Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Problematika Guru Penjas dalam Memodifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang

2022, Jurnal Speed (Sport, Physical Education, Empowerment)

JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 Problematika Guru Penjas dalam Memodifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang Taopiqurohman*, Bambang Ismaya , Evi Susianti Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa. Jalan H.S. Ronggowaluyo Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat 41361, Indonesia. E-mail: taopik.qurohaman343@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana problematika guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggambarkan bagaimana problematika guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang, subjek dalam penelitian ini adalah 1 kepala sekolah, 1 guru pendidikan jasmani, dan 4 orang siswa untuk diwawancarai. Teknik pengumpulan data dalam yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekniik reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian tentang problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad karawang menyatakan bahwa untuk permasalahan yang dihadapi serta faktor penghambat guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran keterbasannya biaya untuk membeli bahan-bahan modifikasi dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk memodifikasi media pembelajaran karena banyaknya fasilitas olahraga yang ada di sekolah sudah rusak, sedangkan untuk gambaran guru dalam memodifikasi media pembelajaran berdasarkan wawacara dengan narasumber guru kurang memahami pengetahuan tentang memodifikasi fasilitas olahraga dalam melakukan pembelajaran praktek di lapangan guru selalu mengandalkan lingkungan di sekitar sekolah, selain itu karena minimnya fasilitas yang ada di sekolah memaksakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, karena kurangnya pengetahuan guru dalam memodifikasi media pembelajaran biasanya guru penjas di Madrasah Tsanawiyah Ghoyatul Jihad Karawang selalu mengandalkan dana bantuan operasional sekolah untuk membeli sarana dan prasarana olahraga yang sudah rusak. Kata Kunci: Problematika; Modifikasi; Media Pembelajaran. 79 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 Abstract The purpose of this study was to find out how the physical education teacher's problems in modifying physical education learning media at MTs Ghoyatul Jihad Karawang. problem . To answer the formulation of the research problem, the researcher used a descriptive qualitative approach by describing how the physical education teacher's problems in modifying physical education learning media at MTs Ghoyatul Jihad Karawang, the subjects in this study were 1 principal, 1 teacher of physical education, and 4 students to interviewed The data collection technique used by the researcher in conducting this research was observation. interviews and documentation. The data analysis technique used in this study is the reduction technique, data presentation and conclusion drawing. The results of the research on the problems of physical education teachers in modifying physical education learning media at MTs Ghoyatul Jihad Karawang state that for the problems faced and the inhibiting factors for physical education teachers in modifying learning media the limited cost of buying modified materials and it takes a long time to modify learning media because many of the existing sports facilities in schools have been damaged, while for the description of teachers in modifying learning media based on interviews with resource persons, teachers lack knowledge about modifying sports facilities in carrying out activities. Practical learning in the field, teachers always rely on the environment around the school, in addition, due to the lack of existing facilities in schools, it forces teachers to carry out the learning process in the classroom. as due to the lack of knowledge of teachers in modifying learning media, physical education teachers at Madrasah Tsanawiyah Ghoyatul Jihad Karawang always rely on school operational assistance funds to buy sports facilities and infrastructure that have been damaged. Keywords: Problematic, Modification, Instructional Media PENDAHULUAN Menurut KBBI problematika dapat diartikan sebagai masalah atau permasalahan yang harus dipecahkan. Jadi yang dimaksud permasalahan itu merupakan sesuatu yang harus diselesaikan dari tidak sesuai dalam kenyataan yang terjadi. Masalah dapat terjadi dalam semua lingkup yang berbeda, dari masalah negatif yang dapat dipahami sebagai penyebab kesulitan dan kecemasan, ada juga permasalahan yang diselesaikan sendiri, sehingga masalah tersebut masih perlu dipilih berdasarkan faktor-faktor berikut: Solusi adalah mungkin dengan evaluasi, sedangkan jika tujuan telah ditentukan, misalnya dengan pengambilan keputusan analitis, maka hanya ada satu kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Menurut (Anggorowati, 2022) problematika dapat diartikan sebagai suatu masalah yang perlu dipecahkan. Kesenjangan antara kenyataan dan apa yang diharapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihaddapu dan mencapainya secara optimal. Menurut (Utomo et al., 2020) Modifikasi merupakan suatu proses perubahan sarana prasana atau alat yang akan digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran tanpa mengubah fungsi alat tersebut. Dalam hal ini modifikasi sangat penting untuk dilakukan oleh guru karena ketika sekolah kekurangan fasilitas guru harus kreatif dalam memodifikasi media pembelajan, agar minat belajar siswa semakin menyenangkan dan menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pembelajaran. Menurut (Budi, 2021) menjelaskan bahwa modifikasi dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran apabila tujuan untuk memodifikasi pembelajaran hanya rendah maka tujuan modifikasi tersebut juga tidak akan berhasil, dan apabila tujuan modifikasi pembelajaran sangat tinggi maka tujuan untuk memodifikasi media pembelajaran juga akan sangat tercapai. Sedangkan menurut (Yono & Sodikin, 80 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 2020) modifikasi merupakan pergantian unsur-unsur tertentu. Namun secara khusus modifikasi merupakan upaya yang dilakukan oleh guru utuk mencipkan sesuatu yang baru, unik, dan menarik serta tidak mengubah fungsinya sedikitpun. Modifikasi sebagai jalan untuk memecahkan permasalahan guru ketika sarana dan prasarana sudah rusak atau tidak bisa pakai lagi dengan cara mengubah suatu alat untuk dipakai sebagai media pembelajaran yang tida mengubah sedikitpun fungsi alat tersebut (Prawira et al., 2021). Dapat disimpulkan dari teori diatas maka modifikasi merupakan proses perubahan alat atau fasilitas yang ada di sekolah tanpa mengubah suatu fungsi alat tersebut dan modifakasi juga memiliki tujuan agar siswa memiliki minat yang besar dan terlihat menyenangkan ketika melakukan proses pembelajaran. Media pembelajaran menurut (Santoso, 2019) media pembelajaran merupakan suatu sarana dalam melakukan proses belajar karena guru dapat meningkatkan kreativitasnya dan memunculkan sesuatu yang menarik untuk menjadikan pembelajaran di mata siswa, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran. Sebagai aturan, penggunaan media pembelajaran ini membentuk hubungan utama dengan motivasi siswa, karena analisis tingkat kepribadian siswa adalah langkah pertama yang harus dilakukan pendidik ketika merancang media pembelajaran, sedangkan menurut (Ayu et al., 2021) media pembelajaran adalah suatu hal yang meruujuk kepada penyampain informasi atau materi pembelajaran yang menggunakan teknologi atau alat komunikasi pembawa pesan maupun informasi kepada individu ke individu lainnya. Menurut (Sulaeman et al., 2021) media pembelajaran sebuah alat untuk mengantarkan informasi atau materi kepada pendidik sebagai sarana komunikasi ketika melakukan pembelajaran agar proses belajar berjalan secara maksimal. Dengan hal ini media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi antar seorang pendidik dan peserta didik agar lebih efektif dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran tidak lepas dengan karakteristik (Budiyono, 2020) berpendapat karateristik media pembelajaran dibagi menjadi menjadi 2 seperti, penggunaan media pembelajaran menjadikan proses pembelajaran menjadi praktis, membantu menghemat waktu dalam menyampaikan informasi, serta dapat menumbuhkan minat siswa saat mendapatkan materi pelajaran melalui media pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh (Rahma, 2019) karakteristik media pembelajaran diantaranya seperti efisiensi waktu dan tenaga, mengatasi batas ruang dan waktu, melebihi batas indera dalam pembelajaran, dan melakukan sesuatu yang rahaniah dan berwujud. Manfaat media pembelajaran menurut (Nurfadillah et al., 2021) manfaat media pembelajaran sebagai penarik siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Pengelolaan alat bantu dalam proses pembelajaran di sekolah sangatlah dibutuhkan, media pembelajaran digunakan sebagai penyampaian informasi pembalajaran kepada peserta didik agar tersampaikan dengan optimal. Tujuan media pembelajaran menurut (Mukarromah & Andriana, 2022) tujuan penerapan media pembelajaran di sekolah adalah untuk membantu guru menyampaikan pesan atau informasi materi kepada siswa dengan cara yang mudah dipahami, lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. Media pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah dan memungkinkan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa tujuan media pembelajaran secara umum yaitu untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pesan kepada siswa, bahwa pesan dan materi yang disampaikan guru dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa guru memberikan berbagai pengalaman belajar untuk merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pendidikan jasmani menurut (Rozi et al., 2021) pendidikan jasmani adalah seperangkat kegiatan jasmani seseorang yang menekankan pada keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial, ketika memposisikan pendidikan jasmani, ada juga fakta bahwa kontribusi penjas terhadap 81 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 proses kehidupan masyarakat secara keseluruhan melalui pengalaman latihan aktivitas fisik. Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan kondisi tubuh dan keterampilan seseorang dalam aspek motorik serta pengetahuan yang dikelola melalui aktivitas fisik yang sistematis menuju pembentukan manusia yang utuh dan bertujuan untuk pengembangan organik individu dan kelompok, fisik, intelektual, dan emosional (Mustafa & Masgumelar, 2022). Menurut (Zain et al., 2021) kurikulum pendidikan jasmani di sekolah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan jasmani untuk membantu siswa dalam mengembangkan kegiatan dalam aktivitas fisik seperti meningkatkan mental sosial spiritual, emosional serta membanguan sikap kepribadian yang kuat dan mengembangkan sikap cinta damai pada lingkungan yang ada di sekitarnya. Pendidikan jasmani merupakan pendorong untuk melatih keterampilan psikomotorik, pengetahuan serta kebugaran tubuh untuk membentuk karakteristik yang kuat seperti mental, emosional, sosial dan spiritual (Chaerul & Nugroho, 2021) Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Muliadi (2022) yang berjudul "Kreatifitas Guru Pendidikan Jasmani dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Dari analisis penelitian ini menghasilkan bahwa ketersebdiannya sarana dan prasarana di sekolah di atas standar masih banyak sekolah tidak memiliki lapangan untuk melakukan pembelajaran pendidikan jasmani. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam mengatasi masalah seperti ini adalah dengan memunculkan ide-ide kreatifitasnya dengan tindakan yang nyata untuk menciptakan pembelajaran pendidikan jasmani yang menarik dengan cara memodifikasi materi, peraturan sarana dan prasarana sehingga peserta didik menjadi termotivasi agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya terlihat dari varibel penelitian yag berfokus kepada hakikat tentang modifikasi sarana dan prasarana pendidikan jasmani. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Fiana Tami Putri dkk (2021) yang berjudul “Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD”. Kesimpulannya penelitian yang dilakukan di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng mengetahui kendala yang terjadi pada guru penjaskes untuk memodifikasi media pembelajaran dikarenakan kurangnya fasilitas yang ada di sekolah sehingga guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan suatu pembelajaran, dengan hasil penelitian ini guru penjas sudah membuat media modifikasi dari bahan yang sederhana namun dalam memodifikasi media terdapat kendala yaitu guru penjakes kurang terampil dalam merancang dan membuat media, serta terkendala nya biaya pembuatan media yang perlu disiapkan oleh pihak sekolah. Perbedaan penelitian ini dilihat dari teknik pengambilan dengan menggunakan angket dan wawancara sebagai penguat untuk instrumen data yang akan di analisis. Adapula penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Moch Wahid Syaefudin (2019) yang berjudul “Peran Guru Dalam Memodifikasi Ketersediaan Sarana Prasana Pembelajaran Pendidikan Jasmani”. Hasil dari penelitian ini guru harus kreatif dalam melakukan pembelajaran jika kekurangan media atau sarana dan prasana guru harus memodifikasi sebegai contoh dari pembelajaran atletik nomor tolak peluru menggunakan bahan pasir sebagai pemberat yang dilapisi solasi. Perbedaan penelitian ini dilihat dari teknik pengambilan dengan menggunakan angket dan wawancara sebagai penguat untuk instrumen data yang akan di analisis. Perbedaan penelitian ini adalah dilihat dari teknik keabsahan data memakai 3 kriteria yaitu ketekunaan, derajat kepercayaan dan triangulasi data. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui problematika seorang guru dalam modifikasi media pembelajaran. Minimnya fasilitas menuntut guru untuk berinovasi melakukan pembaharuan media agar siswa lebih antusias dalam melakukan pembelajaran, dengan adanya permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh guru penjas seperti susah ditemukannya alat untuk memodifikasi dan mahalnya bahan-bahan yang harus dibeli ketika modifikasi media pembelajaran. Berdasarkan 82 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti di MTs Ghoyatul Jihad Karawang peneliti ingin mengetahui probelematika guru penjas dalam melakukan modifikasi media pembelajaran ketika akan dilakukannya proses pembelajaran di MTs Ghoyatul Jihad dengan diperolehnya informasi melalui observasi dan wawancara kepada guru MTs Ghoyatul Jihad Karawang karena guru belum terbiasanya melakukan memodifikasi media pembelajaran penjas dengan segala permasalahan yang dihadapi oleh guru ketika melakukan modifikasi media pembelajaran seperti kurang mampunya guru dalam memodifikasi, tidak cukupnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan modifikasi. METODE Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, menurut (Darmalaksana, 2020) menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan skenario pelaksanaan peneliatian yang akan di jalankan. Secara umum metode kualitatif sifat data penelitian yang wujud datanya berupa deskripsi objek penelitian. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut (Harahap, 2020) pendekatan kualitatif adalah penelitian untuk mempelajari keadaan objek alam, peneliti sebagai alat sentral, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian ini diarahkan pada makna bukan generalisasi. Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 april 2022 di MTs Ghoyatul Jihad Karawang dengan dengan populasi yang akan menjadi wilayah generalisasi kesimpulan hasil penelitian. Populasi ditunjuk kepada perwakilan kelas IX dari setiap kelas di ambil 1 siswa yang terdiri dari 4 kelas dan melibatkan 1 guru pendidikan jasmani dan kepala sekolah untuk diwawancarai, teknik yang digunakan untuk mengambil sampel purposive sampling yaitu suatu metode untuk mengambil sampel dengan proses pertimbangan tertentu yang digunakan dengan strata acak dengan maksud dan tujuan tertentu (Nopiyanto et al., 2022). Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen utama untuk pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri, salah satu ciri penelitian ini peneliti bertindak baik sebagai alat maupun sebagai pengumpul data dengan cara mengamati, menanya, mendengarkan dan mengambil data penelitian. Teknik pengumpulan data ini digunakan peneliti sebagai pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi untuk mengkonsolidasikan data yang akan peneliti peroleh. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga tahapan dalam penelitian kualitatif deskriptif, yaitu: 1) Tahap orientasi yaitu tahap identifikasi masalah, pembatasan masalah, penentuan orientasi masalah, topik dan pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang masalah yang akan diteliti. 2) Fase eksplorasi pada fase ini peneliti mengumpulkan data, ketika melakukan kegiatan harus mengarah pada faktor-faktor yang dianggap relevan dengan masalah yang akan diteliti. Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi sepanjang poros penelitian ini, kegiatan ini dilakukan dengan menanyakan salah satu sampel yaitu guru dan siswa, kemudian melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran di MTs Ghoyatul Jihad Karawang, apabila peneliti tidak memiliki informasi yang cukup dari sumber sebelumnya, peneliti dapat mewawancarai narasumber selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai pendamping subjek penelitian. 3) Tahap seleksi pada tahap ini peneliti melakukan analisis mendalam terhadap masalah yang akan diteliti dan menginterpretasikan data yang diperoleh pada sumbernya. Pada tahap seleksi ini, kegiatan ini 83 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 dilakukan selama proses penelitian, verifikasi informasi data melalui wawancara dengan subjek yang relevan sesuai dengan faktor yang diidentifikasi oleh peneliti. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, menurut Miles dan Huberman analisis tidak dilakukan satu kali tetapi diarahkan dari kegiatan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan yang dicapai selama proses penelitian. Rangkuman temuan dapat dibuat sesingkat mungkin untuk memikirkan kembali apa yang terlintas pada peneliti saat menulis dan harus meninjau kembali apa yang telah dicatat di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan wawancara untuk memenuhi data yang diperperoleh agar lebih tepat, setelah ditemukannya beberapa data baik melalui wawancara, peneliti akan mendeskripsikan seluruh data yang didapatkan melalui proses penelitian dari kepala sekolah, guru, dan 4 siswa (RA, RB, R1, R2, R3 dan R4) yang akan diwawancarai. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana Problematik Guru Penjas Dalam Memodifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang. Sebelum peneliti melakukan penelitian mengenai Problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ghoyatul Jihad Karawang. 1. Problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran a. Kebutuhan dan ketersediannya sarana dan prasarana serta permasalahan ketika melakukam modifikasi Berdasarkan pemaparan kepala sekolah RA, selalu menekankan kepada guru penjas untuk memaksimalkan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan ketersediannya di sekolah walaupun minim fasilitas olahraga yang ada di sekolah. Menurut guru pendidikan jasmani RB pun mengatakan, Dari awal masuk sekolahpun selalu memodifikasi media pembelajaran karena kewajiban guru penjas untuk memaksimalkan kebutuhan fasilitas yang ada di sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta permasalahan yang selalu dihadapi ketika memodifikasi media pembelaran seperti susahnya bahanbahan modifikasi untuk ditemukan karena masa pandemi, biaya yang dikeluarkan relatif mahal, dan juga kurangnya pengetahuan guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana serta selalu mengandalakan dana BOS di sekolah untuk membeli fasilitas olahraga yang kurang di sekolah. Berdasarkan pendapat siswa R1-R4 bahwa, guru harus bisa memaksimalkan kebutuhan sarana dan prasarana yang ada di sekolah ketika kurangnya fasilitas disini guru harus memodifikasi karena kewajiban guru dalam memaksimalkan pembelajaran, apapun permasalahan guru dalam memodifikasi media pembelajaran seperti ketidakmampuan atau kurang minatnya guru dalam memodifikasi, serta biaya yang dikeluarkan cukup mahal, disini guru penjas harus bisa mengatasai permasalahan tersebut agar tujuan pembelajaran bisa sesuai dengan harapan dan tidak terpaku kepada pengisian soal LKS saja. b. Kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah Menurut pendapat kepala sekolah RA, kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah dari segi IT cukup baik, akan tetapi untuk kondisi fasilitas olahraga yang ada di sekolah cukup minim sekali contoh seperti lapangan olahraga serbaguna, tidak memiliki lapangan khusus untuk olahragaolahraga tertentu. 84 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 Berdasarkan pemaparan guru pendidikan jasmani RB , untuk sarana dan prasarana yang ada di sekolah sangat minim sekali karena untuk membelinya juga selalu mengandalkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) karena tidak adanya dana hibah langsung untuk fasilitas olahraga untuk sekolah-sekolah swasta seperti madrasah tsanawiyah. Menurut pendapat siswa R1-R3, kondisi sarana dan prasarana sangat minim sekali karena menjadi penghambat pembelajaran khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani bersamaan dengan tidak pernahnya guru penjas membuat inovasi-inovasi yang baru kepada fasilitas-fasilitas olahraga yang rusak, akan tetapi siswa. Menurut pemaparan R4, berpendapat kondisi sarana dan prasarana cukup memadai seperti bola voli, dan bola basket akan tetapi untuk fasilitas yang lain kurang memadai dan juga seharusnya guru penjas bisa memodifikasi sarana dan prasarana yang kurang memadai tersebut. c. Pemanfaatan serta pemecahan permasalahan yang di hadapi ketika minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani Berdasarkan pendapat kepala sekolah RA, kepala sekolah selalu berpesan kepada guru penjas untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah karena memang seharusnya pembelajaran pendidikan jasmani memakai fasilitas pada saat proses belajar mengajar. Menurut penjelasan guru pendidikan jasmani RB, pemanfaatan fasilitas biasanya selalu memanfaatkan alam atau lingkungan ada di luar sekolah karena keterbatasannya fasilitas guru penjas selalu memanfaat lingkungan yang ada di luar sekolah seperti lapangan sepakbola ada di luar sekolah. Berdasarkan pendapat siswa R1-R4, guru penjas selalu memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada di sekolah seperti untuk pembelajaran bola voli karena terbatasnya nya bola voli tersebut, guru penjas selalu memakai bola basket sebagai pengganti bola untuk permainan pemanasan serta selalu memanfaatkan lingkungan ada di luar sekola dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Gambaran guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran a. Sikap dan kemauan guru dalam memdofikasi media pembelajaran Berdasarkan pemaparan kepala sekolah RA, untuk sikap dan kemauan guru dalam memodifikasi media pembelajaran kembali kepada kemauan masing-masing guru tersebut, tentunya selama terjun kepada dunia pendidikan guru harus bisa mengkondisikan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, akan tetapi kepala sekola berharap ada pelatihan-pelatihan untuk memberikan wawasan kepada guru ada bisa terus berinovasi dalam sistem pendidikan pada masa sekarang. Berdasarkan pendapat guru pendidikan jasmani RB, sebagai guru harus mempunyai sikap kreatif dalam menghadapi keterbasannya sarana dan prasarana, karena bahan-bahan modifikasi tidak terlepas dari lingkungan sekolah seperti pembelajaran tenis meja memaki meja dari kelas yang disusun menjadi lapangnya, karena dalam modifikasi ini agar terlihat terarahnya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan siswa R1-R4 berpendapat, sikap guru dalam memodifakasi fasilitas cukup kurang karena ketidakmampuan serta minat guru yang kurang dalam memodifikasi media pembelajran pendidikan jasmani akan tetapi dalam praktek lapangan guru penjas selalu memodifikasi permainan-permainan sebelum dilakukannya kegiatan inti karena hal ini akan berdampak kepada kesenangan atau keantusiasan siswa dalam melakukan pembalajaran. b. Ide guru dalam memodifikasi media pembelajaran Berdasarkan pendapat kepala sekolah RA, ide guru dalam memodifikasi media pembelajaran tergantung kepada guru tersebut, akan tetapi kepala sekolah selalu menakankan kepada guru penjas 85 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 khususnya untuk berinovasi sekreatif mungkin karena sistem pembelajarran pada saat ini harus lebih banyak berinovasi dibanding hanya mengandalkan buku. Menurut pendapat guru pendidikan jasmani RB, ide dalam memodifikasi biasa nya mengandalkan bahan seadanya yang ada di lingkungan sekolah seperti dalam pembelajaran lari zigzag seharusnya memakai cones karena keterbatasan fasilitas tersebut biasa mengganti dengan batu bata atau pot bunga sebagai patokannya. Berdasarkan pendapat R1-R4, guru penjas lumayan memiliki ide dalam memodifikasi media pembelajaran seperti dalam materi permainan futsal karena bola futsal di sekolah tidak memadai guru penjas suka memaki bola plastik walaupun hasilnya kurang maksimal akan tetapi terlihat menyenangkan. c. Penerapan sarana dan prasarana Berdasarkan pendapat RA, kepala sekolah selalu berpesan kepada guru penjas manfaatkanlah atau terapkan fasilitas seadanya yang ada di sekolah atau modifikasi alat tersebut apabila sangat diperlukan dalam pembelajaran, agar proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut pendapat guru pendidikan jasmani RB, Penerapan sarana dan prasaran ini guru harus bisa memecahkan suatu permasalahan ketika kurang fasilitas yang ada di sekolah, guru selalu menerapkan modifikasi seadanya ketika fasilitas di sekolah tidak ada, seperti dalam permainan bola basket dengan drible zig-zag memaki kursi yang ada di kelas sebagai pengganti cones. Berdasarkan pendapat siswa R1-R3 bahwa, guru penjas sama sekali belum pernah menerapkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah untuk memodifikasi pembelajaran juga guru pernah menerapkan kepada siswa karena guru penjas selalu melakukan pembelajaran di ruang kelas serta teori yang terpaku pada lembar kerja siswa (LKS), Sedangkan menurut siswa R4 guru penjas pernah menerapkan sarana dan prasarana di sekolah tetapi dengan memodifikasi seadanya saja ketika dalam pembelajaran bola voli diganti menggunakan bola basket sebagai objek lempar dalam metode pemanasan permainan bola voli akan tetapi guru penjas belum pernah merapkan atau mengajak memodifikasi media pembelajaran bersama siswa. 3. Faktor penghambat guru dalam memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani a. Faktor internal yang bersumber kepada kemauan dan biaya yang dikeluarkan oleh guru Berdasarkan pendapat kepala sekolah RA, bahwa untuk hambatan guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran dari faktor internal dilihat dari keinginan atau minat dan biaya yang dikeluarkan oleh guru tersebut dalam memodifikasi media pembelajaran Berdasarkan pemaparan pendidikan jasmani RB bahwa, hambatan guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari tenaga, waktu yang lama serta biaya yang relatif mahal untuk membeli bahan-bahan modifikasi, dan juga ketika ada fasilitas atau sarana dan prasaran yang rusak dan tidak layak pakai biasanya guru tidak memodifikasi alat tersebut justru menunggu alokasi dana bantuan operasional sekolah untuk membeli fasilitas tersebut. Berdasarkan pendapat siswa R1-R4, bahwa ketidakmampuan dan minat guru dalam memodifikasi media pembelajaran, serta waktu lama dan biaya yang dikeluarkan mahal untuk membeli bahan-bahan dan juga guru tidak memiliki kekreatifitasan dalam membuat atau berinovasi kepada fasilitas yang rusak dan selalu mengandalkan alokasi dana dari sekolah saja. 86 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 b. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan, alat dan bahan ketika melakukan modifikasi media pembelajaran Berdasarkan pendapat kepala sekolah RA, hambatan yang dialami oleh guru ketika melakukan modifikasi media pembelajaran yang dilihat dari segi eksternal biasanya bahan yang sulit untuk ditemukan karena dari pandemi covid-19 pada saat ini, akan tetapi saya telalu berpesan kepada guru penjas yang ada di sekolah untuk mengkondisikan fasilitas yang ada di sekolah dan jangan menjadikan halangan ketika akan melakukan pembelajaran dengan minimnya alat olahraga yang ada di sekolah. Menurut pendapat guru penjas RB, hambatan untuk memodifikasi media pembelajaran dari segi eksternal biasanya sulit untuk menemukan bahan-bahan modifikasi media pembelajaran serta kurang pedulinya sikap siswa terhadap fasilitas yang ada di sekolah yang selalu menyimpan alat tersebut secara sembarangan akan tetapi untuk hambatan dari segi eksternal tidak sesulit dari segi internal, karena untuk hambatan dari faktor eksternal sangat jarang sekali terjadi. Berdasarkan pendapat siswa R1-R4 bahwa, hambatan guru dari faktor eksternal kurangya komunikasi guru dalam mengajak siswa untuk memodifikasi media pembelajaran padahal dari sosial guru bisa mengajak untuk memodifikasi media pembelajaran bersama. Hasil Pembahasan Dapat dibahas bahwa untuk problematika guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran bahwa permasalahan guru ketika melakukan modifikasi media pembelajaran karena kurangnya pengetahuan guru serta minat dan biaya yang dikeluarkan oleh guru dalam memodifikasi media pembelajaran karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah sangat minim guru selalu mengandalkan dana bantuan operasional sekolah untuk membeli fasilitas olahraga dibanding memodifikasinya dan guru juga selalu memanfaatkan fasilitas seadanya seperti lapangan yang ada di luar sekolah untuk meelakukan praktek. Hal ini diperkuat (Putri, Fiana Tami, Mulyadi, 2021) oleh karena itu memodifikasi media pembelajaran tidak lepas dari suatu permasalahan yang dihadapi seperti kurang terampilnya guru dalam merancang media pembelajaran dan belum siapnya biaya untuk membeli bahan-bahan untuk memodifikasi media pembelajaran, dengan ini bahwa guru harus bisa mengkondisikan sarana dan prasarana ketika minimnya fasilitas yang ada di sekolah, oleh karena itu guru harus bisa kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Gambaran guru dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dibahas bahwa guru harus memiliki sikap dan ide kreatif dalam menerapakan modifikasi media pembelajaran agar bisa memecahkan suatu permasalahan yang di hadapai ketika melakukan modifikasi, ketika sarana dan prasarana minim di sekolah guru selalu melakukan modifikasi seadanya saja dengan sikap dan ide guru yang dimilikinya ketika waktu praktek di lapangan seperti dalam praktek lari zig-zag yang memakai pot bunga sebagai patokannya, hal ini sesuai dengan pendapat (Wolomasi et al., 2019) komitmen serta kinerja guru dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari sikap serta kemauan guru, diantaranya beberapa sikap dan kemauan guru yang berdasarkan komitmen secara individu maupun kelompok, diataranya: 1) Memiliki integritas yang kuat dalam berkomitmen serta kinerja dalam melaksanakan kewajiban, 2) memiliki pengaruh besar terhadap sikap dan kemauan guru dalam berinovasi secara individu maupun kelompok, 3) menumbuhkembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam memodifikasi fasilitas-fasilitas yang kurang. Faktor yang menghambat guru dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal, untuk faktor internal hambatan dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari tenaga dan waktu pembuatan yang lama serta biaya yang dikeluarkan relatif mahal untuk membeli bahan-bahan modifikasi. Untuk hambatan dalam memodifikasi media 87 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 pembelajaran dari segi eksternal dapat dilihat dari lingkungan karena sulitnya mencari bahan-bahan modifikasi akibat pandemi covid-19 dan kurangnya sosial guru dalam mengajak siswa untuk memodifikasi media pembelajaran bersama-sama, hal ini dijelaskan oleh (Dr. Amka, 2020) hambatan yang dialami oleh guru ketika melakukan modifikasi media pembelajaran dapat di lihat dari segi faktor internal yang diantaranya: 1) tidak mempunyai minat serta komitmen dalam menyikapi kekurangan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, 2) serta terlalu mengandalkan pihak luar untuk bisa mengganti fasilitas yang sudah tidak bisa dipakai dalam pembelajaran, 3) kurangnya biaya yang dikeluarkan guru untuk melakukan modifikasi media pembelajaran, ketidakpercayaan dalam melakukan modifikasi sehingga dapat mengurangi minat guru dalam berinovasi untuk hal-hal yang baru. Adapun hambatan guru dalam memodifikasi media pembelajaran dari segi faktor eksternal, diantaranya: 1) kurangnya terjangkaunya lingkungan yang ada di sekolah sehingga guru tidak bisa memanfaatkan lingkungan sekitar yang ada di sekolah dalam melakukan proses belajar mengajar, 2) sulitnya bahan modifikasi yang ditemukan di lingkungan sekitar, 3) kondisi lingkungan sekitar yang kurang memadai untuk dijadikan sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar. SIMPULAN Bedasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa problematika yang dihadapi oleh guru penjas dalam memodifikasi media pembelajaran dapat dilihat dari biaya yang cukup mahal untuk membeli bahan-bahan modifikasi, waktu yang cukup lama untuk memodifikasi karena kebanyakan fasilitas olahraga yang ada di sekolah sudah rusak serta kurangnya pengetahuan guru dalam memodifikasi media pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus bisa berinovasi dalam membuat hal-hal yang baru seperti memodikasi fasilitas olahraga rusak agar pembelajaran pendidikan jasmani bisa lebih efektif lagi serta siswa ikut termotivasi dan antusias dalam melakukan proses pembelajaran dan pembelajaran tidak terpaku kepada pengisian lembar kerja siswa didalam kelas. DAFTAR PUSTAKA Anggorowati, K. D. (2022). Analisis problematika pembelajaran daring prodi penjas dimasa pandemi covid-19. 9, 10–21. Ayu, M., Sari, F. M., & Muhaqiqin, M. (2021). Pelatihan guru dalam penggunaan website grammar sebagai media pembelajaran selama pandemi. Al-Mu’awanah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 49–55. Budi, D. R. (2021). Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani. Jurnal Olahraga, 4(1), 1–20. Budiyono, B. (2020). Inovasi Pemanfaatan Teknologi Sebagai Media Pembelajaran di Era Revolusi 4.0. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 6(2), 300. https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2475 Chaerul, A., & Nugroho, S. (2021). Persepsi Siswa Kelas X Sman 1 Palimanan Terhadap Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jurnal Speed (Sport, Physical Education AND EMPOWERMENT), 4(Agustus), 26–31. https://journal.unsika.ac.id/index.php/speed/article/view/3954 Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1–6. 88 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 Dr. Amka, M. s. (2020). Buku Efektivitas Guru Pendidikan Khusus (Gpk) Sekolah Inklusif. Harahap, D. N. (2020). Buku peneliatan kualitatif. Penelitian Kualitatif. Mukarromah, A., & Andriana, M. (2022). Peranan Guru dalam Mengembangkan Media Pembelajaran. 1(1). Mustafa, P. S., & Masgumelar, N. K. (2022). Kajian Review: Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Biormatika: Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 8(1), 31–49. http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/view/1093 Nopiyanto, Y. E., Pujianto, D., & Bengkulu, U. (2022). PROSES PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR. 10(2), 28–34. Nurfadillah, S., Rofiqoh Azhar, C., Aini, D. N., Apriansyah, F., Setiani, R., & Tangerang, U. M. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sd Negeri Pinang 1. BINTANG : Jurnal Pendidikan Dan Sains, 3(1), 153–163. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang Prawira, A. Y., Gemael, Q. A., & Prabowo, E. (2021). Peningkatan hasil belajar renang gaya bebas dengan penerapan modifikasi alat bantu. Jurnal Speed (Sport, Physical Education AND EMPOWERMENT), 4(November), 86–92. Putri, Fiana Tami, Mulyadi, S. (2021). Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD. 1(1), 9–21. Rahma, F. I. (2019). MEDIA PEMBELAJARAN ( kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran bagi Anak Sekolah Dasar ). Jurnal Studi Islam: Pancawahana, 14(2), 87–99. Rozi, F., Rahma Safitri, S., Latifah, I., & Wulandari, D. (2021). Tiga Aspek dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(1), 239. https://doi.org/10.33394/jk.v7i1.3220 Santoso, D. A. (2019). Peran Pengembangan Media Terhadap Keberhasilan Pembelajaran PJOK di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional IPTEK …, 12–16. https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/semnassenalog/article/view/585 Sulaeman, W., Dimyati, A., & Yuda, A. K. (2021). MOTIVASI SISWI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMAN1 TEMPURAN. Jurnal Speed (Sport, Physical Education AND EMPOWERMENT), 4 (November), 129–137. Utomo, M. A. S., Muhyi, M., & Wiyarno, Y. (2020). Pengembangan Modifikasi Media Pembelajaran 89 JSPEED, Volume 5 Nomor 01 Mei 2022 untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 6(1), 56–73. Wolomasi, A. K., Werang, B. R., & Asmaningrum, H. P. (2019). Komitmen Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Semangat dan Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar. Musamus Journal of Primary Education, 2(1), 13–23. https://doi.org/10.35724/musjpe.v2i1.1572 Yono, T., & Sodikin, F. A. (2020). Modifikasi Bola Plastik sebagai Media Pembelajaran Bola Voli. Sparta, 2(2), 26–31. https://doi.org/10.35438/sparta.v2i2.170 Zain, N. H., Sayekti, I. C., & Eryani, R. (2021). Problematika Pembelajaran Daring pada Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1840–1846. 90