PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
UNTUK MENINGKATKAN KEAKURATAN PERHITUNGAN
BEBAN POKOK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
PADA UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Gusstiawan Raimanu1, Djayani Nurdin dan Muh. Yunus Kasim2
1
g.raimanu@unsimar.ac.id
(Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Dosen Program Studi Magister Manajemen, Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keakuratan perhitungan beban pokok
penyelenggaraan pendidikan pada masing-masing program studi di Universitas Sintuwu Maroso
melalui penerapan metode sistem akuntansi manajemen kontemporer Activity Based Costing
(ABC). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen universitas terkait dengan
penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode ABC yang diawali
dengan me-review sistem manajemen keuangan perguruan tinggi, identifikasi proses bisnis dan
aktivitas, identifikasi cost component, penentuan cost driver, dan mengalokasikan institution
overhead cost ke masing-masing aktivitas serta menghitung besarnya total cost dan variansi biaya
antara metode existing terhadap metode ABC. Hasil penelitian memperoleh besaran beban pokok
penyelenggaraan pendidikan di Universitas Sintuwu Maroso tahun 2015-2016 berdasarkan metode
ABC per semester adalah sebesar Rp5.871.039.799. Penerapan metode ABC telah mampu
mengalokasikan biaya aktivitas pada masing-masing program studi secara tepat berdasarkan
konsumsi masing-masing aktivitas serta dapat meningkatkan keakuratan perhitungan beban pokok
per semester masing-masing program studi dengan terdeteksinya distorsi biaya berupa over/under
costing dari metode existing yang diterapkan selama ini.
Kata kunci: Activity Based Costing, Beban Pokok Penyelenggaraan Pendidikan
Seiring dengan semakin cepatnya
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi yang membentuk komunitas
masyarakat dan lingkungan bisnis menjadi
semain global, kompetitif dan turbulen
diberbagai sektor membangkitkan kesadaran
dan memotivasi masyarakat bahwa untuk
dapat bersaing dalam era yang kompetitif ini,
kebutuhan untuk memperoleh pendidikan
tinggi adalah sebuah keniscayaan. Sebab
perguruan tinggi dipandang sebagai sebuah
institusi yang dapat mendidik dan melatih
seseorang menjadi sumber daya manusia yang
unggul dan memiliki peluang untuk meraih
jenjang karier yang lebih baik serta dapat
bersaing dalam era yang kompetitif ini.
Saat ini secara spektakuler setelah 71
tahun merdeka, Indonesia telah memiliki 372
PTN dan 4.077 PTS. Provinsi Sulawesi
Tengah, total terdapat 7 PTN dan 34 PTS yang
menjadi pilihan masyarakat mengakses
pendidikan tinggi. Keadaan ini apabila dilihat
dari perspektif penyelenggara pendidikan
tinggi
akan
mengakibatkan
terjadinya
persaingan yang luar biasa ketat terutama
dalam memperoleh calon mahasiswa.
Akibat adanya persaingan tersebut,
pengelolaan keuangan menjadi isu kritis dalam
mewujudkan pelayanan pendidikan yang
berkualitas. Kamars (1989) dalam (Andriani,
2007) menegaskan bahwa keadaan keuangan
suatu perguruan tinggi merupakan ukuran
utama keberhasilan dalam kualitas lulusan.
Tanpa dukungan keuangan yang memadai
suatu
perguruan
tinggi
hanya
akan
menghasilkan manusia-manusia yang tidak
151
152 e Jurnal Katalogis, Volume 6 Nomor 3 Maret 2018 hlm 151-161
percaya pada dirinya dan tidak memiliki sifatsifat sebagaimana seharusnya seorang
ilmuwan.
Bagi sebagian besar perguruan tinggi di
Indonesia, sumber pendapatan terbesar
perguruan tinggi bersumber dari mahasiswa.
Demikian halnya dengan Universitas Sintuwu
Maroso sebagai salah satu PTS di Sulawesi
Tengah secara umum sumber pendapatan
utama yang menopang kebutuhan dana
operasional maupun pengembangan organisasi
adalah pendapatan dari mahasiswa dalam
bentuk biaya pendidikan setiap semester.
Mengingat begitu pentingnya peranan
komponen biaya pendidikan ini maka
diperlukan perhitungan yang cermat terkait
dengan penentuan berapa besar biaya yang
harus dibebankan kepada mahasiswa atas jasa
layanan pendidikan yang dikonsumsi. Hal ini
dimaksudkan agar keputusan yang diambil
oleh perguruan tinggi merupakan keputusan
yang tepat dan tidak melemahkan keunggulan
bersaing perguruan tinggi dalam hal menerima
mahasiswa baru karena biaya yang ditetapkan
terlampau tinggi, atau justru terlalu rendah
daripada yang seharusnya dibebankan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut
diperlukan kajian mengenai penggunaan biaya
pada aktivitas pendidikan pada masing-masing
program studi perguruan tinggi sebagai
activity centre. Metode akuntansi biaya
kontemporer yakni Activity Based Costing
(ABC) dipandang mampu untuk meningkatkan
keakuratan
perhitungan
beban
pokok
penyelenggaraan pendidikan sebab ABC
mendasarkan pembebanan biaya pada aktivitas
pendidikan dan suber daya yang dikonsumsi
(Mulyadi, 2007). Aktivitas yang dimaksud
yakni bukan hanya aktivitas yang berkaitan
langsung dengan pendidikan namun juga yang
bersifat sebagai pendukung pendidikan dan
non pendidikan.
Sejumlah riset melaporkan ketermungkinan implementasi pada institusi
pendidikan tinggi dan menemukan bahwa
metode ABC telah menolong dalam
pengalokasian sumber daya dan pengetatan
ISSN: 2302-2019
manajemen keuangan (Ismail, 2010). Bahkan
Duron (2001) menyebutkan bahwa manajemen
biaya tradisional yang diterapkan pada
berbagai institusi perguruan tinggi saat ini
sudah tidak relevan dengan perkembangan dan
perubahan lingkungan organisasi pendidikan
tinggi karena menghasilkan perhitungan biaya
yang kurang akurat sehingga melemahkan
peran informasi biaya dalam pengambilan
keputusan organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
melakukan analisis dan perhitungan beban
pokok penyelenggaraan pendidikan masingmasing program studi menggunakan metode
ABC, (2) mengetahui sejauh mana penerapan
metode ABC dapat meningkatkan keakuratan
perhitungan beban pokok masing-masing
program studi, dan (3) melakukan analisis
lanjutan atas hasil analisis ABC untuk pihak
manajemen setelah mendapatkan informasi
beban pokok masing-masing program studi
Universitas Sintuwu Maroso sebelum dan
sesudah menggunakan metode ABC.
METODE
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Universitas Sintuwu Maroso selama tiga bulan
yaitu bulan Februari hingga April 2017.
Adapun penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu
melakukan analisia dari data-data keuangan
dan informasi yang diperoleh dari perusahaan
melalui perhitungan.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kombinasi dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder. Hal ini dikarenakan
kedua jenis data tersebut akan digunakan
secara bersamaan dalam membentuk biaya
pokok penyelenggaraan pendidikan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen perguruan tinggi yang
meliputi laporan keuangan universitas, rencana
dan realisasi anggaran tahun 2015 dan
dokumen hasil wawancara dengan unsur
pimpinan dan bagian keuangan Universitas
Sintuwu Maroso
Gusstiawan Raimanu, dkk. Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) Untuk Meningkatkan ………………..153
Teknik analisis data yang digunakan
sesuai dengan tujuan penelitian yakni dengan
menggunakan metode Activity Based Costing
yang diusulkan oleh Roztocki (1999). Olehnya
dilakukan analisis data atas instrumen
penelitian sebagai berikut:
1. Tahap 1 - Telaah Aktivitas
a) Mengidentifikasi semua aktivitas yang
terjadi di dalam area cakupan objek
penelitian.
b) Mengidentifikasi semua sumber daya
(resources) yang dikonsumsi oleh
organisasi baik yang berupa uang (dana
anggaran),
tenaga
kerja,
mesin/
peralatan, dan lainnya.
c) Mengidentifikasi
resource
driver
(jumlah orang, jumlah peralatan dan
perlengkapan, besar gaji/honor/insentif,
dan lain-lain). Untuk setiap resources,
hubungkan
ke
aktivitas
yang
mengkonsumsinya.
d) Membebankan biaya ke aktivitas secara
penuh sesuai
dengan banyaknya
resource yang dikonsumsi melalui cost
driver.
2. Tahap II - Telaah Cost Object
a) Mengidentifikasi cost object.
b) Mengidentifikasi activity driver (misal :
jam
penggunaan
ruang,
jumlah
mahasiswa, dan lain sebagainya) untuk
setiap aktivitas yang menyerap biaya
penuh, untuk menghubungkan aktivitas
ke cost object yang dikonsumsinya.
c) Membebankan biaya ke cost object
secara penuh sesuai
besarnya biaya
yang dikonsumsi melalui activity driver.
3. Tahap Perancangan Model ABC
a) Identifikasi proses bisnis Perguruan
Tinggi.
b) Review data keuangan perguruan tinggi,
untuk mengetahui mata anggaran yang
ada serta batasan penggunaannya.
c) Mengidentifikasi dan membuat definisi
aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan
oleh jurusan, fakultas dan universitas.
d) Mengidentifikasi dan menetapkan Cost
Object, Direct Labor Cost, Direct
Material Cost dan Overhead Cost.
e) Identifikasi Expense Category, Cost
Driver, dan Cost Component.
f) Penyusunan hirarki alokasi activity
overhead cost pada tingkat fakultas dan
universitas.
Untuk
menentukan/
mengestimasi proporsi biaya yang
diserap, yaitu melalui proporsi yang
besarnya ditentukan oleh cost driver
yang telah diidentifikasi.
4. Tahap Penerapan Metode ABC
a) Merekonstruksi aktivitas setiap program
studi berdasarkan activity dictionary
pada tahun anggaran 2015-2016.
b) Mengalokasikan activity cost sesuai
model ABC yang telah dibuat.
c) Perhitungan variansi (distorsi) biaya
antara biaya pada kondisi pendekatan
akuntansi biaya tradisional (existing)
terhadap biaya dari hasil perhitungan
ABC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebijakan Manajemen Keuangan
Perguruan Tinggi
Sebagai perguruan tinggi swasta,
Universitas Sintuwu Maroso memiliki
kebijakan tersendiri mengenai pengelolaan
keuangannya yang diatur dalam Standar
Prosedur
Operasional
(SPO)
Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Unsimar
(RAPBU). Adapun sistem pengelolaan
keuangan yang dilakukan selama ini
menggunakan sistem mata anggaran dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Mata Anggaran APBU 2015-2016
M.A.
Uraian Jenis Pengeluaran
2.1
BAG. BELANJA REKTORAT
Bag. Belanja Pegawai
2.1.1
Bag. Belanja Barang
2.1.2
Bag. Belanja Sarana Prasarana
2.1.3
Bag. Belanja Perjalanan Dinas
2.1.4
Bag. Belanja Kemahasiswaan
2.1.5
Bag. Belanja Lain-lain
2.1.6
2.2
BAG. BELANJA FAKULTAS
Sumber : APB Unsimar 2015-2016, data diolah
Jumah (Rp)
5.027.548.281
1.500.668.750
387.809.989
495.732.500
38.537.600
2.015.494.600
589.304.842
6.726.988.417
154 e Jurnal Katalogis, Volume 6 Nomor 3 Maret 2018 hlm 151-161
Penyerapan biaya aktivitass dengan
sistem mata anggaran tersebut menjadi kurang
akurat karena harus dikelompokkan dalam
kategori mata anggaran yang belum tentu
penyebab biayanya sama dan sulit ditelusuri
efektivitas penggunaannya. Oleh karena itu
mata anggaran tersebut diklasifikasikan
menjadi dua kedalam kelompok Mata
Anggaran Operasional dan Mata Anggaran
Pengembangan
berdasarkan
intensitas
penggunaannya.
Perhitungan Beban Pokok (existing)
Selama ini, Universitas Sintuwu Maroso
melakukan analisis atas beban pokok
penyelenggaraan pendidikannya menggunakan
ISSN: 2302-2019
pendekatan Functional Based Costing (FBC)
dimana biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
activity centre menggunakan metode alokasi
langsung (direct method of allocation) dengan
cost driver yang sama yakni persentase jumlah
mahasiswa aktif tiap program studi, tanpa
mengakui adanya interaksi antar activity
centre dan tanpa memperhatikan aktivitasaktivitas yang timbul baik ditingkat universitas
maupun program studi. Karena data laporan
keuangan tahun 2015-2016 diasumsikan
mewakili 2 semester, maka perhitungan beban
pokok 1 semester masing-masing program
studi pada Tabel 2, dihitung dengan rumus:
(Total Cost (Direct Cost + Overhead Cost): 2)
Tabel 2. Penetapan Beban Pokok berdasaran Traditional Costing
Program
Studi
Direct Cost
(Rp)
Overhead Cost
(Rp)
Total Cost
S1 AGRO
532.691.274
357.694.912
890.386.186
S1 PTK
340.355.716
102.872.679
443.228.396
S1 MJM
1.477.195.491 1.356.220.552 2.833.416.043
S1 P. BIO
676.625.202
755.028.839 1.431.654.041
S1 P. ING
634.811.166
363.357.629
998.168.795
S1 TS
871.909.945
751.253.695 1.623.163.640
S1 IH
961.448.376
535.126.690 1.496.575.066
S1 IAN
1.219.494.147
805.993.286 2.025.487.433
Total
6.714.531.317 5.027.548.281 11.742.079.598
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
Untuk Overhead Cost, dihitung dengan rumus:
Total Overhead Cost x % Mahasiswa Aktif
per Program Studi
Beban Pokok
(FBC) 1
Semester
Mhs
Aktif
445.193.093
221.614.198
1.416.708.021
715.827.020
499.084.397
811.581.820
748.287.533
1.012.743.716
5.871.039.799
379
109
1.437
800
385
796
567
854
5.327
Persent
ase Mhs
Aktif
7,11%
2,05%
26,98%
15,02%
7,23%
14,94%
10,64%
16,03%
Beban
Pokok
(FBC) 1
Smt per
Mhs
1.174.652
2.033.158
985.879
894.784
1.296.323
1.019.575
1.319.731
1.185.883
9.909.984
yang secara garis besar dibagi menjadi 3 level
yaitu managerial process, core process, dan
support process.
Sedangkan beban pokok 1 semester per
mahasiswa dihitung dengan rumus:
Beban Pokok 1 Semester
Jumlah Mahasiswa Aktif per Program Studi
Identifikasi Proses Bisnis Perguruan Tinggi
Proses bisnis perguruan tinggi yang
berhasil diidentifikasi pada penelitian ini
mengacu pada model CIMOSA (Computer
Integrated Manufacturing for Open System
Architecture) (Mahani & Nasution, 2008),
Gambar 1. Proses Bisnis Perguruan Tinggi
Gusstiawan Raimanu, dkk. Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) Untuk Meningkatkan ………………..155
Proses manajerial (managerial process)
meliputi, Penentuan visi dan misi, Penyusunan
strategi, serta Monitoring dan evaluasi. Proses
utama (core process) meliputi, Identifikasi
kebutuhan dan pengembangan produk PT,
Proses transformasi dan pemenuhan kebutuhan
produk perguruan tinggi, Proses pemasaran
produk PT dan Proses tambahan pada produk
PT. Proses pendukung (support process)
meliputi, Proses pengembangan SDM, Proses
pengadaan
infrastruktur
TI,
Proses
administrasi dan keuangan dan Proses
pemeliharaan.
Dari flow chart proses bisnis PT
tersebut, dapat diidentifikasi bahwa core
process PT yang menghasilkan salah satu
produk tri dharma PT yaitu pendidikan, berada
di program studi sebagai pusat aktivitas
belajar-mengajar.
Identifikasi Cost Object, Direct Material Cost
dan Overhead Cost
Dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan cost object yaitu produk perguruan
tinggi menurut tri dharma perguruan tinggi.
Direct labor cost yaitu orang atau persnel yang
terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan
atau dalam hal ini dosen dan pegawai
administrasi. Direct material cost merupakan
biaya bahan langsung yang digunakan dalam
kegiatan pendidikan dapat berupa bahan habis
pakai. Overhead cost yaitu biaya lain-lain
selain biaya bahan langsung dan biaya bahan
langsung yang dapat ditelusuri ke produk.
Identifikasi Expense Category, Cost Driver
dan Cost Component
Berdasarkan hasil wawancara dan
analisis dokumen, hasil identifikasi expense
category, cost driver dan cost component
sebagai berikut:
1) Expense category, adalah belanja untuk
membiayai kegiatan usaha perguruan
tinggi yaitu (a) Belanja Rutin : belanja
bahan habis pakai, belanja pegawai,
langganan daya dan jasa, dan lain-lain. (b)
Belanja Pengembangan : pengadaan bahan
ajar, pengembangan staf, pengembangan
program dan lain sebagainya.
2) Cost driver, yaitu pemicu biaya yang
terjadi karena adanya aktivitas diantaranya
jumlah
mahasiswa,
jumlah
dosen,
frekuensi kegiatan, sks dan lain-lain.
3) Cost component, yaitu komponen biaya
yang dipengaruhi oleh jenis cost driver.
Terdiri dari fixed cost, dan variable cost.
Selama ini, Universitas Sintuwu Maroso
melakukan analisis atas beban pokok
penyelenggaraan pendidikannya menggunakan
pendekatan Functional Based Costing (FBC)
dimana biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
activity centre menggunakan metode alokasi
langsung (direct method of allocation) dengan
cost driver yang sama yakni persentase jumlah
mahasiswa aktif tiap program studi, tanpa
mengakui adanya interaksi antar activity
centre dan tanpa memperhatikan aktivitasaktivitas yang timbul baik ditingkat universitas
maupun program studi.
Sehingga
model
yang
dapat
merepresentasikan proses integrasi sistem
akuntansi exsisting yang berbasis mata
anggaran ke dalam aktivitas ditunjukkan pada
Gambar 2 di atas. Model ABC terintegrasi
mengidentifikasi resources perguruan tinggi
yang semula berbasis mata anggaran dalam
APB Unsimar kedalam Expense Category
yaitu Belanja Rutin untuk kelompok mata
anggaran
operasional
dan
Belanja
Pengembangan
untuk
kelompok
mata
anggaran pengembangan.
156 e Jurnal Katalogis, Volume 6 Nomor 3 Maret 2018 hlm 151-161
Rekonstruksi Aktivitas
Berdasarkan
hasil
penelitian,
rekonstruksi aktivitas pada Universitas
Sintuwu Maroso tahun 2015-2016 adalah
sebanyak 25 aktivitas yang dibagi kedalam
tiga bagian. Managerial process sebanyak 2
aktivitas, core process sebanyak 9 aktivitas
dan support process sebanyak 14 aktivitas.
Perhitungan Beban Pokok Penyelenggaraan
Pendidikan Masing-masing Program Studi
menggunakan Metode ABC
Berdasarkan analisis sebelumnya, telah
diketahui aktivitas pada tahun anggaran 20152016, selanjutnya diidentifikasi penggerak
biaya (cost driver) apa saja yang terkait pada
aktivitas
melalui
wawancara
dan
brainstorming dengan pihak universitas.
Berdasarkan data yang tersedia, pemilihan cost
driver didasarkan pada prinsip kemudahan/
ketersediaan data. Berikut sebagian contoh
pemilihan cost driver untuk aktivitas.
Direct tracing merupakan pembebanan
biaya langsung ke aktivitas dengan cara
mengidentifikasi secara langsung konsumsi
sumber daya oleh aktivitas. Identifikasi biaya
langsung ini dibagi menjadi direct labor cost
yang meliputi gaji dosen program studi,
tunjangan pejabat tertentu, berbagai insentif
dan honorarium, serta direct material cost
pada level core process yang meliputi biaya
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar,
pelaksanaan UTS/UAS, kegiatan akademik
pada proses akhir studi (seminar proposal,
hasil penelitian dan ujian skripsi), penggunaan
alat hais pakai laboratorium dan ATK.
Aktivitas-aktivitas ini merupakan aktivitas
yang terjadi ditingkat program studi. Adapun
analisis konsumsi biaya direct tracing pada
penyelenggaraan program studi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Biaya Direct Tracing Program Studi
Universitas Sintuwu Maroso Tahun 2015-2016
Realisasi Biaya Langsung
No
Tabel 3. Activity Cost Driver Universitas
Sintuwu Maroso Tahun 2015-2016
Activity
Cost Driver
Perumusan Peraturan Frekuensi
Akademik, Evaluasi rapat/pertemuan,
Mutu Internal
Jumlah Peserta
Penyusunan
Frekuensi
Kebijakan
dan rapat/pertemuan,
Strategi Universitas Jumlah Peserta
Persiapan,
Frekuensi
pelaksanaan,
rapat/pertemuan,
evaluasi
dan Jumlah
Peserta,
pelaporan
Jumlah ATK
perkuliahan
Sumber : data diolah
Cost driver merupakan faktor yang dapat
menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama
tingkat aktivitas yang akan menyebabkan
biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
1) Identifikasi Biaya Direct Tracing
ISSN: 2302-2019
Program Studi
Direct Labor
Cost (Rp)
Direct
Material Cost
(Rp)
Total Direct
Cost (Rp)
1
S1 Agroteknologi
385.461.810
115.284.964
2
S1 Peternakan
219.707.180
98.704.036
318.411.216
3
S1 Manajemen
739.701.491
535.144.000
1.274.845.491
4
S1 Pendidikan Biologi
252.774.400
340.040.802
592.815.202
5
448.819.200
165.042.966
619.862.166
6
S1 Pendidikan Bahasa
Inggris
S1 Teknik Sipil
517.889.945
164.049.500
681.939.445
7
S1 Ilmu Hukum
829.195.776
101.622.600
930.818.376
8
S1 Ilmu Administrasi
Negara
Total Biaya Direct
Tracing
592.178.547
251.995.600
844.174.147
3.985.728.349
1.771.884.468
5.757.612.817
500.746.774
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
2) Menghubungkan Aktivitas dengan Biaya
dalam
Matriks
Expenses
Activity
Dependance (EAD)
Matriks
EAD
digunakan
untuk
menghubungkan aktivitas dengan biaya yang
dikonsumsinya. Matriks EAD memiliki 2
bagian yaitu lajur dan kolom. Expense
category
diletakkan
dibagian
kolom
sedangkan aktivitas diletakan dibagian lajur.
Proses ini dilakukan dengan membuat tanda
centang (check marks) secara proporsional
dalam matriks EAD untuk menentukan
Gusstiawan Raimanu, dkk. Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) Untuk Meningkatkan ………………..157
hubungan atau keterkaitan dari tiap aktivitas
yang ada dalam menyerap biaya. Setelah tanda
dibuat, selanjutnya tetapkan rasio antar
aktivitas dan cost component.
Penetapan rasio ini dapat menggunakan
educated guess, systematic appraisal (AHP),
dan actual data (Roztocki, 1999). Adapun
penetapan rasio dalam penelitian ini
menggunakan data aktual dan dugaan berbasis
pengetahuan (educated guess) berdasarkan
hasil brainstorming dengan pihak universitas,
observasi langsung pada proses bisnis
perguruan tinggi dilevel core dan support
process serta analisis atas laporan keuangan
universitas.
Setelah ditentukan rasio activities
terhadap cost component dalam matrik EAD,
selanjutnya adalah mengalikan rasio dari
masing-masing aktivitas dengan biaya cost
component yang telah ditetapkan untuk
menentukan nilai rupiah terhadap aktivitasaktivitas.
3) Menghubungkan Aktivitas dengan Produk
melalui
Matriks
Activity
Product
Dependance (APD)
Untuk menentukan hubungan biaya yang
dikonsumsi aktivitas per produk, langkah
awal yang dilakukan adalah membuat tanda
centang (check-marks) yang diletakan secara
proporsional untuk menentukan hubungan
aktivitas dengan produk yang dihasilkan.
Selanjutnya seperti pada matrik APD,
tanda centang (check-marks) digantikan
dengan rasio masing-masing aktivitas
terhadap produk menggunakan data aktual
dengan
dugaan
berbasis
pengetahuan
(educated
guess)
berdasarkan
hasil
brainstorming dengan pihak universitas,
observasi langsung pada proses bisnis
perguruan tinggi dilevel core dan support
process serta analisis atas laporan keuangan
universitas. Rasio masing-masing aktivitas
terhadap produk pada matrik APD apabila
dijumlahkan harus memiliki nilai sama dengan
satu.
Nilai rupiah dari setiap program studi
dalam matrik diperoleh dari perhitungan nilai
rasio terhadap setiap produk pada matrik APD
dikalikan dengan nilai rupiah total aktivitas
pada perhitungan matrik EAD sehingga
diperoleh informasi penyerapan institution
overhead cost masing-masing program studi
tahun 2015-2016. Seperti ditunjukan Tabel 5
berikut.
Tabel 5. Penyerapan Institution Overhead
Cost Masing-Masing Program Studi
Tahun 2015-2016
Overhead
Persentase
Cost (Rp)
S1 Agroteknologi
524.209.493
10%
S1 Peternakan
392.901.341
8%
S1 Manajemen
954.399.398
19%
S1 Pend. Biologi
706.823.318
14%
S1 Pend. Bhs. Inggris
497.621.211
10%
S1 Teknik Sipil
677.106.243
13%
S1 Ilmu Hukum
571.234.222
11%
S1 Ilmu Adm. Negara
703.253.055
14%
Total
5.027.548.281
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017
Program Studi
Metode ABC menganggap bahwa biaya
disebabkan adanya aktivitas untuk menghasilkan produk. Sementara akuntansi biaya
tradisional seringkali gagal dalam menghitung
overhead cost. Sebagian besar dari metode ini
mengalokasikan secara langsung overhead
cost, sering juga berdasarkan volume atau
tenaga kerja langsung, dan tidak menghubungkannya dengan aktivitas. (Onat, et al,
2014).
Metode ABC membebankan institution
overhead cost ke masing-masing program
studi dengan mengidentifikasi sumber daya
dan aktivitas juga biaya serta jumlah yang
dibutuhkan untuk memproduksi jasa. Dengan
cara tersebut, perguruan tinggi dapat
menentukan biaya sumber daya yang
158 e Jurnal Katalogis, Volume 6 Nomor 3 Maret 2018 hlm 151-161
ISSN: 2302-2019
dikonsumsi oleh masing-masing aktivitas dan
4) Total Biaya berdasarkan Metode ABC
menghitung biaya dari suatu aktivitas ke
Setelah dilakukan pembebanan sumber
setiap program studi dengan mengalihkan
daya ke aktivitas pada masing-masng program
biaya dari setiap aktivitas dengan jumlah
studi, dapat dihitung total biaya berdasarkan
aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap program
metode ABC seperti pada Tabel 6 berikut ini:
studi.
Tabel 6. Total Biaya Berdasarkan Metode ABC
Program Studi
Direct
Labor Cost
(Rp)
Direct
Material
Cost (Rp)
S1 Agroteknologi
S1 Peternakan
S1 Manajemen
S1 Pend. Biologi
S1 Pend. Bhs. Inggris
S1 Teknik Sipil
S1 Ilmu Hukum
S1 Ilmu Adm. Negara
Overhead
Cost (Rp)
Total Cost
(Rp)
385.461.810 115.284.964 556.153.993 1.056.900.767
219.707.180
98.704.036 414.845.841
733.257.057
739.701.491 535.144.000 1.156.749.398 2.431.594.889
252.774.400 340.040.802 790.633.318 1.383.448.520
448.819.200 165.042.966 518.570.211 1.132.432.377
517.889.945 164.049.500 867.076.743 1.549.016.188
829.195.776 101.622.600 601.864.222 1.532.682.598
592.178.547 251.995.600 1.078.573.055 1.922.747.202
Total
3.985.728.349 1.771.884.468 5.984.466.781 11.742.079.598
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
Melalui penerapan metode ABC pada
perguruan tinggi kualitas informasi biaya
untuk analisis keuangan pada perguruan tinggi
dapat ditingkatkan. Selain itu akan dapat
terlihat bahwa tidak semua biaya-biaya
terutama
biaya
overhead
berkorelasi
proporsional dengan besarnya volume produk.
Metode ABC juga dipandang mampu dan
lebih baik dalam pengalokasian sumber daya
serta pengetatan manajemen keuangan dan
dapat digunakan sebagai suatu sistem
pendukung keputusan (decision support
system) (Ismail, 2010).
Penerapan Metode ABC untuk Meningkatkan Keakuratan Perhitungan Beban
Pokok
Analisis perhitungan beban pokok yang
dilakukan pihak manajemen Universitas
Sintuwu Maroso selama ini dianggap memiliki
tingkat akurasi yang rendah karena metode ini
terlalu menyederhanakan proses bagaimana
jasa pendidikan itu dihasilkan. Program studi
yang berbeda-beda karakteristiknya diasumsikan hanya menggunakan satu cost driver
Beban
Beban
Pokok
Pokok 1
(ABC) 1
Smt Per
Semester
Mhs
528.450.384 1.394.328
366.628.528 3.363.564
1.215.797.444
846.066
691.724.260
864.655
566.216.189 1.470.691
774.508.094
973.000
766.341.299 1.351.572
961.373.600 1.125.730
5.871.039.799 11.389.608
berbasis unit sehingga biaya overhead yang
terjadi dialokasikan ke masing-masing
program studi hanya berdasarkan proporsi
mahasiswa aktif sehingga hasil perhitungan
beban pokok akan proporsional dengan
volumenya.
Padahal pada kenyataannya masingmasing program studi dalam memproduksi
jasa bagi mahasiswa membutuhkan aktivitas
yang tingkat konsumsi sumber dayanya akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, perhitungan
beban pokok yang dilakukan selama ini
dianggap tidak relevan dan memerlukan
perubahan.
Pendapat tersebut sejalan dengan
pernyataan Duron (2001) yang menyatakan
bahwa manajemen biaya tradisional saat ini
sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan
dan
perubahan
lingkungan
organisasi
pendidikan tinggi. Alokasi sumber daya dari
perhitungan secara tradisional dianggap
kurang tepat sehingga melemahkan peran
informasi biaya dalam pengambilan keputusan
suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan
dari perhitungan secara tradisional ini
menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
Gusstiawan Raimanu, dkk. Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) Untuk Meningkatkan ………………..159
sehingga mengarahkan kebijakan penetapan
biaya pendidikan yang tidak tepat. Biaya
pendidikan untuk beberapa program studi
seharusnya ditetapkan lebih tinggi dihargai
terlalu murah, begitu pula sebaliknya.
Penerapan metode ABC yang dilakukan
dalam penelitian ini mendeteksi adanya
distorsi biaya apabila dibandingkan dengan
metode tradisional (existing) sebagaimana
ditunjukan pada Tabel 7berikut ini:
Tabel 7. Perhitungan Variansi Traditional Costing terhadap Biaya ABC
Program
Studi
Beban Pokok
Metode
Tradisional
Beban
Pokok ABC
Distorsi Per
SMT
1 Semester
Tradisional ABC
445.193.093 528.450.384
221.614.198 366.628.528
1.416.708.021 1.215.797.444
715.827.020 691.724.260
499.084.397 566.216.189
811.581.820 774.508.094
748.287.533 766.341.299
1.012.743.716 961.373.600
-83.257.291
-145.014.331
200.910.577
24.102.761
-67.131.791
37.073.726
-18.053.766
51.370.115
1 Semester
S1 AGRO
S1 PTK
S1 MJM
S1 P. BIO
S1 P. ING
S1 TS
S1 IH
S1 IAN
%
Beban
Pokok
Tradisional
1 SMS Per
MHS
-15,75%
-39,55%
16,53%
3,48%
-11,86%
4,79%
-2,36%
5,34%
1.174.652
2.033.158
985.879
894.784
1.296.323
1.019.575
1.319.731
1.185.883
Beban
Pokok
ABC
1 SMS
Per
MHS
1.394.783
3.363.564
846.066
868.655
1.470.691
973.000
1.351.572
1.125.730
Distorsi
Per MHS
%
Tradisional
- ABC
-219.676
-1.330.407
139.813
30.128
-174.368
46.575
-31.841
60.152
-15,75%
-39,55%
16,53%
3,48%
-11,86%
4,79%
-2,36%
5,34%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017
Hasil analisis yang telah dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan metode ABC dapat meningkatkan
keakuratan
perhitungan
beban
pokok
penyelenggaraan pendidikan di Universitas
Sintuwu Maroso dibandingkan dengan metode
tradisional dengan terdeteksinya distorsi/
variansi biaya (over/under costing) pada
seluruh program studi. Artinya bahwa metode
ABC telah mampu diimplementasikan pada
perusahaan jasa atau dalam hal ini institusi
pendidikan tinggi dengan mengalokasikan
biaya aktivitas ke setiap program studi secara
tepat berdasarkan konsumsi masing-masing
aktivitas.
Hasil
penelitian
ini
mendukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Binawati (2011) dan Fontanella, et al., (2015)
yaitu penelitian mengenai perhitungan unit
cost di perguruan tinggi swasta berbentuk
universitas dan perguruan tinggi negeri
berbentuk politeknik menggunakan metode
ABC yang menyatakan bahwa metode ABC
dapat diterapkan pada institusi pendidikan
tinggi dan bahwa metode ABC dianggap
mampu melakukan perhitungan unit cost
secara lebih akurat sebagai dasar pertimbangan
penetapan biaya kuliah per semester. Selain
itu, penelitian ini pula mendukung penelitian
Juanda
(2012)
yang meneliti
biaya
penyelenggaraan pendidikan pada Universitas
Islam Negeri Malang, bahwa biaya yang
selama ini dibayarkan mahasiswa masih
sedikit dari jumlah yang seharusnya
dibebankan.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap
lembaga pendidikan sangat memerlukan
informasi biaya penyelenggaraan pendidikan
agar dapat mengetahui apakah proses bisnis
yang dilakukan menghasilkan sisa hasil usaha
atau tidak, sehingga dapat dilakukan
perencanaan serta pengendalian dalam
manajemen keuangan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian yang telah
dilakukan antara lain sebagai berikut:
1) Beban pokok penyelenggaraan pendidikan
tahun 2015-2016 di Universitas Sintuwu
Maroso berdasarkan metode ABC per
semester adalah sebesar Rp5.871.039.799
160 e Jurnal Katalogis, Volume 6 Nomor 3 Maret 2018 hlm 151-161
dengan rincian masing-masing program
studi sebagai berikut:
a. Program studi Agroteknologi sebesar
Rp528.450.384.
b. Program studi Peternakan sebesar
Rp366.628.528.
c. Program studi Manajemen sebesar
Rp846.066.
d. Program studi Pendidikan Biologi
sebesar Rp.864.655.
e. Program studi Pendidikan Bahasa
Inggris sebesar Rp1.470.691.
f. Program studi Teknik Sipil sebesar
Rp973.000.
g. Program studi Ilmu Hukum sebesar
Rp1.351.572.
h. Program studi Ilmu Administrasi Negara
sebesar Rp1.125.730.
2) Penerapan
metode
ABC
berhasil
meningkatkan keakuratan perhitungan
beban pokok pada semua program studi di
Universitas Sintuwu Maroso dibanding kan
dengan metode traditional costing yang
selama ini ditetapkan pada semua program
studi. Peningkatan keakuratan perhitungan
beban pokok per semester masing-masing
program
studi
berhasil
mendeteksi
terjadinya distorsi biaya (over/ under
costing).
3) Penerapan metode ABC dapat membantu
pihak manajemen untuk memahami apa
yang menyebabkan biaya-biaya (direct dan
overhead) meningkat atau menurun dengan
melakukan penelusuran ke masing-masing
program studi. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan
pihak
manajemen
universitas untuk memper baiki ketepatan
perhitungan beban pokok, yang secara
signifikan memperbaiki pengam-bilan
keputusan.
Rekomendasi
Berdasarkan pada kesimpulan penelitian,
maka dapat dikemukakan beberapa saran
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Disarankan kepada pihak manajemen
Universitas Sintuwu Maroso untuk
ISSN: 2302-2019
meninjau ulang sistem perhitungan beban
pokok yang selama ini digunakan dan
mulai mempertimbangkan untuk menggunakan kalkulasi dengan metode Activity
Based Costing sehingga keputusan
penetapan biaya pendidikan (SPP dan
BPP) dapat lebih sesuai dan tepat
berdasarkan jumlah konsumsi aktivitas
yang dilakukan.
2) Dalam upaya menjadi lebih kompetitif
melalui penerapan metode ABC, pihak
manajemen universitas dapat berfokus
pada cara mengurangi biaya dan jenis
biaya apa yang bisa dikurangi terutama
pada aktivitas bukan penambah nilai.
Caranya dengan melakukan analisis atas
setiap
faktor
yang
menyebabkan
terjadinya biaya (cost driver) sehingga
akan
membuka
peluang
untuk
memperbaiki cara kerja.
3) Dukungan dari manajemen puncak dalam
hal ini para pimpinan universitas dan unitunit kerja terkait untuk bekerjasama dan
mengambil inisiatif untuk menerapkan
metode ABC. Sebab dengan keterlibatan
para pimpinan dalam implementasi
metode ABC akan menciptakan peluang
yang lebih besar untuk berkoordinasi dan
bekerjasama antar unit kerja dilingkungan
Universitas Sintuwu Maroso.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam
penyelesaian artikel ini tidak terlepas dari
bantuan dan masukan, saran dan tanggapan,
bimbingan serta arahan dari berbagai pihak.
Untuk itu dengan segala rasa hormat dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H.
Djayani Nurdin, S.E., M.Si., sebagai
Pembimbing Ketua dan Dr. Muh. Yunus
Kasim, S.E., M.Si. sebagai Pembimbing
Anggota yang senantiasa sabar dan tekun
membimbing, memberikan perhatian dan
meluangkan waktunya untuk mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Gusstiawan Raimanu, dkk. Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) Untuk Meningkatkan ………………..161
DAFTAR RUJUKAN
Andriani, D. E. (2007). Pengembangan
Sumber-Sumber Pendapatan Perguruan
Tinggi. Jurnal Manajemen Pendidikan,
44-55.
Duron, Robert W, 2001, Factors Associated
with the perceive benefit of ABC in non
profit institution of higher educations,
Dissertation, Capella University
Fontanella, A., Sukartini, & Chandra, N.
(2015). Implementasi Perhitungan Biaya
Satuan (Unit Cost) Penyelenggaraan
Pendidikan dengan Pendekatan Activity
Based Costing (ABC): Peluang dan
Tantangan (Studi Pada Politeknik
Negeri Padang). Seminar Nasional
Ekonomi Manajemen dan Akuntansi
(SNEMA) Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang (pp.1-8). Padang:
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.
Ismail, N. A. (2010). Activity-based
management system implementation in
higher education institution benefits and
challenges.
Jurnal
Campus-wide
Information Systems, 40-52. Retrieved
Mei 3, 2016, from www.emeraldinsight.
com/1065-0741.htm
Juanda, A., & Nikki, V. (2012). Analisis
Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost)
Penyelenggaraan
Pendidikan
Kedokteran. Jurnal Review Akuntansi
dan Keuangan, 227-241.
Mahani, A., & Nasution, A. (2008).
Perancangan Model Activity Based
Costing Untuk Menentukan Standar Unit
Cost Pendidikan Program S-1 (Studi
Kasus: Jurusan Statistik - ITS). Student
Journal ITS.
Mulyadi. (2007). Activity Based Costing
System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Onat, O. K., Anitsal, I., & Anitsal, M. (2014).
Activity Based Costing in Services
Industry: A Conceptual Framework for
Entrepreneurs. Entrepreneural Executive
Journal Vol 19, 149-167.
Roztocki, N. Valenzuela, J., Porter, J., Monk,
M.R., dan Needy, K.L.S., (1999). A
Procedure for Smooth Implementation of
Activity Based Costing in Small
Companies.
Retrieved
from
http://www2.newpaltz.edu/~roztockn/vir
ginia99.pdf/