MAKALAH
ANTIBIOTIK:
PENGERTIAN , MANFAAT , DAN PENGOBATAN
Diserahkan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: MIKROBIOLOGI FARMASI
Dosen Pengampu: Yayuk Putri Rahayu, S.Si., M.Si.
Disusun Oleh :
KHAIRUL UMMAH NASUTION 232114010
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN) AL-WASHLIYAH
M E D A N
2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah dilimpahkan kepada baginda alam Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Mikrobiologi Farmasi pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah, Tahun Ajaran 2024-2025, dengan judul makalah yang ditulis yaitu “Antibiotik : pengertian,manfaat, dan pengobatan”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan dan menghaturkan banyak terima kasih kepada Ibu Yayuk Putri Rahayu, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Mikrobiologi Farmasi pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah yang telah banyak memberikan arahan baik pada perkuliahan maupun dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan, dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna kesempurnaan dan sebagai pertimban gan karya tulis yang akan datang. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb..
Medan, Oktober 2024
Penulis
Khairul ummah nasution
232114010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
I. Pendahuluan 1
II. Pengertian Antibiotik 2
III. Manfaat Antibiotik 4
IV. Pengobatan dengan Antibiotik 5
V. Tantangan dan Masalah terkait Penggunaan Antibiotik 7
VI. Kesimpulan 9
VII. Daftar Pustaka 10
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Antibiotik adalah zat kimia yang diproduksi oleh fungi dan bakteri yang berkhasiat menghambat atau membunuh kuman dalam toksisitas relatif kecil. Indikasi dari antibiotik yaitu untuk penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, sehingga pemberian antibiotik dianjurkan untuk pasien yang menderita gejala akibat infeksi bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-60% antibiotik digunakan secara tidak tepat, antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik (1).
Apoteker memegang peran penting dalam pemberian antibiotik sebab apoteker berwenang dalam pemberian obat dan mengontrol dengan baik penyerahan antibiotik, apoteker juga berperan dalam melakukan pemantuan dan evaluasi dari penggunaan antibiotik. Melihat peran penting apoteker yang sangat vital dalam penggunaan antibiotik, jelas bahwa pendidikan mahasiswa farmasi dapat mempengaruhi upaya untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotic dimasyarakat. Mahasiswa farmasi diharapakan bisa mengatasi masalah terkait antibiotik dimasyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,persepsi, pemahaman dan sikap mereka terhadap antibiotik. Berdasarkan penelitian kardas faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik meliputi Tingkat pengetahuan pasien, interaksi dan instruksi dari dokter dan tenaga Kesehatan lainya, kemasan obat pengingat dan komitmen. Pengetahuan dan persepsi terhadap antibiotik dapat diperoleh melalui jalur pendidikan non formal dan formal. Jalur pendidikan formal merupakan wadah pendidikan resmi melalui dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada perguruan tinggi terdapat mahasiwa, terutama mahasiwa di program studi kesehatan yang dibekali pengetahuan,persepsi,sikap dan tindakan mengenai penggunaan antibiotik. Mahasiswa kesehatan menjadi garda terdepan dalam membantu mengurangi penyalahgunaan penggunaan antibiotic (2).
B. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Farmasi tentang penggunaan antibiotik.
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Farmasi tentang penggunaan antibiotik.
II. Pengertian Antibiotik
Definisi antibiotik
Antibiotik adalah senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada manusia ataupun hewan.Beberapa antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Meski antibiotika memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah berkontribusi terhadap terjadinya resistensi (Katzung, 2007). Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah berkembangbiaknya bakteri) (Kemenkes, 2011).
Sejarah singkat penemuan antibiotik
Sebelum ditemukannya antibiotik, penyakit menular merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada manusia. Sebelum dimulainya era antibiotik modern (lebih dari 2000 tahun yang lalu), mikroba yang menghasilkan antibiotik digunakan sebagai intervensi untuk mengobati penyakit menular di Serbia, Tiongkok, Yunani, dan Mesir. Papirus Eber, sebuah papirus medis Mesir yang berasal dari tahun 1550 SM, merupakan dokumen tertua yang menjelaskan penggunaan roti berjamur dan tanah obat dalam mengobati infeksi. Demikian pula, jejak tetrasiklin, sebuah antibodi dengan efek khelasi, ditemukan pada tulang manusia yang dikumpulkan dari Oasis Dakhleh, Mesir.
Analisis rekonstruksi filogenetik telah mengidentifikasi keberadaan beberapa gen yang resistan terhadap antibiotik secara terus-menerus sejak zaman kuno. Analisis filogenetik gen β-laktamase dan housekeeping telah mengungkapkan bahwa gen-gen ini sangat terkonservasi dalam Klebsiella oxytoca dan telah berevolusi dalam inangnya selama lebih dari 100 juta tahun. Demikian pula, analisis klon metagenomik yang diperoleh dari sampel laut berusia 10.000 tahun telah mengungkapkan bahwa keragaman β-laktamase sebagian besar terkait dengan evolusi purba.
Era Pra-Antibiotik: Sebelum penemuan antibiotik, infeksi bakteri sering kali berakibat fatal. Berbagai metode tradisional dan bahan alami digunakan untuk mengobati infeksi, namun efektivitasnya terbatas.
Penemuan Penisilin (1928):
Alexander Fleming, seorang ilmuwan Skotlandia, secara tidak sengaja menemukan penisilin.
Fleming mengamati bahwa jamur Penicillium notatum menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus pada cawan petri yang terkontaminasi.
Pengembangan Penisilin (1930-an dan 1940-an):
Howard Florey dan Ernst Chain mengembangkan metode untuk memproduksi penisilin dalam jumlah besar.
Pada tahun 1945, penisilin mulai diproduksi secara massal dan digunakan secara luas.
Era Keemasan Antibiotik (1950-an dan 1960-an):
Penemuan dan pengembangan berbagai jenis antibiotik baru, seperti streptomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.
Berdasarkan spektrum atau kisaran terjadinya, antibiotik dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu:
Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik yang hanya mampu
menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau
membunuh bakteri gram negatif saja. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini
adalah penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin.
Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik yang dapat menghambat
atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun negatif. Antibiotik yang
termasuk golongan ini yaitu tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,
sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.
Jenis-jenis antibiotic
Antibiotik adalah jenis obat yang terbagi menjadi beberapa jenis, di mana fungsi antibiotik untuk masing-masing jenisnya juga berbeda. Mengetahui jenis-jenis antibiotik adalah hal yang sangat diperlukan guna memahami cara kerja dan kegunaan masing-masing obat antibiotik. Berikut penjelasan selengkapnya:
Penisilin
Penisilin bekerja dengan mencegah pembentukan dinding sel untuk membunuh bakteri. Jenis antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru, infeksi saluran kemih, dan infeksi kulit.
Sefalosporin
Cara kerja sefalosporin sama dengan penisilin, dimana cukup efektif untuk mengobati kondisi meningitis dan septikemia.
Aminoglikosida
Aminoglikosida bekerja mencegah bakteri berkembang biak dengan menghambat bakteri membuat protein. Jenis antibiotik yang satu ini umumnya hanya digunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit serius, seperti septikemia (infeksi yang menyebar pada darah).
Makrolida
Makrolida juga bekerja dengan memodifikasi atau menghambat pembuatan protein oleh bakteri. Jenis antibiotik ini banyak digunakan untuk mengobati masalah kesehatan seperti, bronkitis, sinusitis, servisitis, pneumonia, dan faringitis.
Tetrasiklin
Sama halnya dengan aminoglikosida dan makrolida, tetrasiklin juga bekerja mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalanginya membuat protein. Tetrasiklin sering kali digunakan untuk mengobati infeksi seperti, jerawat dan rosacea (kemerahan dan bintil-bintil pada wajah).
Fluoroquinolone
Jenis antibiotik ini termasuk dalam obat spektrum luas yang bekerja membunuh bakteri dengan mencegahnya membentuk DNA. Umumnya digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan infeksi saluran pernapasan.
Sulfonamida
Antibiotik golongan sulfonamida bekerja dengan menghambat enzim yang dibutuhkan bakteri untuk pembentukan asam folat. Sulfonamida digunakan untuk mengobati berbagai kondisi akibat infeksi bakteri, seperti bronkitis, pneumonia, infeksi mata atau telinga, dan meningitis bakterial.
III. Manfaat Antibiotik
Pengobatan Infeksi Bakteri:
Antibiotik efektif dalam mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan, saluran kemih, kulit, dan jaringan lunak.
Membantu mengurangi durasi dan keparahan gejala infeksi.
Pencegahan Infeksi:
Digunakan secara profilaksis sebelum prosedur medis tertentu untuk mencegah infeksi, terutama pada pasien dengan risiko tinggi.
Membantu mencegah infeksi pada luka terbuka atau luka bakar.
Pengendalian Penyakit Menular:
Membantu mengendalikan penyebaran penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dalam populasi.
Peningkatan Tingkat Kelangsungan Hidup:
Secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien dengan infeksi serius seperti pneumonia, meningitis, atau sepsis.
Mendukung Prosedur Medis Kompleks:
Memungkinkan pelaksanaan prosedur medis kompleks seperti transplantasi organ, kemoterapi, dan operasi besar dengan risiko infeksi yang lebih rendah.
Pengobatan Penyakit Kronis:
Membantu mengelola beberapa penyakit kronis yang terkait dengan infeksi bakteri, seperti tuberkulosis atau infeksi Helicobacter pylori pada ulkus lambung.
Peningkatan Kualitas Hidup:
Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan infeksi bakteri.
Manfaat Ekonomi:
Mengurangi biaya perawatan kesehatan jangka panjang dengan mengobati infeksi secara efektif dan mencegah komplikasi.
Penggunaan dalam Pertanian dan Peternakan:
Membantu mengendalikan penyakit pada tanaman dan hewan ternak, meningkatkan produksi pangan.
Alat Penelitian:
Digunakan dalam penelitian ilmiah untuk mempelajari pertumbuhan bakteri dan pengembangan obat baru.
Perawatan Gigi:
Membantu mengobati infeksi gigi dan gusi, mendukung prosedur gigi tertentu.
Pengobatan Acne:
Beberapa antibiotik digunakan dalam pengobatan jerawat yang disebabkan oleh bakteri.
IV. Pengobatan dengan Antibiotik
Pengobatan antibiotik merujuk pada penggunaan obat-obatan antibiotik untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Mekanisme kerja:
Bakterisidal: Beberapa antibiotik membunuh bakteri secara langsung.
Bakteriostatik: Antibiotik lain menghambat pertumbuhan bakteri, memungkinkan sistem imun tubuh untuk mengatasinya.
Jenis infeksi yang diobati:
Infeksi saluran pernapasan (seperti pneumonia, bronkitis)
Infeksi saluran kemih
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi sistemik (seperti sepsis)
Cara pemberian:
Oral: dalam bentuk tablet, kapsul, atau suspensi
Intravena: langsung ke aliran darah
Topikal: krim atau salep untuk infeksi kulit
Inhalasi: untuk beberapa infeksi paru-paru
Durasi pengobatan:
Bervariasi tergantung jenis infeksi dan antibiotik
Umumnya berkisar dari beberapa hari hingga beberapa minggu
Pemilihan antibiotik:
Berdasarkan jenis bakteri penyebab (jika diketahui)
Spektrum luas vs. spektrum sempit
Pertimbangan resistensi antibiotik
Pentingnya kepatuhan:
Menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan sesuai resep
Mencegah resistensi dan kambuhnya infeksi
Monitoring:
Pemantauan efektivitas dan efek samping
Penyesuaian dosis atau jenis antibiotik jika diperlukan
Kombinasi antibiotik:
Terkadang digunakan untuk infeksi yang lebih kompleks
Meningkatkan efektivitas atau mencegah resistensi
Pertimbangan khusus:
Alergi antibiotik
Interaksi dengan obat lain
Kondisi medis pasien (seperti gangguan ginjal atau hati)
Pengobatan antibiotik harus dilakukan di bawah pengawasan profesional medis untuk memastikan penggunaan yang tepat dan efektif, serta untuk meminimalkan risiko efek samping dan perkembangan resistensi antibiotik.
V. Tantangan dan Masalah terkait Penggunaan Antibiotik
Resistensi antibiotic
Resistensi antibiotik terjadi ketika antibiotik tidak lagi efektif mengobati infeksi bakteri. Kondisi ini bisa terjadi karena bakteri beradaptasi atau berubah fungsi dengan beberapa cara berikut:
Menghilangkan atau menetralkan efek antibiotik dalam membunuh bakteri
Mengeluarkan antibiotik dari dalam tubuh bakteri itu sendiri
Mengubah bagian struktur bakteri yang tadinya sensitif terhadap antibiotik
Mengubah gen tubuhnya agar resisten terhadap antibiotik, kemudian berkembang biak
Faktor risiko resistensi antibiotik
Kondisi-kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami resistensi antibiotik adalah:
Minum antibiotik walaupun penyakit yang diderita bukan disebabkan oleh infeksi bakteri, misalnya batuk pilek yang biasanya disebabkan oleh virus
Mengonsumsi antibiotik tidak teratur, misalnya dengan memberi jeda waktu 1–2 hari
Tidak menghabiskan antibiotik sesuai waktu yang disarankan oleh dokter
Menggunakan antibiotik untuk hewan ternak
Jenis Bakteri yang Resisten terhadap Antibiotik
Seperti yang telah disebutkan di atas, resistensi antibiotik menyebabkan bakteri sulit dibunuh. Dalam jangka panjang, bakteri bisa berkembang menjadi jenis baru yang tidak mati setelah diobati dengan antibiotik yang umum digunakan.
Jenis-jenis bakteri yang telah diteliti kebal terhadap antibiotik adalah:
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), yang menyebabkan infeksi kulit, infeksi nosokomial, infeksi aliran darah, atau pneumonia
Vancomycin-resistant Enterococcus (VRE), yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi luka operasi
Multi-drug-resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB), yang dapat menyebabkan infeksi tuberkulosis yang parah
Carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE), yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi aliran darah
Penicillin-resistant Neisseria gonorrhoeae, yang dapat menyebabkan gonore berat dan sangat sulit untuk diobati
Bakteri penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL), yaitu bakteri yang dapat menghasilkan enzim untuk menjadi kebal terhadap antibiotik tertentu
B. Efek samping
Gejala resistensi antibiotik bisa bervariasi, tergantung pada jenis bakteri penyebab infeksi. Namun, gejala umum akibat resistensi antibiotik meliputi:
Demam berulang
Diare lebih dari 3 hari
Batuk dan sesak napas
Mual dan muntah
BAB berdarah
Jumlah dan frekuensi buang air kecil menurun
Lelah atau lemas
Berat badan menurun
Mulut kering
Pada penderita resistensi antibiotik, keluhan di atas tidak mereda atau sembuh meski diobati dengan beberapa jenis antibiotik.
Pencegahan Resistensi Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik, beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengonsumsi antibiotik dengan benar dan sesuai resep dokter
Tidak berbagi antibiotik atau menggunakan antibiotik sisa orang lain
Mencuci tangan dengan benar dan rutin, terutama sebelum makan atau setelah menggunakan toilet
Menghindari kontak dengan orang sakit
Menyimpan bahan makanan dengan benar
Memasak makanan hingga benar-benar matang
Menjaga sanitasi rumah dan lingkungan
Menghindari kontak atau tidak bersalaman dengan orang yang terkena infeksi
Melakukan hubungan seksual yang sehat
Melakukan imunisasi sesuai jadwal
VI. Kesimpulan
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah berkembangbiaknya bakteri) (Kemenkes, 2011).
Sebelum penemuan antibiotik, infeksi bakteri sering kali berakibat fatal. Berbagai metode tradisional dan bahan alami digunakan untuk mengobati infeksi, namun efektivitasnya terbatas.
Pengobatan antibiotik harus dilakukan di bawah pengawasan profesional medis untuk memastikan penggunaan yang tepat dan efektif, serta untuk meminimalkan risiko efek samping dan perkembangan resistensi antibiotik.
VII. Daftar Pustaka
Aberg.J.A, Lacy, C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L.,2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi.Comp for the American
Pharmacist Association.
Alam A. 2011. Pola Resitensi Salmonella Enterica Serotype Typhi, Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSHS Tahun 2006 – 2010, Bandung: Sari Pediatri.
American Society of Health System Pharmacists. 2011. AHFS Drug Information.
United States of America.
Anonim. 2008. Penggolongan Antibiotik. (http: pintarbiologi.com), Diakses
Januari 2018.
Anonim, 2010. http://Lama Pemberian Antibiotik. Diakses Tanggal 3 Mei 2018.
Anonim, 2012. http://www.academia.edu.SUPERINFEKSI. Diakses tanggal 17
Mei 2018.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2009. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Provinsi Gorontalo Tahun 2007. Departemen kesehatan
Republik Indonesia.
Badu, Sitti Nurmanti. 2014. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
dalamTterapi Demam Typhoid pada Pasien Anak Rawat Inap di RSUD dr.
M.M Dunda Limboto. UNG: Gorontalo.
Bari, S. B., Mahajan, B. M., Surana, S. J. 2008. Resistance To Antibiotic: A
Challenge In Chemotherapy, India: Indian Journal Of Pharmaceutical
Education And Research.
Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal,P. 2009. Antibiotic Resistance- A Global
Issue Of Concern, Asian Journal Of Pharmaceutical And Clinical Research,
Volume 2, Issue 2.
Cosgrove, Sara, Advid, Edjana, 2015. Antibiotic Guideline. 2015-2016. Johns
Hopkins Medicine.
Febiana T. 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Bangsal Anak
Rsup Dr.Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Hammad O, et.al. 2011. Ceftriaxone Vs Chloramphenicol For Treatment Of Acute
Typhoid Fever. Life Science Journal.
51
Price and S. Anderson. 2003. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, EGC: Jakarta.
Probohoesodo, 2005. Kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan Antigen
Import dan Antigen Lokal. Surabaya
Puspita Angelia, 2012. Profil Pemberian Antibiotika Rasional pada Pasien
Demam Tifoid Anak di Bangsal Rawat Inap RSUD Tangerang Tahun 2010-
2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta.
Rampengan, Novie Homenta. 2012. Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa
Komplikasi pada Anak. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi: Manado.
Rohim A, Saharso D. 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa Dan Penatalaksanaan,.
Jakarta : Salemba Medika.
2
2
1
1