunakan berbeda-beda, seperti dalam kehidupan sehari-hari, berbeda dengan militer, sastra, jurnalistik, dan kegiatan akademik lainnya. 3. Variasi bahasa dari segi formalitas Joos (dalam Chaer dan Agustina, 1995) berpendapat bahwa variasi bahasa berdasarkan keformalan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu : ❖ gaya baku atau beku ❖ gaya resmi atau formal ❖ gaya bisnis atau konsultasi ❖ gaya atau ragam yang lebih santai ❖ gaya atau ragam yang familiar. 4. Variasi bahasa dari segi sarana Kedua ragam bahasa lisan dan bahasa tulis dibantu oleh unsur suprasegmental, sedangkan ragam bahasa tulis dibantu oleh ejaan, termasuk tanda baca. Ini menunjukkan perbedaan antara ragam bahasa ini. 4. FUNGSI BAHASA Ada tiga fungsi utama bahasa, yakni fungsi idensional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Ketiga fungsi tersebut disebut juga fungsi metafungsional. dan ketiga fungsi tersebut menunjukkan realitas yang beragam. Di bawah fungsi ideasional, bahasa digunakan untuk mengungkapkan realitas fisik-biologis serta berkenaan dengan interpretasi dan representasi pengalaman. Di bawah fungsi interpersonal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan realitas sosial dan berkenaan dengan interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca. Di bawah fungsi tekstual, bahasa digunakan untuk mengungkapkan realitas semiotis atau realitas simbol dan berkenaan dengan cara penciptaan teks dalam konteks (Matthiessen, 1992/1995:6; Martin, 1992). Ketiga fungsi tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri secara lepas-lepas. Ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan metafungsi. Oleh karena itu, sebuah tuturan kebahasaan, misalnya yang berbentuk klausa, mengemban tiga fungsi itu sekaligus. Dengan kata lain, meskipun wujud klausa itu hanya satu, klausa yang satu itu harus dilihat dari kapasitasnya yang mempunyai tiga fungsi sekaligus. Fungsi bahasa yang utama adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dilakukan oleh manusia yang merupakan makhluk sosial. Manusia adalah mahkluk sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia merupakan mahkluk yang diciptakan untuk hidup berhubungan dengan orang lain. Proses interaksi tersebut membutuhkan alat bantu untuk berhubungan dengan individu yang lain. Atas dasar hal tersebut kemudian munculah variasi bahasa. Variasi bahasa sendiri muncul karena proses interaksi sosial dari para pelaku bahasa yang beragam. Bahasa merupakan salah satu alat bantu untuk berinteraksi dengan manusia lain. Semua gagasan, ide, maupun maksud dari penutur disampaikan melalui bahasa. Fungsi bahasa dapat disimpulkan berikut ini : ➢ Fungsi komunikatif,bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran, perasaan, dan informasi. Ini adalah fungsi bahasa paling penting dalam kehidupan sehari-hari. ➢ Fungsi ekspresif, bahasa dapat difungsikan untuk mengpresikan emosi dan perasaan. Misalnya, puisi atau lirik lagu. ➢ Fungsi konatif, bahasa berfaedah mempengaruhi untuk mengajak orang lain berperilaku, seperti dalam ikan,pidato dan lain-lain. ➢ Fungsi referensial, bahasa dipakai untuk menyampaikan informasi atau fakta tentang dunia nyata seperti contoh berita ataua laporan. Beberapa fungsi yang disebutkan diatas merupakan fungsi secara umum oleh semua bahasa. Namun, fungsi bahasa yang dikhususkan adalah sebagai bahasa Nasional dari suatu bangsa. Di negara kita Indonesia, bahasa nasionalnya adalah bahasa Indonesia. Negara Kesatuan Repubrik Inonesia memiliki fungsi khusus terhadap bahasa Indonesia, yakni : a. Sebagai bahasa resmi, maksudnya adalah bahasa yang dipakai untuk menjalankan administrasi negara adalah bahasa Indonesia. Dalam surat menyurat resmi, undang-undang, peraturan-peraturan, pidato dan pertemuanpertemuan resmi bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia b. Sebagai bahasa persatuan, maksudnya adalah bahasa Indonesia merupakan alat untuk menyatukan suku-suku yang ada di Indonesia. Ada banyak sekali suku di negara Indonesia, yang masing-masing sukun mempunyai bahasa dan dialeknya sendiri. Maka, dalam mengintegrasikan semua suku tersebut, bahasa Indonesia memerankan peranan yang penting (Rina Devianty, 2017). 5. Ciri-Ciri Variasi Bahasa Variasi bahasa dapat dilihat dari beberapa segi, dan berikut adalah ciri-cirinya: 1. Variasi dari Segi Penutur a. Idiolek: Variasi bahasa yang bersifat perorangan, berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Setiap orang memiliki idiolek yang unik. b. Dialek: Variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Dialek memiliki ciri utama perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. c. Kronolek atau Dialek Temporal: Variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Contoh: bahasa Melayu kuno, bahasa Melayu klasik, bahasa Melayu Modren. d. Sosiodialek atau Dialek Sosial: Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Perbedaan variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, dan keadaan sosial ekonomi. 2. Variasi dari Segi Pemakaian Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan, seperti kosakata, morfologi, dan sintaksis. Setiap bidang kegiatan memiliki kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. 3. Variasi dari Segi Keformalan Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, seperti gaya baku, formal, konsultatif, casual, dan intimate. Gaya bahasa yang digunakan tergantung pada hubungan antara pembicara dan kawan bicara. 4. Variasi dari Segi Sarana Variasi bahasa berdasarkan jalur atau medium yang digunakan. Contoh: bahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa isyarat. Dengan demikian, variasi bahasa dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk segi penutur, pemakaian, keformalan, dan sarana.(Hayati, 2021) 6. Faktor Penyebab Variasi Bahasa Variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang memiliki ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Variasi bahasa dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti: 1. Latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan bahasa 2. Bahasa yang digunakan daerahnya masing-masing 3. 4. 5. 6. Intonasi dan kosakata yang berbeda Adanya kontak sosial atau interaksi sosial Perkembangan ilmu pengetahuan Faktor lingkungan masyarakat Variasi bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa sebab, seperti: 1. Status Sosial Faktor penyebab variasi bahasa yang pertama adalah dari segi status sosial. Jika kita membahas status sosial seseorang, tentu akan berkaitan dengan posisi atau keberadaannya dikalangan masyarakat. Menurut Dewi dkk (2020) menyebutkan bahwa kelas sosial (social class) mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya. Keberadaan itu, perlu diketahui bahwa status sosial seseorang terdapat dalam kelas sosial. 2. 3. 4. 5. Setiap orang mungkin memiliki status sosial yang beberbeda dari yang lain. Sebagai contoh, sebut saja A, adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri, dia juga masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia dapat masuk kelas sosial golongan terdidik. Kita juga mengenal kelas pegawai, kelas buruh, kelas pedagang, kelas petani, dan sebagainya. Kasta biasanya dianggap sebagai salah satu jenis kelas sosial. Akan tetapi, menurut Rostikawati dkk (2020) mengatakan bahwa ada satu hal yang dapat membedakan kasta dari kelas sosial yang lain, yaitu pada kasta orang tidak boleh seenaknya bebas memasuki golongan. Orang yang dilahirkan dari keluarga kasta pasti dan harus menjadi anggota kasta itu. Orang yang lahir dari keluarga kasta sudra tidak boleh masuk menjadi anggota kasta brahmana. Lain halnya dengan kelas sosial, seorang buruh pabrik karena ketekunan dan usahanya mampu naik kariernya, menjadi manajer misalnya, sehingga dia akan menjadi anggota kelas manajer. Faktor usia Faktor usia juga mempengaruhi variasi bahasa yang digunakan seseorang. Makin tua usia seseorang makin banyak kosa kata yang dikuasai, baik pemahamannya dalam struktur bahasa serta pengalamannya. Pada variasi bahasa berdasarkan usia dapat terlihat dari pemakaian bahasa pada anak-anak, remaja, orang dewasa, dan orang-orang lansia (Arnianti, 2019). Penggunaan variasi bahasa pada masing-masing tingkatan usia tentu saja sangat berbeda. Usia adalah bentuk variasi sosial pengguna bahasa yang membedakan kelompok manusia. Dalam faktor usia ini manusia dikelompokkan menjadi tiga, yakni kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, dan kelompok dewasa Jenis kelamin Jenis kelamin juga menjadi faktor utama variasi bahasa. Dalam berkomunikasi perempuan lebih cenderung mengutarakan maksudnya secara jujur melalui isyarat-isyarat dan gaya bahasa. Berbeda dengan laki-laki, laki-laki cenderung tidak demikian mereka menyampaikan maksud secara langsung dan terus terang. Menurut Nurcahyanti dkk (2020) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan membicarakan topik yang berbeda dalam melakukan suatu hal. Laki-laki cenderung lebih senang membahas pekerjaan, politik, kompetensi olahraga, sedangkana perempuan cenderung lebih senang membicarakan kehidupan sosial, buku-buku, makanan dan minuman, masalah kehidupan, gaya hidup, perasaan, dirinya sendiri, rumah dan keluarga. Geografis Perbedaan wilayah menghasilkan variasi dalam pengucapan kosakata, dan tata bahasa. Misalnya, bahasa Indonesia memiliki dialek Batak,Betawi, Jawa, Sunda dan lainlain. Lingkungan dan tempat tinggal seseorang juga mempengaruhi bahasanya variasi orang yang tinggal diperkotaan berbeda dengan orang yang tinggal dipedesaan. Budaya Bahasa seseorang sering dipengaruhi tradisi dan kebiasaan. Bahasa seseorang mencerminkan nilai dan norma budaya suatu kelompok. Istilah dan frasa tertentu sering digunakan dalam konteks keagamaan, yang bisa berbeda dari penggunaan sehari-hari. 6. Perkembangan teknologi Penggunaan bahasa dalam media sosial diplatfrom digital menciptakan istilahistilah baru dan gaya bahasa yang berbeda, seperti penggunaan emoji dan singkatan. Teknologi juga mempengaruhi cara orang berkomunikasi, misalnya melalui teks atau klip suara. Penggunaan variasi bahasa yaitu percakapan yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain dengan berbagai masalah sosial. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rachmat (2020) bahwa Variasi bahasa dapat muncul karena situasi pertuturan. Pertuturan yang bersifat resmi atau formal menggunakan variasi yang berbeda dengan pertuturan yang tidak resmi. Variasi bahasa yang formal digunakan dalam kegiatan yang resmi seperti di sekolah, di madrasah, rapat-rapat pemerintah, sedangkan bahasa nonformal sering digunakan ketika penuturnya berada di jalan, tempat santai. Selanjutnya variasi bahasa muncul karena status sosial. Orang-orang yang termasuk dalam status sosial yang tinggi kedudukannya memiliki variasi bahasa yang berbeda bila dibandingkan dengan kelompok orang yang status sosialnya lebih rendah (Nurcahyanti dkk, 2020) 7. Hubungan Bahasa dengan Identitas Sosial Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol identitas sosial. Berikut beberapa contoh bagaimana bahasa berinteraksi dengan identitas sosial: 1. Penggunaan Bahasa dalam Masyarakat Jawa Dalam masyarakat Jawa, penggunaan bahasa ngoko dan kromo menunjukkan perbedaan status sosial. Bahasa ngoko digunakan oleh masyarakat golongan bawah, sedangkan bahasa kromo digunakan oleh masyarakat golongan menengah dan atas. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk menunjukkan penghormatan dan status sosial. 2. Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial Dalam era digital, penggunaan bahasa di media sosial juga menunjukkan variasi sosial. Remaja di Indonesia sering menggunakan variasi bahasa yang berbeda-beda di media sosial, seperti menggunakan kata-kata slang atau bahasa yang lebih santai. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk menunjukkan identitas sosial dan status dalam masyarakat digital (Waluyati and Nurhidayatika, 2023) 8. Hubungan Kelas Sosial dengan Penggunaan Bahasa Masyarakat terdiri dari individu yang saling berinteraksi, dan interaksi ini terwujud melalui bahasa. Masyarakat bahasa terbentuk karena saling pengertian, yang diperoleh dari kesamaan dalam kode linguistik, seperti sistem bunyi, sintaksis, dan semantik. Stratifikasi sosial dalam masyarakat menghasilkan variasi bahasa, yang pada gilirannya memperkuat stratifikasi tersebut. Contohnya, di Inggris, anak-anak dari keluarga pekerja seringkali terhalang untuk melanjutkan pendidikan ke universitas, dan di Indonesia, misalnya, penggunaan kata “ndalem” dalam bahasa Jawa mencerminkan hierarki sosial. Stratifikasi sosial juga mempengaruhi pilihan bahasa yang dikenal sebagai unda-usuk dalam bahasa Jawa, yang memiliki tiga tingkatan: ngoko, madya, dan krama. Menurut Basil Bernstein, keberhasilan sosial anggota kelompok bergantung pada kemampuan mereka mengorganisasi pesan-pesan bahasa. Bahasa memainkan peran penting dalam komunikasi, dan perbedaan dalam penggunaan bahasa antara kelas sosial rendah dan tinggi menciptakan kesenjangan dalam kemampuan berkomunikasi. Bernstein juga menekankan hubungan antara bahasa dan kebudayaan, mirip dengan konsep Whorf, yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap dunia. Pengalaman bahasa penutur dipengaruhi oleh konteks budaya mereka. Ada hubungan timbal balik antara struktur sosial dan struktur bahasa; pola sosial tertentu memunculkan pola linguistik tertentu, yang selanjutnya membentuk pola sosial baru. Setiap individu mempelajari peran sosialnya melalui komunikasi, dan proses ini berbeda antara kelompok sosial. Variasi bahasa muncul dalam situasi formal dan informal. Kelas sosial yang berbeda menciptakan variasi bahasa; kelas yang lebih tinggi sering kali memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi dan sumber daya. Hal ini menciptakan perbedaan dalam kosakata dan cara berbahasa, misalnya, antara seorang kepala sekolah dan kepala rumah tangga. Perbedaan pendidikan juga mempengaruhi variasi bahasa, di mana individu berpendidikan tinggi menggunakan struktur dan kosakata yang berbeda dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Penggunaan kosakata sering kali terkait dengan disiplin ilmu atau profesi masing-masing. Kesimpulannya, hubungan antara bahasa dan kelas sosial dalam masyarakat saling memengaruhi. Pertanyaan yang muncul adalah apakah bahasa yang menciptakan kelas sosial atau kelas sosial yang menghasilkan variasi bahasa.(Pangaribuan, 2010) B. Bahasa dan Identitas Budaya 1. Pengertian Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) didefenisikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia (Rina Devianty, 2017) Ada banyak sekali pengertian budaya. Tergantung pada sudut pandang orang yang membuat defenisi tersebut. Kroeber dan Kluckhon (1952) mengumpulkan berpuluhpuluh definisi yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas enam golongan, yaitu : ➢ Deskriptif, yaitu definisi yang menekankan unsur-unsur kebudayaan ➢ Historis, yaitu definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan ➢ Normatif, yaitu definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai aturan hidup dan perbuatan ➢ Psikologis, yaitu definisi yang menguatkan guna kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, penyelesaian persoalan, dan belajar hidup ➢ Struktural, yaitu definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur ➢ Genetik, yaitu definisi yang menguatkan adanya kebudayaan sebagai hasil karya manusia. Penyebab keberagaman budaya juga dapat dibuat dengan suatu pembagian yang lebih sederhana, yaitu dengan melihat kebudayaan sebagai : • Pengatur dan pengikat masyarakat • Hal-hal yang diperoleh manusia melalui belajar/pendidikan (nurture) • Pola kebiasaan dan perilaku manusia, dan • Sistem komunikasi yang digunakan masyarakat untuk memperoleh kerjasama, kesatuan, dan kelangsungan hidup masyarakat. Dari berbagai defenisi tersebut, bsa disimpulkan bahwa kebudayaan yakni suatu hal y ang mempengaruhi i tingkat pengetahuan, serta meliputi sistem ide atau sebuah gagasan yang ada dalam pikiran seorang manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Kebudayaan merupakan benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang berupa prilaku, serta benda-benda yang bersifat nyata, sebagai contoh pola perilaku, peralatan hidup, bahasa, organisasi sosial, seni, religi, dsb, yang semuanya yang keseluruhannya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan dalam bermasyarakat (Rina Devianty, 2017). 2. Bahasa sebagai Identitas Simbol Dalam kegiatan komunikasi, ada sistem atau lambang yang disetujui sama-sama oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Sistem tanda atau lambang yang disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Sistem tanda atau lambang tersebut mempunyai nilai dan a cuan yang sama bagi yang berperan serta dalam berkomunikasi. Bahasa sebagai sistem simbol untuk berkomunikasi akan benar-benar berfungsi apabila pikiran, gagasan, konsep yang diacu atau diungkapkan lewat kesatuan dan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol itu dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap tutur. Bahasa itu sendiri sebagai sistem yang kita warisi atau peroleh dari kebudayaan atau masyarakat tempat kita tumbuh. Jadi, bahasa itu sudah begitu kuat sehingga individu tidak bisa mengubahnya. Sudah banyak teori yang mencoba menerangkan hubungan antara bahasa sebagai sistem simbol dengan fungsi-fungsi mental dan struktur-struktur kognitif dari pemakainya. Seperti pada pembahasan sebelumnya, sesungguhnya bahasa yang dipakai untuk menggambarkan idenditas diri seseorang atau kelompok. Dengan mendengar bahasa yang dipakai orang tersebut kita tahu identitas dirinya. Karena saat seseorang berbicara paling tidak kita tahu jenis kelamin, usianya apakah anak-anak, dewaa atau lansia dan asal individu tersebut. Setiap orang mempunyai ciri khas sendiri saat berbicara. Bentuk komunikasi yang dimiliki seseorang dan menjadi ciri khasnya disebut dengan ideoiek. Ketika seseorang berbicara, kita menjadi paham apakah ia seorang perempuan atau laki-laki, karena suara lakilaki berbeda dengan suara perempuan, Selain itu, juga akan dapat memahami usia penutur tersebut, apakah anak-anak, orang dewasa, atau orang lanjut usia. Seperti misalnya yaitu ketika kita sedang berada di dalam kamar dan kemudian kita mendengar ayah bercakap-cakap dengan temannya di luar kamar. Ketika salah satu dari mereka berkata, kita akan tahu siapakah yang sedang berbicara, ayah atau kawannya, waalaupun kita tidak melihatnya secara langsung. Dari gaya berbahasanya, kita bisa mengidentifikasi siapakah pembicaranya, karena kita bisa memarakkan gaya berbahasa ayah dengan gaya berbahasa kawannya. Selain itu, dalam identitas sosial, bahasa bisa dipakai untuk mendeskripsikan tingkatan kelas sosial individu. Orang yang berasal dari kelas sosial rendah memiliki gaya berbahasa yang berbeda dari orang yang berasal dari kelas sosial lebih tinggi. Gaya berbahasa orang yang terdidik juga berbeda dari gaya berbahasa orang yang kurang terdidik. Hal ini mendeskrisikan bahwa dalam suatu kelompok terdapat suatu variasi bahasa antara individu yang berstatus sosial rendah dan yang berstatus sosial lebih tinggi. Dalam memahami indentitas suku, bahasa bisa dipakai untuk mendeskripsikan suku atau keanggotaan seseorang atau suatu kelompok dalam suatu suku bangsa tertentu. Di negara Indonesia ada banyak macam suku bangsa seperti suku Jawa, Sunda, Madura, Bugis, dan Batak. Tiap-tiap etnis bangsa tersebut memiliki bahasa yang menjadi ciri khas mereka. Suku Sunda, Jawa, dan Madura walaupun berada dalam satu pulau, akan tetapi karena bahasanya beraram. Maka disebut sebagai suku-suku yang beragam. Sebaliknya suatu komunitas masyarakat meskipun tidak bertempat dalam satu wilayah, tetapi memiiki bahasa yang serupa, akan disebut sebagai satu etnis. Seperti contoh di Provinsi Lampung yang berada di Pulau Sumatera, ada satu daerah yang dinamakan Kampung Jawa. Masyarakat di wilayah tersebut terkenal dengan nama Japung, singkatan dari Jawa Lampung. Masyarakat di Kampung Jawa tersebut memakai bahasa Jawa dalam bercakap-cakap sehari-hari, sehingga mereka dikelompokkan sebagai masyarakat suku Jawa walaupun tidak menetap di pulau Jawa (Trihandayanii and Anwari, 2022) Selain di provinsi lampung, kelompok masyarakat kesukuan yang berada di ibukota Jakarta juga serupa. Masyarakat yang menetap bersama dalam satu daerah dan kelompok yang sama dengan tiap-tiap mereka dan berkomunikasi dengan bahasa suku mereka. Oleh sebab itu, di ibukota Jakarta ada Kampung Bali, kampung Ambin, Kampung Madura, Kampung Bugis dan lain-lain. Pada dasarnya suku dari mereka ditentukan oleh wilayah asal mereka. Akan tetapi, hal yang paling anampak jelas yang digunakan untuk mengidentifikasi suku mereka adalah dari bahasa yang mereka pakai. Sebagai contoh, pada waktu kita jalan-jalan kita menyimak sekelompok sedang bercakap-cakap menggunakan bahasa Madura. Kita akan bisa menangkap dan menyimpulkan bahwa komunitas tersebut berasal dari Madura. Walaupun bahasanya sama ada gaya tersendiri yang membedakan cara berbicara suatu etnis dari logatnya. Bahasa juga bisa dipakai sebagai identitas nasional, pada batas wilayah yang lebih luas cakupannya. Semua negara memiliki bahasanya masinh-masing yang digynakan sebagai bahasa nasional. Bahasa nasional adalah bahasa yang digunakan dalam unit potitik, sosial, dan budaya. Pada dasarnya bahasa nasional diakai umtuk simbol persatuan bangsa. Bahasa nasional berfungsi sebagai alat identitas bangsa dan alat pemersatu masyarakat (Holmes, 2001: 97). Bahasa yang dipakai untul identitas nasional erat kaitannya dengan politik suatu negara. Sebagai contoh adalah bahasa nasional Malaysia, yaitu bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Pada dasarnya kedua bahasa tersebut tidaklah bahasa yang berbeda, salah satunya hanya merupakan variasi dari bahasa lainnya. Akan tetapi, karena adanya perbedaan wilayah dan politik, yaitu bahwa Malaysia dan Indonesia adalah dua negara yang beragam, maka kedua bahasa tersebut lamjut dibagi dua bahasa yang berbeda. Pemerintah Malaysia menyatakan bahwa bahasa nasional mereka adalah bahasa Melayu, bukan bahasa Indonesia, sedangkan pemerintah Indonesia menyatakan bahwa bahasa nasional mereka adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu, meskipun pada dasarnya kedua bahasa tersebut adalah bahasa yang sama hanya berbeda pada dialek pengucapnnya saja (Santoso, 2017). Untuk mencari tahu identitas suatu komunitas tertentu adalah salah satu faedah pemakaian bahasa. Dengan demikian, melalui bahasa dapat difahami identitas seorang baik individu maupun kelompok. Salah satu cara untuk memperlihatkan identitas personal seseorang, karena setiap individu memiliki gaya berbahasa yang tidak sama dari orang lain. Sebagai sarana identitikasi identitas kelompok, bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dapat mendeskripsikan status sosial atau pun kesukuan kelompok tersebut. Bahasa bisa digunakan sebagai alat mengidentifikasi identitas status sosial seseorang, karena masyarakat dengar status sosial yang tinggi mempunyai gaya bahasa yang berbeda dari masyarakat dengan status sosial rendah. Bahasa juga dapat digunakan sebagai sarana mengidentifikasi kesukuan atau etnis, karena setiap etnis biasanya mempunyai tiap-tiap bahasa yang berbeda dari suku yanng lain-lain. Hal ini berkaitan juga dengan identitas budaya, karena untuk mengategorikan suku harus memahami unsur budaya yang ada dalam masyarakat, dalam hal ini adalah bahasa. Identitas nasional dan identitas regional juga dapat diidentifikasi melalui bahasa. Masyarakat dari daerah yang berbeda mempunyai cara pengucapan dan bunyi bahasa yang berbeda meskipun bahasa yang digunakan sama. Selain itu, dalam skala teritorial yang lebih luas, bahasa dapat digunakan untuk menunjukkan identitas kebangsaan suatu masyarakat. Dalam hal ini bahasa digunakan sebagai alat identitas bangsa dan sekaligus pemersatu bangsa. PENUTUP A. Kesimpulan Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan orang yang tergolong kedalam bentuk satuan- satuan seperti kata, kelompok klausa, kata dan kalimat yang dikeluarkan baik secara lisan maupun tulisan. Ada banyak sekali defenisi bahasa dan defenisi tersebut salah satu diantaranya yakni bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan cuara atau ungkapan tulis tersusun untuk mengelompokkan satuan yang lebih besar, melalui morfem, kata, kalimat. (Waluyati and Nurhidayatika, 2023) Ada banyak sekali bahasa di dunia ini, dan setiap bahasa mempunyai cirinya sendiri yang disebut tata bahasa. Terdapat tata bahasa untuk bahasa Indonesia, tata bahasa untuk bahasa Inggris, tata bahasa untuk bahasa Jepang, dan sebagainya. Meskipun kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan dengan alat lain selain bahasa, pada prinsipnya, manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa manusia, bukan bahasa binatang. Dalam contoh lain, hewan juga mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa binatang. Bahasa juga ikut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangan bahasa, teknologi juga ikut serta. Keberagaman golongan, pekerjaan, kegiatan, komunitas, juga memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman bahasa. Hal-hal tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Setiap orang mempunyai kegiatan yang berbeda-beda pula. Setiap individu penutur menyebabkan keberagaman bahasa tersebut. Penutur yang berada diwilayah yang sangat luas akan menimbulkan keberagaman bahasa yang lebih banyak (Waluyati and Nurhidayatika, 2023). B. Saran Sebagai mahasiswa yang sangat dengan bahasa atau linguistik disarankan untuk memahami bahasa dan identitas variasi bahasa secara detail dan mendalam melalui makalah ini ataupun sumber yang lainnya. Dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan untuk kedepannya. DAFTAR PUSTAKA Hayati, R. (2021) ‘Variasi Bahasa Dan Kelas Sosial’, Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (1), p. 48. Available at: https://doi.org/10.31941/jurnalpena.v35i1.1348. Kasus, S. and Kota, D.I. (no date) ‘150481-ID-pergeseran-bahasa-dan-identitas-sosial-d’, (1), pp. 139–163. ‫ يعامتجالاو ي سفنال ةغلال‬Naria, N. et al. (2024) ‘ ‫ثحبال صلختسم ملعب ةغلال ةقالع سردي تايوغلال نم عرف وه يعامتجالاو ي سفنال ةغلال ملع‬ ‫ ةغلال ملعت ةيلمع يف امهم ارود قلعتت اقمع رثكأ ة سارد يف‬، ‫ ةيبرعال ةغلال ةصاخو‬. ‫ ةغلالب نيثدحتملل يعامتجالاو سفنال ملع رود ةيمهأل ارظن‬. ‫ملع بعلي‬ ‫ ةيوغلالو ةيعامتجالاو ةيسفنال رهاوظال ذيفنت‬. Cepu ‫ يعامتجالاو ي سفنال ةغلال ةيبرعال ةغلال ملعت يف ةيلخادال ةيدمحلما ةسردلما‬، ‫نوثحابال بغري‬ ‫ ةيعون ةيفصو ةسار دال هذه يف‬. ‫ةيفيكب قيمعت وه ةساردال هذه نم ضرغال يف ةغلال ملعت ةيلمع يف ةيعامتجالاو ةيسفنال بناوجال لعافت ةيفيك مهف عمج ةينقت‬ ‫ تالباقلما ءارجإو ةبقارلما لالخ نم يه تانايبال رود مهف ىلع دعاسي ةيبرعال ةغلال ملعت يف يعامتجالاو ي‬. ‫ ةيبرعال ةساردال هذه جئاتن فشكت‬. ‫ةمدختسلما ةقيرطال‬ ‫ ة يفاقثالو‬. ‫ ةيسفنال لماوعال يف تافالتخالا مهف ةيمهأ ىلع ثحبال دكؤي امك‬، ‫ تامولعلما ةجالعمو ةغلال مهف لثم‬، ‫سفنال ةغلال ملع نأ تالعافتال قايس يف‬ ‫ ةيبرعال ةغلال سيردت يف ةيعامتجالا تاقايسالو دعاوقالو تاجهلال رثكأ ملعت تايجيتارتسا ريوطتل ساسأك ةساردال هذه جئاتن مادختسا ةيسفنال‬. ‫ةيعامتجالا نكمي‬ ‫بناوجال يف رظنال لالخ نم ةيبرعال‬ 7 ,’‫ ةينعلما ةيعامتجالاو‬. ‫(ةغلال سيردت يف ةيالعف‬1), pp. 117–140. Pangaribuan, T.R. (2010) ‘Hubungan Variai Bahasa dengan Kelompok Sosial’, Jurnal Bahasa Unimed, 37(76), pp. 12–13. Rina Devianty (2017) ‘Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan’, Jurnal Tarbiyah, 24(2), pp. 226 245. Santoso, B. (2017) ‘Bahasa Dan Identitas Budaya’, Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 1(1), p. 44. Available at: https://doi.org/10.14710/sabda.v1i1.13266. Sartika (2017) ‘Penggunaan Variasi Bahasa Sosiolek Pada Masyarakat Sulawesi-Selatan’. Trihandayanii, R. and Anwari, M. (2022) ‘Peran sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa indonesia di sekolah’, Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni, 10(2), pp. 245–255. Available at: https://doi.org/10.5281/zenodo.6757617. Waluyati, I. and Nurhidayatika (2023) ‘Variasi Sosial Penggunaan Bahasa di Kelurahan Santi Kecamatan Mpunda’, Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi, 6(1), pp. 23–28. Available at: https://stkipbima.ac.id/jurnal/index.php/ES/article/view/1108. Wiratno, T. and Santosa, R. (2014) ‘Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial’, Modul Pengantar Linguistik Umum, pp. 1–19. Available at: http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp- content/uploads/pdfmk/BING4214-M1.pdf.