COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting
Volume 7 Nomor 3, Tahun 2024
e-ISSN : 2597-5234
CONSUMPTION VALUES, ATTITUDE, PLACE IDENTITY, PLACE
DEPENDENCE AS ANTECEDENTS OF REVISIT INTENTION (STUDY ON
STREET FOOD VISITORS IN BANDUNG)
CONSUMPTION VALUES, ATTITUDE, PLACE IDENTITY, DAN PLACE
DEPENDENCE SEBAGAI ANTESEDEN REVISIT INTENTION (STUDI PADA
PENGUNJUNG STREET FOOD DI KOTA BANDUNG)
Fina Syaidah1, Yadi Ernawadi2
Manajemen, Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi1,2
finasyaidah_20p057@mn.unjani.ac.id1, yadi.ernawadi@lecture.unjani.ac.id2
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the factors that affect revisit intention Lengkong street food
visitors as many as 100 respondents have experienced eating food in Lengkong street food Bandung. The
cross-sectional method is used to obtain data. The instrument passed the validity and reliability tests
which include convergent validity, discriminant validity, and composite reliability. The data analysis
technique used is structural equation modeling (SEM) using Smart-PLS version 3.0. Of the 10 proposed
research hypotheses, 9 of them are supported by empirical data. The findings of this study show that taste
value, price value, social value, emotional value, and epistemic value have a positive effect on attitude.
Then, attitude has a positive effect on revisit intention through place identity and place dependence. The
results of this study are expected to provide benefits for further research and the management of the
assessed object or similar culinary industry related to the design of relevant strategies to improve the
quality of these attributes. The thing that distinguishes this study from previous research is the addition of
place identity and place dependence as the antecedent of revisit intention. Researchers are further
advised to explore other factors that may influence revisit intention.
Keywords: Taste Value, Health Value, Price Value, Social Value, Emotional Value, Epistemic Value,
Attitude, Place Identity, Place Dependence, and Revisit Intention.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi revisit intention pengunjung
Lengkong street food sebanyak 100 responden telah berpengalaman mengonsumsi makanan di Lengkong
street food Kota Bandung. Metode cross-sectional digunakan untuk mendapatkan data. Instrumen
dinyatakan lolos uji validitas dan reliabilitas yang meliputi convergent validity, discriminant validity, dan
composite reliability. Teknik analisis data yang digunakan adalah structural equation modelling (SEM)
dengan menggunakan alat bantu Smart-PLS versi 3.0. Dari 10 hipotesis penelitian yang diusulkan, 9
diantaranya didukung oleh data empiris. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa taste value, price
value, social value, emotional value, dan epistemic value berpengaruh positif terhadap attitude. Lalu,
attitude berpengaruh positif terhadap revisit intention melalui place identity dan place dependence. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya dan pihak pengelola
objek yang dinilai atau industri kuliner yang sejenis terkait perancangan strategi yang relevan dengan
peningkatan kualitas atribut tersebut. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah ditambahkannya place identity dan place dependence sebagai sebagai anteseden dari revisit
intention. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi faktor lain yang dapat mempengaruhi
revisit intention.
Kata kunci: Taste Value, Health Value, Price Value, Social Value, Emotional Value, Epistemic Value,
Attitude, Place Identity, Place Dependence, dan Revisit Intention.
pertama yang harus dipenuhi adalah
kebutuhan
fisiologis
diantaranya
kebutuhan untuk pemenuhan rasa lapar
melalui makanan (Bujuri, 2018).
Makanan diperlukan manusia sebagai
energi utama untuk menjalankan
PENDAHULUAN
Manusia
tentunya
memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai
upaya untuk bertahan hidup serta
mewujudkan kesejahteraan hidupnya
(Radissa et al., 2020). Kebutuhan
4804
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
aktivitasnya sehari-hari (Nuari et al.,
2020). Ridha & Amalia (2018)
mengemukakan bahwa pada saat ini,
kegiatan makan bukan hanya ditujukan
untuk pemenuhan rasa lapar, tetapi juga
ditujukan sebagai ajang bersosialisasi
dan rekreasi untuk mendapatkan
kesenangan dan pengalaman baru. Salah
satu cara yang dapat dilakukan agar
dapat memenuhi kebutuhan akan rasa
lapar sekaligus juga dapat merasakan
nuansa
wisata
adalah
dengan
mengunjungi wisata kuliner (Tohar &
Wibawanto,
2021).
Berdasarkan
perspektif
bisnis,
hal
tersebut
merupakan peluang besar yang dapat
dimanfaatkan para pelaku bisnis di
Indonesia khususnya dalam bidang
kuliner untuk terus menciptakan inovasi
pada makanan diiringi dengan suasana
makan yang menarik (Ariyanti, 2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
bahwa industri kuliner di Indonesia
mengalami peningkatan dimana pada
kuartal I 2023 meningkat 5,33% sebesar
Rp206,19 triliun dibandingkan kuartal I
2022 yang hanya bernilai Rp195,75
triliun. Peningkatan tersebut juga turut
dipengaruhi oleh peningkatan kuliner di
Kota Bandung yang terus mengalami
perkembangan (Nurdiansyah et al.,
2023). Setyawan et al. (2023)
mengemukakan
bahwa
Bandung
dikenal sebagai “surga tukang jajan”
yang menyediakan beragam kuliner
dengan hidangan yang unik, enak, dan
menarik. Salah satu kuliner yang
digemari masyarakat Bandung adalah
jajanan kaki lima atau street food yang
berlokasi
di
beberapa
tempat
diantaranya Sudirman Street, sepanjang
jalan Dipati Ukur, Lengkong street
food, pasar cisangkuy, serta sepanjang
jalan Cibadak (Humas Kota Bandung,
2022). Lengkong street food adalah
salah satu pusat wisata kuliner yang
cukup terkenal di Kota Bandung
(Maulana et al., 2023).
Lengkong street food berlokasi di
Jl. Lengkong Kecil dekat dengan titik
nol Kota Bandung Jalan Asia Afrika
(Nurjaman et al., 2023). Street food
sangat digemari masyarakat Indonesia
karena harga jualnya yang cukup
terjangkau
namun
tetap
dapat
menyajikan kualitas rasa yang juara
serta tidak kalah dari makanan restoran
(Ikramah & Nusuary, 2023). Namun
demikian, data yang diperoleh dari
Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN) tentang Indeks Daya Saing
Daerah (IDSD), Kota Bandung hanya
mampu berada di peringkat kedua
dengan poin 4,12 masih tertinggal dari
Kota
Semarang
yang
mampu
mendapatkan poin hingga 4,16. Salah
satu indikator yang digunakan untuk
mengukur IDSD tersebut adalah ukuran
pasar yang diukur berdasarkan nilai
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Tinggi rendahnya PDRB
mencerminkan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah salah satunya pertumbuhan
pada sektor kuliner (Hutapea et al.,
2020); (Santoso et al., 2021). Kontribusi
sektor kuliner terhadap PDRB salah
satunya dimanifestasikan dalam bentuk
jumlah pengunjung terhadap suatu
kawasan wisata kuliner. Dengan
demikian,
fenomena
tersebut
mengindikasikan adanya masalah dalam
revisit intention pengunjung kuliner di
Kota Bandung termasuk Lengkong
street food. Hal tersebut diperkuat dari
wawancara peneliti pada 7 November
2023 terhadap pengelola Lengkong
street food, pedagang, penanggung
jawab parkir, serta pengunjung.
Pengelola Lengkong street food yakni
Jimmy (63 tahun) mengemukakan
bahwa memasuki tahun 2023 terjadi
penurunan pada jumlah tenant. Setelah
dikonfirmasi terhadap tiga pedagang
dan
penanggung
jawab
parkir,
didapatkan informasi bahwa pendapatan
mereka cenderung rendah dan tidak
4805
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
mampu
mencapai
target
yang
ditetapkan. Peneliti juga mendapatkan
konfirmasi dari dua pengunjung yakni
Niken (23 tahun) dan Violin (24 tahun)
yang menyatakan intensitas mereka
dalam mengunjungi kembali Lengkong
street food sudah menurun dikarenakan
kurangnya sarana prasarana, perubahan
preferensi makanan, serta kerapkali
terjadi kemacetan. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Fajri & Kemala
(2022) terkait pengembangan kuliner
Lengkong street food. Fenomena
tersebut dapat mengindikasikan bahwa
minat berkunjung kembali atau revisit
intention wisatawan Lengkong street
food dapat dikategorikan rendah.
Terkait
fenomena
tersebut,
penelitian
ini
dimaksudkan
menginvestigasi faktor-faktor yang
mempengaruhi revisit intention pada
objek
penelitian
merujuk
pada
konseptual yang dikembangkan Yeap et
al. (2019). Anwar et al., (2019)
mengemukakan bahwa consumption
values adalah keseluruhan penilaian
konsumen terhadap manfaat sebuah
produk yang diterima. Sementara Irvhan
et al. (2020) menjelaskan bahwa
consumption values merupakan nilainilai yang diberikan konsumen terhadap
sebuah
produk
yang
dapat
mempengaruhi
konsumen
dalam
pembelian produk tersebut. Sheth et al.
(1991) membagi consumption values
menjadi beberapa dimensi yaitu
functional
value,
social
value,
emotional value, dan epistemic value.
Functional
value
dapat
didefinisikan sebagai nilai yang
diperoleh dari atribut produk yang
memberikan kegunaan fungsional serta
dapat dirasakan pelanggan secara
langsung (Anwar et al., 2019).
Functional value dapat direfleksikan
menjadi taste value, health value, dan
price value. Taste value dapat
didefinisikan sebagai kualitas serta
kinerja suatu produk yang direfleksikan
konsumen dalam bentuk rasa, variasi,
serta tampilan produk (Choe & Kim,
2018). Yeap et al. (2019) menjelaskan
bahwa taste value berpengaruh positif
terhadap attitude wisatawan Penang
street food. Sementara itu, health value
adalah keuntungan atau kerugian
kesehatan yang diterima konsumen
dalam mengonsumsi food & baverages
di Durham (Zeithaml, 1988). Pestek &
Cinjarevic (2014) menjelaskan bahwa
health value berpengaruh positif
terhadap attitude wisatawan Bosnian
street food. Di sisi lain, price value
dapat didefinisikan sebagai risiko
finansial yang diterima konsumen saat
melakukan pembelian food product di
Nevada (Roehl & Fesenmaler, 1992).
Sementara Sheth et al. (1991)
menjelaskan bahwa price value
merupakan keuntungan yang diperoleh
konsumen
terkait
harga
yang
dibayarkan. Lal (2015) mengemukakan
bahwa price value berpengaruh positif
terhadap attitude pelanggan hint
restaurant di Chennai. Maka dapat
disimpulkan bahwa taste value, health
value, dan price value secara parsial
berpengaruh positif terhadap attitude
wisata kuliner. Lengkong street food
dipilih sebagai objek yang dinilai pada
penelitian ini yang termasuk dalam
konteks wisata kuliner. Dengan
demikian dapat diduga bahwa taste
value, health value, dan price value
secara parsial berpengaruh positif
terhadap attitude pengunjung Lengkong
street food. Berdasarkan penjelasan di
atas, diusulkan tiga hipotesis pertama
sebagai berikut:
H1: Taste value berpengaruh positif
terhadap attitude.
H2: Health value berpengaruh positif
terhadap attitude.
H3: Price value berpengaruh positif
terhadap attitude.
4806
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
Social value merupakan interaksi
sosial yang dilakukan konsumen yang
mengiringi proses mengonsumsi local
food di Hongkong (Choe & Kim, 2018).
Kim & Eves (2009) menemukan bahwa
social value berpengaruh positif
terhadap attitude wisatawan di Canada.
Sementara itu, emotional value dapat
diartikan sebagai perasaan senang yang
didapatkan
konsumen
dalam
mengonsumsi traditional food di New
England (Dagevos & Ophern, 2013).
Sheth et al. (1991) berpendapat bahwa
emotional value merupakan manfaat
yang dipersepsikan individu berupa
perasaan positif yang ditimbulkan oleh
adanya kapasitas alternatif. Bagozzi
(1996)
mengemukakan
bahwa
emotional value berpengaruh positif
terhadap attitude wisata kuliner di
Delhi. Sedangkan epistemic value dapat
didefinisikan sebagai rasa ingin tahu
dan pencarian kebaruan yang dilakukan
konsumen dalam mengonsumsi produk
makanan (Sheth et al., 1991). Ji et al.
(2016) menjelaskan bahwa epistemic
value berpengaruh positif terhadap
attitude wisatawan ekowisata di Jepang.
Maka dapat disimpulkan bahwa social
value, emotional value, dan epistemic
value secara parsial berpengaruh positif
terhadap attitude wisata kuliner.
Lengkong street food dipilih sebagai
objek yang dinilai pada penelitian ini
yang termasuk dalam konteks wisata
kuliner. Dengan demikian dapat diduga
bahwa social value, emotional value,
dan epistemic value secara parsial
berpengaruh positif terhadap attitude
Lengkong street food. Berdasarkan
penjelasan tersebut, diusulkan tiga
hipotesis berikutnya yang terdiri dari:
H4: Social value berpengaruh positif
terhadap attitude.
H5: Emotional value berpengaruh
positif terhadap attitude.
H6: Epistemic value berpengaruh
positif terhadap attitude.
Solomon (2013) mendefinisikan
attitude sebagai evaluasi keseluruhan
konsumen yang diekspresikan sebagai
perasaan suka atau tidak suka terhadap
wisata kuliner. Woosnam et al. (2016)
menjelaskan
bahwa
attitude
berpengaruh positif terhadap place
identity wisata budaya di Nigeria. Selain
daripada itu, attitude juga berpengaruh
positif terhadap place dependence
wisata budaya di Nigeria. Maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial
attitude berpengaruh positif terhadap
place identity dan place dependence
wisata kuliner. Lengkong street food
dipilih sebagai objek yang dinilai pada
penelitian ini yang termasuk dalam
konteks wisata kuliner. Dengan
demikian dapat diduga bahwa secara
parsial attitude berpengaruh positif
terhadap place identity dan place
dependence pada Lengkong street food.
Berdasarkan temuan tersebut, diusulkan
dua hipotesis berikutnya yaitu:
H7: Attitude
berpengaruh
positif
terhadap place identity.
H8: Attitude
berpengaruh
positif
terhadap place dependence.
William
&
Vaske
(2003)
mengemukakan bahwa place identity
adalah keterikatan emosional dan
simbolis konsumen pada suatu tempat.
Loureiro (2014) menemukan bahwa
place identity berpengaruh positif
terhadap revisit intention rural tourism
di Portugal. Adapun place dependence
diartikan sebagai keterikatan emosional
terhadap tempat tertentu yang timbul
karena tempat tersebut memenuhi
tujuan dan keinginan individu apabila
dibandingkan dengan tempat lainnya
(Stokols
&
Shumaker,
1981).
Kaltenborn
&
Williams
(2009)
menjelaskan bahwa place dependence
berpengaruh positif terhadap revisit
intention nature tourism di Norwegia.
Maka dapat disimpulkan bahwa place
identity dan place dependence secara
4807
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
parsial berpengaruh positif terhadap
revisit
intention
wisata
kuliner.
Lengkong street food dipilih sebagai
objek yang dinilai pada penelitian ini
yang termasuk dalam konteks wisata
kuliner. Dengan demikian dapat diduga
bahwa place identity dan place
dependence secara parsial berpengaruh
positif terhadap revisit intention
Lengkong street food. Revisit intention
dapat didefinisikan sebagai perilaku
pengunjung yang ingin berkunjung
kembali, merekomendasikan kepada
orang lain, dan memilih destinasi
sebagai pilihan utama (Cahyani &
Ritonga,
2023).
Berdasarkan
penjelaskan di atas, diusulkan dua
hipotesis terakhir sebagai berikut:
H9: Place identity berpengaruh positif
terhadap revisit intention.
H10: Place dependence.berpengaruh
positif terhadap revisit intention.
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Loading
Factor
Loading Factor
Variabel Manifest
Taste value (X1)
Makanan di Lengkong street food
memiliki rasa yang lezat
Makanan di Lengkong street food
bervariasi
Makanan di Lengkong street food
berkualitas baik
Health value (X2)
Makanan di Lengkong street food
higienis
Makanan di Lengkong street food
aman dikonsumsi
Makanan di Lengkong street food
baik bagi kesehatan fisik dan mental
Price value (X3)
Harga makanan di Lengkong street
food rasional
Harga makanan di Lengkong street
food sebanding dengan kualitasnya
Social value (X4)
Lengkong street food memberikan
kesempatan bertemu orang baru
Lengkong street food memberikan
kesempatan mempererat hubungan
dengan teman dan keluarga
Lengkong street food mendapatkan
kesempatan berinteraksi dengan
penjual
Emotional value (X5)
Lengkong street food membuat saya
senang
Lengkong street food membuat saya
bersemangat untuk berkuliner
Epistemic value (X6)
Lengkong street food memberikan
kesempatan mempelajari makanan
baru
Lengkong street food memberikan
pengalaman kuliner Bandung yang
autentik
Lengkong street food membuat saya
ingin mencoba lebih banyak jenis
makanan
Attitude (Y1)
Saya merasakan pengalaman yang
baik dengan Lengkong street food
Saya menyukai Lengkong street
food
Place identity (Y2)
Saya merasa Lengkong street food
merupakan bagian dari diri saya
Lengkong street food istimewa
untuk saya
Saya merasakan ikatan dengan
Lengkong street food
Place dependence (Y3)
Tidak ada tempat yang bisa saya
bandingkan dengan Lengkong street
food
Saya mendapatkan kepuasan saat
mengunjungi Lengkong street food
dibandingkan dengan tempat lain
Saya merasa nyaman saat berada di
Lengkong street food
Revisit intention (Z)
Saya bersedia untuk berkunjung
kembali ke Lengkong street food
Saya bersedia merekomendasikan
Lengkong street food kepada orang
lain
Saya memilih Lengkong street food
sebagai pilihan utama
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei yaitu
metode penelitian yang mengambil data
dari sampel dengan menggunakan
kuesioner yang bertujuan untuk
melakukan uji hipotesis sekaligus
menjelaskan
hubungan
kausalitas.
Instrumen penelitian ini telah lulus uji
validitas dan reliabilitas melalui
pengukuran outer model yang terdiri
atas convergent validity, discriminant
validity dan composite reliability.
Perangkat lunak yang digunakan dalam
ketiga tahap ini adalah Smart-PLS versi
3.0. Semua nilai loading factor ≥ 0,70
yang mengandung arti bahwa semua
ukuran dari setiap variabel dapat
digunakan
mengukur
apa
yang
seharusnya
diukur.
Selanjutnya,
berdasarkan uji discriminant validity
menunjukkan nilai cross loading yaitu
nilai korelasi variabel manifest dengan
korelasi setiap variabel laten lebih
tinggi dari nilai korelasi lainnya.
Composite
Realibility
0,842
0,852
0,714
0,827
0,849
0,866
0,748
0,806
0,755
0,821
0,735
0,862
0,826
0,819
0,820
0,739
0,764
0,767
0,847
0,838
0,731
0,844
0,858
0,860
0,874
0,868
0,844
0,785
0,857
0,822
0,793
0,778
0,765
0,798
0,660
0,748
0,847
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Cross
Loading
4808
Simbol
Ukuran
TV
HV
PV
SV
EV
TV1
0,852
0,256
0,385
0,598
0,459
0,480 0,641 0,378 0,391 0,505
TV2
0,714
0,407
0,404
0,395
0,607
0,568 0,551 0,194 0,222 0,493
TV3
0,827
0,235
0,395
0,564
0,512
0,470 0,639 0,440 0,469 0,480
HV1
0,305
0,866
0,663
0,388
0,185
0,355 0,415 0,391 0,256 0,368
EPV
A
PI
PD
RI
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
HV2
0,287
0,748
0,584
0,283
0,219
0,362 0,354 0,333 0,209 0,294
HV3
0,299
0,806
0,364
0,286
0,320
0,404 0,322 0,282 0,191 0,364
PV1
0,453
0,634
0,821
0,432
0,354
0,443 0,545 0,375 0,290 0,472
PV2
0,302
0,407
0,735
0,315
0,209
0,416 0,459 0,340 0,268 0,342
SV1
0,543
0,207
0,327
0,826
0,377
0,405 0,521 0,623 0,540 0,429
SV2
0,606
0,395
0,433
0,819
0,459
0,475 0,633 0,437 0,355 0,412
SV3
0,456
0,367
0,424
0,820
0,224
0,436 0,564 0,600 0,429 0,379
EV1
0,554
0,210
0,267
0,327
0,764
0,390 0,470 0,244 0,311 0,476
EV2
0,443
0,236
0,297
0,339
0,767
0,394 0,473 0,263 0,293 0,403
EPV1
0,496
0,406
0,483
0,494
0,403
0,838 0,625 0,423 0,264 0,472
EPV2
0,499
0,351
0,392
0,429
0,341
0,731 0,572 0,349 0,248 0,463
EPV3
0,521
0,348
0,452
0,367
0,494
0,844 0,561 0,266 0,218 0,577
A1
0,646
0,408
0,566
0,575
0,483
0,605 0,860 0,468 0,408 0,600
A2
0,680
0,380
0,556
0,641
0,583
0,659 0,874 0,506 0,369 0,611
PI1
0,417
0,393
0,392
0,649
0,303
0,384 0,502 0,844 0,637 0,501
PI2
0,288
0,271
0,416
0,480
0,270
0,419 0,466 0,785 0,443 0,485
PI3
0,358
0,378
0,328
0,517
0,245
0,267 0,423 0,857 0,566 0,465
PD1
0,336
0,189
0,321
0,509
0,356
0,162 0,335 0,554 0,793 0,414
PD2
0,347
0,236
0,241
0,380
0,238
0,267 0,335 0,533 0,778 0,458
PD3
0,384
0,212
0,278
0,356
0,328
0,274 0,374 0,466 0,765 0,442
RI1
0,548
0,280
0,392
0,366
0,496
0,506 0,585 0,284 0,285 0,660
RI2
0,472
0,304
0,367
0,284
0,403
0,509 0,500 0,422 0,433 0,748
RI3
0,436
0,368
0,447
0,467
0,445
0,447 0,544 0,563 0,514 0,847
Tabel 3. Profil Responden
Keterangan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
17 – 26 tahun
27 – 42 tahun
43 – 58 tahun
Domisili
Kabupaten
Bandung Barat
Kota Bandung
Kota Cimahi
Kuningan
Lembang
Pangandaran
Purwakarta
Sukabumi
Tasikmalaya
Yogyakarta
Pekerjaan
IRT
Karyawan Swasta
Pegawai Negeri
Pelajar/mahasiswa
Polisi
TNI
Wirausaha
Penelitian ini akan melibatkan
sampel dari populasi konsumen yang
pernah berkunjung dan mengonsumsi
makanan di Lengkong street food Kota
Bandung minimal 1 kali dengan usia
minimal 17 tahun. Hal tersebut
ditetapkan berdasarkan data empiris
yang menunjukkan bahwa mayoritas
pengunjung Lengkong street food
adalah semua kalangan usia serta
jenjang usia tersebut dianggap sudah
memiliki kemampuan kognitif yang
cukup
untuk
menjawab
semua
pernyataan yang ada pada kuesioner.
Jumlah sampel pada penelitian ini
ditetapkan
sebanyak
100
orang
responden sebagaimana ditampilkan
pada
tabel
3.
Sementara
itu,
convenience sampling digunakan untuk
dalam pengumpulan data dari responden
terkait
karakteristik
pengunjung
Lengkong street food yang bergerak.
Orang
Jumlah
Persentase
36
64
36%
64%
60
23
17
60%
23%
17%
4
3%
62
27
1
1
1
1
1
1
1
62%
27%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
4
12
23
45
2
3
11
4%
12%
23%
45%
2%
3%
11%
Jenis data dalam penelitian ini
termasuk ke dalam data primer yang
bersumber dari pengunjung yang
pernah berkunjung dan mengonsumsi
makanan di Lengkong street food Kota
Bandung minimal 1 kali. Berdasarkan
horizon
waktu
dalam
proses
pengumpulan data maka penelitian ini
diklasifikasikan sebagai crosssectional
studies di mana data dikumpulkan
hanya sekali dalam satu periode waktu
yaitu satu minggu Proses pengumpulan
data
dilakukan
dengan
cara
menyebarkan
kuesioner
secara
langsung dengan menggunakan google
forms. Partial least square (PLS)
structural equation modelling (SEM)
versi 3 berbasis varian digunakan untuk
membangun dan menguji model
statistik.
Berdasarkan
hasil
uji
kecocokan model dengan menggunakan
4809
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
menu model fit pada SEM-PLS
diketahui bahwa standardized root
mean square residual (SRMR) sebesar
0,093 < 0,10 dan normal fit index (NFI)
sebesar 0,490 berada di antara 0,001,00 yang mengandung makna bahwa
model dinyatakan cocok (fit) sehingga
dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
yang dirasakan dan perasaan suka pada
Lengkong street food. Sementara price
value memberikan kontribusi terhadap
timbulnya attitude pada urutan kedua
dengan koefisien jalur sebesar 0.261.
Pada tingkat yang lebih konkrit temuan
ini menunjukkan bahwa adanya
rasionalitas biaya dan keselarasan biaya
dengan kualitas makanan memberikan
dampak pada pengalaman yang
dirasakan dan perasaan suka pada
destinasi tersebut. Kemudian, taste
value memberikan kontribusi urutan
ketiga terhadap timbulnya attitude
dengan koefisien 0,252. Artinya
kelezatan makanan, variasi makanan,
dan kualitas makanan memberikan
dampak pada timbulnya pengalaman
yang dirasakan dan perasaan suka pada
destinasi tersebut. Selain itu, social
value memberikan kontribusi terhadap
timbulnya attitude pada urutan keempat
dengan koefisien jalur sebesar 0,238.
Temuan
ini
menggambarkan
kesempatan bertemu orang baru,
mempererat hubungan, dan berinteraksi
dengan penjual memberikan dampak
pada timbulnya pengalaman yang
dirasakan dan perasaan suka pada
destinasi tersebut. Kemudian, emotional
value memberikan kontribusi urutan
kelima terhadap timbulnya attitude
dengan koefisien jalur sebesar 0,139.
Temuan ini menunjukkan bahwa adanya
perasaan
senang
dan
perasaaan
bersemangat memeberikan dampak
pada timbulnya pengalaman yang
dirasakan dan perasaan suka pada
destinasi
tersebut.
Selanjutnya,
diketahui bahwa hanya Health value
yang tidak berpengaruh terhadap
attitude. Inferensi logis dari hasil
hipotesis pertama sampai kelima
menggambarkan bahwa hasil penelitian
ini mendukung temuan Ji et al. (2019);
Choe & Kim (2018), Lal. (2015), Yeap
et al. (2019), Kim & Eves, (2019), dan
Bagozzi, (1996).
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
PENELITIAN
Informasi
sebelumnya
menunjukkan bahwa model yang
diusulkan dinyatakan cocok (fit)
sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam menguji hipotesis statistik.
Prosedur bootsraping digunakan untuk
menentukan status hipotesis dengan
cara membandingkan t-statistic dengan
t-table sebesar 1,65 membandingkan pvalue dengan nilai α 0,05 pada
pengujian satu arah. Hasil pengujian
ketiga
belas
hipotesis
statistik
ditampilkan pada tabel 4 sebagai
berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji
Hipotesis Statistik
DESKRIPSI HIPOTESIS
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
Taste value → Attitude
Health value → Attitude
Price value → Attitude
Social value → Attitude
Emotional value → Attitude
Epistemic value → Attitude
Attitude → Place identity
Attitude → Place dependence
Place identity → Revisit
H9
intention
Place dependence → Revisit
H10
intention
KOEFISIEN JALUR
T-STATISTIC
PVALUE
0.252
-0.071
0.261
0.238
0.139
0.262
0.562
0.448
3.299
1.081
2.769
3.249
2.025
2.962
5.758
4.000
0.000
0.140
0.003
0.001
0.021
0.002
0.000
0.000
0.378
3.156
0.001
0.312
2.855
0.002
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis diketahui bahwa 9 dari 10
hipotesis didukung data empiris
sementara, hipotesis H2 tidak didukung
data empiris dari penelitian. Epistemic
value
memberi kontribusi terbesar
terhadap timbulnya attitude dengan
koefisien jalur sebesar 0,262. Temuan
ini menggambarkan kesempatan untuk
mempelajari makanan baru, pengalaman
kuliner yang autentik, dan mencoba
banyak jenis makanaan memberikan
dampak pada timbulnya pengalaman
4810
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
pilihan utama. Inferensi logis tersebut
menggambarkan bahwa hasil penelitian
ini mendukung temuan Kaltenborn &
Williams (2009).
Attitude ditemukan memberikan
kontribusi paling tinggi terhadap
timbulnya place identity dengan
koefisien jalur sebesar 0,562. Temuan
ini menggambarkan pengalaman yang
dirasakan pengunjung dan perasaan
suka pada Lengkong street food
memberikan dampak pada timbulnya
perasaaan mengenai destinasi tersebut
menjadi bagian dari diri, istimewa, dan
terikat bagi pengunjung. Kemudian,
attitude
memberikan
kontribusi
terhadap timbulnya place dependence
pada urutan kedua dengan koefisien
jalur
sebesar
0,448.
Artinya,
pengalaman yang dirasakan pengunjung
dan perasaan suka pada destinasi
tersebut memeberikan dampak pada
timbulnya
peasaan
puas
saat
berkunjung, perasaan nyaman, dan tidak
ada tempat lain yang bisa dibandingkan
dengan destinasi tersebut. Inferensi
logis tersebut menggambarkan bahwa
hasil peneliti ini mendukung temuan
Woosnam et al. (2016).
Hasil
penelitian
ini
juga
menemukan bahwa place identity
memberikan kontribusi paling tinggi
terhadap revisit intention dengan
koefisien
jalur
sebesar
0,378.
Menunjukkan adanya perasaan bahwa
Lengkong street food menjadi bagian
dari
diri
pengunjung,
perasaan
istimewa,
dan
perasaan
terikat
memberikan dampak pada timbulnya
kesediaan
pengunjung
untuk
berkunjung
kembali,
merekomendasikan kepada orang lain,
dan memilih Lengkong street food
sebagai pilihan utama. Sementara, place
dependence memberikan kontribusi
terhadap timbulnya revisit intetnion
pada urutan kedua dengan koefisien
jalur sebesar 0,312. Temuan ini
menunjukkan
adanya
kesediaan
pengunjung untuk berkunjung kembali,
merekomendasikan kepada orang lain,
dan memilih destinasi tersebut sebagai
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menemukan
bahwa taste value, price value, social
value, emotional value, dan epistemic
value berpengaruh positif terhadap
attitude. Di sisi lain, health value tidak
berpengaruh
terhadap
attitude.
Kemudian, attitude berpengaruh positif
terhadap place identity dan attitude juga
berpengaruh positif terhadap place
dependence. Selanjutnya, ditemukan
bahwa place identity dan place
dependence
berpengaruh
positif
terhadap revisit intention dan place
dependence juga berpengaruh terhadap
revisit intention.
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat dikemukakan beberapa saran yang
ditujukan
untuk
para
peneliti
selanjutnya di masa yang akan datang.
Hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah
berupa penambahan variabel place
identity dan place dependence ke dalam
model konseptual yang dikembangkan
Yeap et al. (2019). Adapun keterbatasan
dari penelitian ini yaitu terdapat pada
karakteristik
populasi
responden,
jumlah responden, dan lokus penelitian.
Keterbatasan pertama didasarkan pada
karakteristik populasi responden yang
hanya difokuskan pada masyarakat
dengan rentang usia 17-58 tahun.
Dengan demikian, peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian dengan
memperluas rentang usia responden
karena target pasar Lengkong street
food juga menyasar pada rentang usia
diluar usia 17-58 tahun. Keterbatasan
kedua
didasarkan
pada
jumlah
responden yang hanya melibatkan 100
sampel. Dengan demikian, peneliti
4811
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
dan regulasi sebagai dasar dalam
menjaga kesehatan dan keamanan
makanan.
Selanjutnya,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
price value, disarankan diadakan
pelatihan manajemen keuangan terkait
pengelolaan
biaya,
pencatatan
keuangan, dan perencanaan anggaran.
Kemudian, untuk mempertahankan dan
meningkatkan social value, disarankan
diadakan program keuntungan khusus
seperti program “ngajak babaturan”
dimana penjual akan memberikan
keuntungan kepada pembeli yang
mengajak pembeli lainnya untuk
membeli produk makanan di Lengkong
street
food.
Selanjutnya,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
emotional value, disarankan diadakan
program diskon dan promosi khusus
untuk event tertentu atau hari-hari
spesial.
Kemudian,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
epistemic value, disarankan diadakan
program pertunjukan budaya atau
pameran terkait tradisi makanan dari
berbagai daerah khususnya daerah Jawa
Barat.
Selanjutnya,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
attitude, disarankan diadakan program
sosialisasi terkait pelayanan pelanggan
yang ramah dan responsif untuk para
penjual.
Kemudian,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
place identity, disarankan diadakan
program loyalitas berbasis aplikasi,
yang dimana aplikasi tersebut akan
membuat pengunjung mendapatkan
poin setiap kali mereka membeli dan
memberikan hadiah atau diskon khusus
melalui aplikasi sebagai bentuk
penghargaan
atas
keberlanjutan
kunjungan.
Selanjutnya,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
place dependence, disarankan diadakan
program penyediaan fasilitas yang
memadai seperti tempat duduk yang
selanjutnya
dapat
melakukan
melibatkan lebih banyak responden agar
dapat
lebih
mengeneralisasi.
Keterbatasan ketiga didasarkan pada
lokus penelitian yang hanya difokuskan
pada Lengkong street food. Dengan
demikian, peneliti berikutnya dapat
melakukan penelitian dengan lokus
berbeda yang juga dapat mewakili
wisata kuliner di Kota Bandung. Selain
itu, penelitian ini menemukan bahwa
health value tidak berpengaruh terhadap
attitude. Dengan demikian, peneliti
selanjutnya
disarankan
untuk
mengeksplorasi faktor lain yang dapat
mempengaruhi
revisit
intention.
Sehubungan dengan tujuan penelitian
ini adalah untuk memberikan solusi atas
rendahnya revisit intention Lengkong
street food pada industri kuliner di Kota
Bandung, maka penting bagi pengelola
Lengkong street food memahami faktorfaktor yang dapat meningkatkan revisit
intention.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa revisit intention
dipengaruhi oleh taste value, price
value, social value, emotional value,
epistemic value, attitude, place identity,
dan place dependence.
Pengelola Lengkong street food
dapat merancang program experiential
marketing yang relevan dengan taste
value, health value, price value, social
value, emotional value, epistemic value,
attitude, place identity, dan place
dependence. Berikut adalah program
yang disarankan kepada pengelola
untuk seluruh penjual Lengkong street
food, untuk mempertahankan dan
meningkatkan taste value, disarankan
diadakan program sosialisasi dan
pelatihan memasak terkait tata cara
memasak terbaik, penyimpanan bahan
makanan yang aman, dan tren kuliner
saat
ini.
Kemudian,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan
health value, disarankan diadakan
program berupa pengawasan standar
4812
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
nyaman, payung atau tenda,
fasilitas sanitasi yang bersih.
Tradisional
Lengkong
Kecil
Sebagai Daya Tarik Wisata Kota
Bandung. Tourism Scientific
Journal, 8(1), 74–92.
Humas
Kota
Bandung.
(2022,
September 8). Cari Surga Kecil
Kuliner? Yuk ke Street Food
Lengkong.
Retrieved
from
Bandung.go.id:
https://www.bandung.go.id/news/r
ead/6968/cari-surga-kecil-kulineryuk-ke-street-food-lengkong-kecil
Hutapea1, A., Koleangan2, R. A. M.,
Rorong3, I. P. F., (2020). Analisis
Sektor Basis Dan Non Basis Serta
Daya Saing Ekonomi Dalam
Peningkatan
Pertumbuhan
Ekonomi Kota Medan. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi.
Irvhan, A., Hadi Wijoyo, S., &
Perdanakusuma, A. R. (2020).
Analisis Value terhadap Minat
Penggunaan
MyTelkomsel
menggunakan
Consumption
values
Model.
Jurnal
Pengembangan
Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer
(Vol. 4, Issue 5).
Isa, S. M., Ariyanto, H. H., & Kiumarsi,
S. (2020). The effect of place
attachment on visitors’ revisit
intentions: evidence from Batam.
Tourism Geographies, 22(1), 51–
82.
Ji, M., Wong, I. K. A., Eves, A., &
Scarles, C. (2016). Food-related
personality
traits
and
the
moderating role of noveltyseeking in food satisfaction and
travel
outcomes.
Tourism
Management, 57, 387–396.
Jin, M. L., Choi, Y., Lee, C. K., &
Ahmad, M. S. (2020). Effects of
place attachment and image on
revisit intention in an ecotourism
destination: Using an extended
model of goal-directed behavior.
dan
DAFTAR PUSTAKA
Nurdiansyah,
P.,
Karina,
N.,
Muflihussalam, H., Hidayat, &
Yapari, P. (2023). Analisis
Potensi Daya Tarik Wisata
Kuliner Sudirman Street Bandung
(Analysis Of Potential Culinary
Attractions
Sudirman
Street
Bandung).
Manajemen
dan
Pariwisata STIEPAR YAPARI
2(1).
Anwar, N. A., Mursityo, Y. T., &
Rokhmawati, R. I. (2019).
Analisis Value Terhadap Minat
Penggunaan OVO di Malang
Raya Menggunakan Consumption
values
Model.
Jurnal
Pengembangan
Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer
(Vol. 3, Issue 5).
Ariyanti. (2023). Ekosistem Kuliner
Indonesia Berstandar Global.
Badan Pusat Statistik. Kota Bandung.
2022. Kota Bandung dalam
Angka. Kota Bandung: Kantor
Statistik Kota Bandung.
Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Indeks Daya Saing Daerah 2022
Bagozzi, R. P. (1996). The Role of
Arousal in the Creation and
Control of the Halo Effect in
Attitude Models. In Psychology &
Marketing (Vol. 0, Issue 3). John
Wiley & Sons, Inc.
Bujuri, D. A., Andesta, D., Tarbiyah, I.
(2018). Jurnal Ilmiah PGMI
Analisis Kebutuhan Anak. In JIP
(Vol. 4, Issue 1).
Dagevos, H., & Voordouw, J. (2013).
Sustainability
and
meat
consumption:
is
reduction
realistic? Sustainability: Science,
Practice and Policy, 9(2), 60–69.
Fajri, K., & Kemala, Z. (2022).
Pengembangan
Kuliner
4813
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
Sebagai Wadah Ekonomi Kreatif
Di Kota Bandung. Das Sollen:
Jurnal
Kajian
Kontemporer
Hukum dan Masyarakat. 1–25.
Nasuary, F., Ikramaton, S., Ikramah, N.,
& Mirza Nusuary, F. (2023).
Noratul Ikramah Strategi Bertahan
Pedagang Street food Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Kawasan
Wisata Ulee Lheue Kota Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik.
Peštek, A., & Činjarević, M. (2014).
Tourist perceived image of local
cuisine: The case of bosnian food
culture. British Food Journal,
116(11), 1821–1838.
Ridha, M., Amalia, R. (2018) Citra
Tujuan Wisata Dan Citra Kuliner
Aceh
Serta
Pengaruhnya
Terhadap Niat Wisatawan Untuk
Kembali
Mengunjungi
Kota
Banda Aceh. Jurnal ilmiah
mahasiswa ekonomi manajemen.
3(4). 137-146.
Radissa, V. S., Wibowo, H., Humaedi,
S., & Irfan, M. (2020).
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Penyandang Disabilitas Pada
Masa Pandemi Covid-19. Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial.
Roehl, W. S., & Fesenmaier, D. R.
(1992). Risk Perceptions and
Pleasure Travel: An Exploratory
Analysis. Journal of Travel
Research, 30(4), 17–26.
Sheth, J. N., Newman, B. I., & Gross,
B. L. (1991). Why We Buy What
We Buy: A Theory of consumption
values (Vol. 22).
Setyawan, A. T., Sholihah, A., Lilik, S.,
& Rohmah, N. (2022). Kuliner
Sunda di tengah laju modernitas:
perkembangan rumah makan
Sunda di Bandung tahun 1960-an
hingga 2000-an. Historiography
Sustainability
(Switzerland),
12(18).
Kaltenborn, B. P., & Williams, D. R.
(2009). The meaning of place:
Attachments to Femundsmarka
National Park, Norway, among
tourists
and
locals.
Norsk
Geografisk Tidsskrift, 56(3), 189–
198.
Kim, S., Choe, J.Y. (2018). Effect of
tourists’ local food Cosumption
value
one
attitude,
food
destination image, and behavioral
intention. Internasional Journal of
Hospitality Management, Vol. 71,
pp. 1-10
Kim, Y.G. and Eves, A. (2012).
Construction and validation of a
scale
to
measure
tourist
motivation to consume local food.
Tourism Management. Vol. 33
No.6.pp. 1458-1467.
Kim, Y.G. and Eves, A. (2012).
Construction and validation of a
scale
to
measure
tourist
motivation to consume local food.
Tourism Management. Vol. 33
No.6.pp. 1458-1467.
Loureiro, S. M. C. (2014). The role of
the rural tourism experience
economy in place attachment and
behavioral
intentions.
International
Journal
of
Hospitality Management, 40, 1–9.
Maulana, R., Sakti Dewanto, I., Wiwi
Isnaini, M. D., Sn, S., & Ds, M.
(2022). Perancangan Branding
Wisata Street food Lengkong
Kecil Kota Bandung.
Nuari P. G., Tresnowati, I., & Putri, M.
W. (2020). Profil Tingkat
Kebugaran Jasmani Mahasiswa
Program
Studi
Pendidikan
Jasmani. Jendela Olahraga, 5(2),
27–33.
Nurjaman, K., Hilman, R., Farizky, A.,
Berliana, R., Dewi, ;, & Gustini,
R. (2023). Lengkong Street food
4814
2024. COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting 7(3):4804-4815
Stokols, D., & Shumaker, S. A. (1981).
People in places: A transactional
view of settings. In J. Harvey
(Ed.), Cognition, social behavior,
and the environment (pp. 441488). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Tohar, A. & Wibawanto Manajemen.
(2021). Pengaruh Price Fairness
terhadapPerceived Value dan
Satisfaction pada Makanan Lokal
Kebumen.
Universitas
putra
bangsa
Williams, D. R., Patterson, M. E.,
Roggenbuck, J. W., & Watson, A.
E. (1992). Beyond the commodity
metaphor: Examining emotional
and symbolic attachment to place.
Leisure Sciences, 14(1), 29–46.
Williams, D. R., & Vaske, J. J. (2003).
The Measurement of Place
attachment:
Validity
and
Generalizability
of
a
Psychometric Approach. In 830
Forest Science (Vol. 49, Issue 6).
Woosnam, K. M., Aleshinloye, K. D.,
Strzelecka, M., & Erul, E. (2016).
The Role of Place attachment in
Developing Emotional Solidarity
With Residents. Journal of
Hospitality
and
Tourism
Research, 42(7), 1058–1066.
Yeap, J. A. L., Ong, K. S. G., Yapp, E.
H. T., & Ooi, S. K. (2019).
Hungry for more: understanding
young domestic travellers’ return
for Penang street food. British
Food Journal, 122(6), 1935–
1952.
Zeithaml, V. A. (1988). Consumer
Perceptions of Price, Quality, and
Value: A Means-End Model and
Synthesis of Evidence.
4815