Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
Pengaruh metode priming organik dan anorganik terhadap viabilitas
benih padi gogo
The effect of organic and inorganic priming methods on the viability
of upland rice seed
Muhammad Kadir1*, Baso Darwisah1, Miss rahma Yassin1, Erna Halid
1
Jurusan Teknologi Produksi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, Jalan
Poros Makassar - Parepare Km 83 Mandalle Pangkep
*Correspondence author : muhammadkdr@gmail.com
ABSTRAK
Priming menjadi pendekatan penting untuk meningkatkan pertahanan tanaman
terhadap cekaman biotik dan abiotik. Banyak senyawa yang dapat digunakan untuk
priming atau metode priming yang efisien digunakan sebagai perlakuan awal benih
untuk meningkatkan perkecambahan dan potensi toleransi terhadap berbagai
cekaman. Pengujian metode priming menggunakan bahan organik (ekstrak daun kelor)
maupun senyawa anorganik dilakukan untuk mengetahui perbedaan respon bahan
yang digunakan terhadap viabilitas benih padi gogo yang menjadi salah satu parameter
performa pertumbuhan tanaman pada fase pertumbuhan selanjutnya. Pengujian
dilakukan pada benih padi gogo varietas Situbagendit dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan beberapa perlakuan priming yaitu priming dengan air (aquadest) sebagai
kontrol, Osmopriming menggunakan Polyetilenglycol (PEG) 15 %, Redox priming
menggunakan larutan H2O2 3 %, dan priming menggunakan bahan organik dari ekstrak
daun kelor 50%. Pengamatan dilakukan terhadap Persentase berkecambah dan
Potensi Tumbuh Maksimal (%), Daya Berkecambah, Kecepatan berkecambah, Indeks
Vigor, dan Keserempakan berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh nyata metode priming yang berbeda pada parameter Persentase
perkecambahan dengan rata-rata persentase perkecambahan terbaik pada perlakuan
Osmopriming PEG (anorganik) 87.6 % dan Ekstrak Daun Kelor (Organik) 85 %.
Pengaruh yang nyata juga ditunjukkan pada Parameter Kecepatan berkecambah
dengan rata-rata terbaik adalah Perlakuan Priming organik menggunakan ekstrak daun
kelor menunjukkan kecepatan rata-rata perkecambahan 2,36 hari serta Priming
Anorganik menggunakan larutan PEG yang menunjukkan rata-rata kecepatan
berkecambah 2,4 Hari.
Kata Kunci: Priming, Perkecambahan, Padi gogo, Ekstrak daun kelor
ABSTRACT
Priming is an important approach to increase plant defense against biotic and abiotic
stresses. Many compounds that can be used for priming or many efficient priming
methods are used to seed pretreatments to improve germination and potential tolerance
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
422
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
to various stresses. Testing of the priming method using organic materials (moringa leaf
extract) and inorganic compounds was carried out to know the difference in the
response of the materials used to the viability of upland rice seeds which became one
of the parameters of plant growth performance in the next growth phase. The tests were
carried out on upland rice seeds of the Situbagendit variety in a Completely Randomized
Design (CRD) with several priming treatments, namely priming with water (aquadest)
as a control, Osmopriming using 15% Polyetilenglycol (PEG), Redox priming using 3%
H2O2 solution, and priming using organic materials with Moringa leaves extract 50%.
Observations were carried out of Germination Percentage and Maximum Growth
Potential (%), Seed Germination rate, Germination Speed, Vigor Index, and
Simultaneous Germination. The results showed that there was a significant effect of
different priming methods on the Percentage of Germination parameter with the best
average percentage of germination in the Osmopriming with PEG (inorganic) treatment
of 87.6% and Moringa Leaf Extract (Organic) 85%. The significant effect was also shown
in the Germination Speed Parameter with the best average being Organic Priming
Treatment using Moringa leaf extract which showed an average germination rate of 2.36
days and Inorganic Priming using PEG solution which showed an average germination
rate of 2.4 Days.
Keyword: Priming, Germination, Upland Rice, Moringa Leaf Extract
PENDAHULUAN
Setiap penduduk Indonesia rata-rata membutuhkan kira-kira 130 kg beras per
tahun, sehingga konsumsi 273.879.750 jiwa penduduk Indonesia dapat mencapai
35.604.367,5 ton, oleh karena itu produksi beras Indonesia yang masih berkisar
diantara 31,36 (BPS, 2022) masih rentan mengalami kekurangan dari kebutuhan
nasional. Jika tidak ada kondisi yang menyebabkan gangguan pada lahan dan
pertanaman padi nasional, sesungguhnya kebutuhan beras masih dapat terpenuhi
dalam beberapa tahun dengan adanya tambahan sejumlah impor beras. Persoalan
yang rentan terjadi adalah gangguan oleh faktor lingkungan yang menyebabkan
kegagalan panen atau menggagalkan target produksi padi nasional seperti, ancaman
banjir pada saat bencana La-nina, ancaman kekeringan pada masa El-nino, serangan
hama penyakit dan berbagai gangguan biotok dan abiotik lain yang tidak dapat dihindari
atau kondisi pemanasan global (Climate change) juga menjadi ancaman produksi padi
nasional. Antisipasi ancaman kegagalan pada panen padi sawah, saat ini diupayakan
pengembangan padi ladang (padi gogo).
Padi gogo sangat potensial dikembangkan sebagai substitusi produksi beras
padi sawah dari lahan-lahan kering. Indonesia memiliki lahan kering seluas 53.963.705
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
423
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
Ha, atau 28.67% dari seluruh luas lahan Indonesia, dan merupakan asset yang sangat
besar dalam upaya mewujudkan swasembada beras. Dari luasan tersebut 12,3 juta Ha
diantaranya adalah lahan Tegalan yang dimanfaatkan untuk pertanaman padi Gogo
(Abdurachman, 2020). Selanjutnya Fitria et al. (2014) mengemukakan bahwa lahan
kering dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi padi dengan mengembangkan
budidaya padi gogo. Penanaman padi gogo di lahan kering dilakukan pada awal musim
hujan, baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan beberapa tanaman
pangan lainnya. Potensi Optimalisasi lahan kering untuk pertanaman padi gogo dapat
dilakukan sebagai salah satu solusi meningkatkan produksi beras yang fluktuatif
disebabkan oleh banyak faktor gangguan lingkungan, bencana alam, maupun
berkurangnya lahan sawah akibat tingginya konversi lahan.
Potensi lahan kering untuk padi gogo adalah ekosistem yang cenderung lebih
kritis dibanding dengan ekosistem lahan sawah maupun lahan pasang surut yang
selama ini digunakan untuk produksi padi sawah, oleh karena itu pengembangan padi
gogo memiliki banyak persoalan yang harus dihadapi, dimana selain rata-rata
produktivitas padi gogo lebih rendah dibanding padi sawah, ancaman cekaman
kekeringan ekstrem, erosi dan degradasi kesuburan tanah merupakan permasalahan
lain yang dihadapi (Toha, et al., 2009). Ancaman gangguan hama penyakit dan masih
terbatasnya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi dan stabil pada lahan marginal
juga merupakan persoalan pengembangan padi gogo, namun ketersediaan air dan
cekaman adalah hal yang paling pokok.
Cekaman kekeringan menjadi salah satu faktor utama yang membatasi
produksi hampir semua jenis tanaman di dunia. Ancaman kekeringan jangka panjang
akan
lebih
pertumbuhan
sering terjadi
di
masa
depan
yang memiliki efek negatif
dan produksi tanaman terutama akibat adanya pemanasan
pada
global
(Rivero et al., 2007). Mekanisme toleransi tanaman terhadap kekeringan menjadi
kajian yang tidak mudah dan belum tuntas dipahami, walaupun tanaman diketahui
menunjukkan begitu banyak sifat dan aktifitas fisiologis dan biokimia untuk bertahan
hidup atau survive pada kondisi cekaman kekeringan yang masih dapat terus dikaji
dan dipelajari. Terdapat berbagai perlakuan dalam upaya pengujian mapun
meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan, diantaranya secara
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
424
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
eksogen melakukan perbaikan kondisi lahan pertanaman seperti pemberian rorak dan
bahan organic pada tanah, atau secara endogen pemberian aplikasi hormone, ZPT,
atau perlakuan priming pada benih (seed priming) sebelum benih ditanam atau
disemaikan.
Seed priming terbukti menjadi metode yang efektif dalam memberikan toleransi
stres pada tanaman, dimana seed priming menginduksi serangkaian perubahan
biokimia dalam kebutuhan benih untuk memulai proses perkecambahan seperti aktivasi
enzim, memutus dormansi, metabolisme penghambat perkecambahan walaupun
tergolong sebagai teknologi yang sederhana (Maiti dan Pramanik, 2013). Metode
priming benih yang berbeda telah ditemukan untuk menunjukkan dampak signifikan
pada perkecambahan, pertumbuhan bibit dan hasil tanaman di bawah normal serta
stres yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti aerasi, suhu, cahaya, durasi
pengobatan dan kualitas benih (Dawood, 2018).
Perlakuan priming pada benih sebagai perlakuan sebelum benih ditanam
bertujuan meningkatkan aktifitas tanaman secara endogen sehingga diharapkan
performa aktifitas tanaman secara fisiologis dan biokimia mengalami perubahan
menjadi lebih survive. Efektifitas berbagai metode priming berkaitan dengan bahan
yang digunakan sehingga hasil yang diperoleh untuk meningkatkan toleransi tanaman
padi pada cekaman kekeringan akan berpotensi berbeda, dimana salah satu metode
mungkin akan lebih baik guna meningkatkan aktifitas biokimia dan fisiologis menuju
pertumbuhan yang lebih baik pada tanaman padi gogo, oleh sebab itu penelitian ini
bertujuan melihat efektifitas beberapa metode priming untuk meningkatkan toleransi
tanaman padi gogo terhadap cekaman kekeringan pada fase perkecambahan dan awal
pertumbuhan vegetatif.
Penelitian bertujuan mengetahui apakah perbedaan metode priming yang
diberikan akan memberikan hasil berbeda terhadap Viabilas benih dan pertumbuhan
awal benih padi gogo varietas Situbagendit yang nantinya akan diberikan cekaman
kekeringan.
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan dan menambah
informasi teknologi pengembangan padi gogo pada lahan-lahan sub-optimal dengan
keterbatasan pada kondisi air atau cekaman kekeringan. Hasil penelitian juga akan
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
425
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
memberikan pengayaan pengetahuan dan publikasi ilmiah terbaru mengenai tanaman
padi gogo dan aspek cekaman. Informasi hasil penelitian juga akan bermanfaat bagi
instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan padi pada lahan kering di
Indonesia.
METODE
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih Tanaman Jurusan Teknologi
Produksi Tanaman Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Menggunakan
bahan dan alat berupa benih padi Gogo Varietas Situbagendit. Bahan lain adalah
Polyetilen Glycol (PEG) 6000 sebagai bahan larutan osmotikum, Hidrogen Peroksida
(H2O2), Aquadest, Natrium Hipoklorit, Ethanol 95 %, ekstrak daun Kelor, kertas saring
Whatman No.1, cawan petridish, gelas ukur, timbangana Analitik. Peneltian dilakukan
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) perlakuan Priming dengan beberapa metode
Masing-masing : Tanpa priming sebagai Kontrol, Metode Osmopriming menggunakan
PEG 15 % (Latifah dan Diah, 2020), Metode Redox Priming menggunakan Larutan
H2O2 3 % (Ellouzi et al., 2016), dan Priming Dengan Bahan Organik dari Ekstrak daun
Kelor 50%.
Benih padi didesinfeksi permukaannya dengan etanol 95% selama 30 detik
dan 5% natrium hipoklorit selama 5 menit kemudian dibilas beberapa kali dengan
Aquadest, dan disiapkan dalam wadah benih yang akan dibagi ke tiap cawan Petridish,
yang masing-masing akan disiapkan 25 benih padi. Untuk Perlakuan Osmopriming,
pembuatan larutan PEG-6000 konsentrasi 15% dilakukan dengan cara melarutkan
sebanyak 150 g PEG dengan 1.000 ml air. Selanjutnya benih direndam pada larutan
PEG sebanyak 30 mL di dalam cawan petri berdiameter 12 cm selama 24 jam pada
suhu kamar 25oC dalam kondisi aseptik Gelap (Mouradi et al. 2016). Benih yang telah
dipriming kemudian dibilas beberapa kali dengan Aquadest, dikeringkan anginkan
dalam cawan petri yang beralaskan kertas saring Whatman no.1 selama 48 jam pada
suhu kamar hingga kadar air asli seperti yang tidak dipriming dan kemudian
segera dikecambahkan. Untuk Perlakuan Redox Priming Menggunakan H2O2 secara
terpisah Benih dipriming selama 12 jam dalam larutan H 2O2 konsentrasi 3%.
Selanjutnya benih dicuci tiga kali dengan Aquadest dan dikeringkan kembali pada
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
426
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
suhu kamar selama 48 jam
hingga kadar air benih asli seperti yang tidak
dipriming dan kemudian segera dikecambahkan. Untuk Perlakuan Priming Organik
dengan ekstrak Daun Kelor Benih dipriming selama 12 jam dalam larutan Ekstrak
Daun Kelor 50 %, selanjutnya benih dicuci tiga kali dengan Aquadest dan dikeringkan
kembali pada suhu kamar selama 48 jam
yang
tidak
dipriming dan
kemudian
hingga kadar air benih asli seperti
segera
dikecambahkan. Semua proses
perkecambahan diamati selama 12 Hari dengan arameter Pengamatan terdiri dari
Persentase berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimal (%) diukur berdasarkan
persentase kecambah normal maupun Abnrmal pada hari ke-7 setelah benih
dikecambahkan. Menggunakan persamaan (1)
𝑃𝑇𝑀 =
𝐽𝑚𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
𝑥 100% ……………………………………………. (1)
Kecepatan berkecambah diukur berdasarkan jumlah tambahan kecambah normal
setiap hari. Kecepatan tumbuh dihitung setiap hari selama 7 hari pada benih yang
tumbuh normal. Kecepatan tumbuh dihitung dengan persamaan (2):
𝐾𝐶𝑇 = ∑
% 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑆𝑎𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑖
𝑥 100% ………………….………….(2)
Indeks Vigor dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (first
count) yaitu pada hari ke-5 (ISTA, 2010). Dengan Persamaan (3):
𝐼𝑉 =
𝐽𝑚𝑙 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
𝑥 100% ………..………………………(3)
Keserempakan berkecambah berkecambah diukur berdasarkan jumlah normal kuat
pada hari ke 6 setelah benih dikecambahkan. Menggunakan persamaan (4)
𝐾𝑆𝑇 =
𝐽𝑚𝑙 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝐻𝑇6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
𝑥 100% ……….…………………………..(4)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa data menunjukkkan bahwa dari parameter pengamatan viabilitas
benih padi gogo dengan perlakuan metode priming berbeda, yaitu Persentase
berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimal (%), Kecepatan berkecambah, Indeks
Vigor dan Keserempakan berkecambah, hanya parameter Persentase Perkecambahan
(dan potensi tumbuh maksimal) (%) dan Kecepatan Berkecambah (hari) yang
memberikan pengaruh nyata, sementara parameter indeks Vigor dan keserempakan
berkecambah berbeda tidak nyata.
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
427
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
Rata-rata Persentase perkecambahan dan potensi tumbuh maksimal (%) benih
padi gogo pada berbagai metode priming benih ditunjukkan pada Tabel 1, sementara
rata-rata kecepatan perkecambahan (hari) ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Rata-rata persentase perkecambahan dan potensi tumbuh maksimal (%) benih
padi gogo pada berbagai metode priming benih
Metode Priming
Rata-rata % perkecambahan
Kontrol
75.00 b
Osmopriming
87.60 a
Redox Priming
77.25 b
Organik Priming
85.00 a
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama untuk membandingkan dua
nilai pengamatan berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT 0.05
Tabel 1 menunjukkan bahwa terhadap kelima perlakuan, metode priming
Osmopriming menggunakan PEG 15 % dan Priming dengan bahan Organik dari
Ekstrak daun Kelor 50% memberikan persentase terbaik dengan masing-masing 87,6
dan 85 %, kedua metode ini memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan
redox dan Kontrol.
Tabel 2. Rata-rata kecepatan berkecambah (hari) benih padi gogo pada berbagai
metode priming benih
Metode Priming
Rata-rata % perkecambahan
Kontrol
2.81 a
Osmopriming
2.40 b
Redox Priming
2.65 ab
Organik Priming
2.36 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama untuk membandingkan dua
nilai pengamatan berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT 0.05
Tabel 2 menunjukkan bahwa metode Priming dengan bahan Organik Ekstrak
daun Kelor 50% memberikan rata-rata kecepatan perkecambahan 2,36 hari dan priming
Osmopriming menggunakan PEG 15 % memberikan kecepatan berkecambah rata-rata
2,4 hari, dimana rata-rata kedua perlakuan tersebut lebih baik dan berbeda nyata
dengan perlakuan Kontrol pada taraf uji BNT 0.05.
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
428
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
Keserempakan
Indeks Vigor
0,700
0,720
0,740
0,760
Organik Priming
0,780
0,800
Redox Priming
0,820
0,840
Osmopriming
0,860
0,880
0,900
0,920
Kontrol
Gambar 1. Rata-rata Indeks Vigor dan Keserempaka tumbuh Kecambah padi Gogo
pada berbagai metode priming benih
Indeks vigor maupun keserempakan tumbuh ditunjukkan pada Gambar 1
dimana untuk Indeks Vigor tertinggi ditunjukkan priming bahan Organik Ekstrak daun
Kelor 50% dan metode Priming OIsmopriming, demikian Pula untuk keserempakan
Tumbuh kecambah kedua perlakuan menunjukkan nilai yang lebih tinggi.
Manfaat yang dapat diberikan seed-priming termasuk tingkat perkecambahan
yang lebih cepat, kekuatan bibit dan pembentukan tanaman dalam kondisi kurang
optimal, juga mengurangi serangan penyakit yang ditularkan melalui tanah,
meningkatkan produksi enzim seperti POD dan CAT yang melindungi tanaman
terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas sehingga mengurangi
efek samping yang disebabkan oleh stres pada tanaman (Pawar dan Laware, 2018).
Mekanisme pertahanan yang dikembangkan sebagai hasil dari priming benih juga
membentuk 'memori primer' yang membantu mencapai toleransi yang lebih besar
terhadap stres abiotik pada paparan selanjutnya (Hasanuzzaman et al., 2019)
Priming
menjadi pendekatan
penting
untuk
meningkatkan
pertahanan
tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik (Hossain et al. 2015). Hal ini
didefinisikan sebagai pra-paparan benih atau bibit muda untuk agen kimia atau
stres abiotik (salinitas, kekeringan, suhu dingin) membuat tanaman lebih tahan
terhadap tekanan berikutnya dan lebih mampu dengan cepat mendeteksi sinyal
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
429
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
kedua
(Borges
et
al., 2014). Priming memperkuat sistem antioksidan dan
meningkatkan potensial perkecambahan biji yang berakibat pada meningkatnya
toleransi terhadap stres. Priming menghasilkan seedling yang lebih sehat dan kuat
sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat di lapangan serta terhindar dari penyakit
atau tekanan lain dalam proses perkembangannya. Seedling yang lebih kuat memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam bertahan terhadap kondisi stress (Cheng et al.,
2016; Debbarma, dan Das, 2017). Banyak senyawa priming atau metode priming
yang efisien digunakan. Salah satu hasil penelitian melaporkan bahwa perlakuan awal
benih
dengan
GA
(priming
hormonal)
meningkatkan
perkecambahan
dan
meningkatkan toleransi pada tanaman trifolium yang ditanam di tanah yang
terkontaminasi logam berat (Galhaut et al. 2014). Ouhibi et al. (2014) menjelaskan
bahwa paparan radiasi UV biji selada memperkuat ketahanan spesies ini terhadap
stress garam (salinitas). Perlakuan Osmopriming (Menggunakan Sorbitol, mannitol
atau PEG) adalah perlakuan awal yang bermanfaat untuk biji kapas dan memberi
spesies ini toleransi stres oksidatif berikutnya. Selain Osmopriming, ada berbagai
metode priming untuk tujuan peningkatan toleransi tanaman terhadap kekeringan atau
cekaman abiotik lainnya yang dilaporkan Rani et al., 2021, diantaranya Halopriming
(menggunakan media/agen NaCl, NaCl, KNO3, CaSO4), Hydropriming (menggunakan
media/agen H2O), Chemichal Priming (Ethanol, Choline, ZnSO4, BABA, dll), Redox
Priming (H2O2, Glutathione, Cysteine), Biopriming (menggunakan agens hayati
Pseudomonas sp., Bacillus sp., Trichoderma sp) maupun Priming menggunakan
extrak
tanaman
perkecambahan,
(Essensial
mempercepat
oil).
Perlakuan
waktu
priming
kemunculan
bibit
dapat
meningkatkan
dan
meningkatkan
pembentukan tegakan (Nawaz et al., 2013).
SIMPULAN
Terdapat pengaruh nyata metode priming yang berbeda pada parameter
Persentase perkecambahan dengan rata-rata persentase perkecambahan terbaik pada
perlakuan Osmopriming PEG (anorganik) 87.6 % dan Ekstrak Daun Kelor (Organik) 85
%. Pengaruh yang nyata juga ditunjukkan pada Parameter Kecepatan berkecambah
dengan rata-rata terbaik adalah Perlakuan Priming organik menggunakan ekstrak daun
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
430
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
kelor menunjukkan kecepatan rata-rata perkecambahan 2,36 hari serta Priming
Anorganik menggunakan larutan PEG yang menunjukkan rata-rata kecepatan
berkecambah 2,4 Hari
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan Terima Kasih kami tujukan Kepada Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, dan LPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan
Kepulauan dimana penelitian ini terlaksana atas bantuan dana penelitian BOPTN tahun
2022.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, S.S. 2020. Statistik Lahan pertanian Tahun 2015-2019. Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian. Sekjen Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Jakarta
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2022. Statistika Pertanian Indonesia. BPS. Jakarta
Borges A.A, Jiménez-Arias D, Expósito-Rodríguez M, Sandalio L.M, Pérez J.A. 2014.
Priming crops against biotic and abiotic stresses: MSB as a tool for studying
mechanisms. Front. Plant. Sci 2014; 5: 642 doi: 10.3389/fpls.2014.00642
Cheng, X., Deng, G., Su, Y., Liu, J.J., Yang, Y., Du, G.H., Chen, Z.Y., Liu, F.H., 2016.
Protein mechanisms in response to NaCl-stress of salt-tolerant and salt-sensitive
industrial hemp based on iTRAQ technology. Ind. Crop. Prod. 83, 444–452.
Dawood, M.G., 2018. Stimulating plant tolerance against abiotic stress through seed
priming. In: Rakshit, A., Singh, H.B. (Eds.), Advances in Seed Priming. Springer,
Singapore, pp. 147183.
Debbarma, M., S.P. Das. 2017. Priming of seed: Enhancing growth and development.
Int. J. Curr. Microbiol. App. Sc. 6:2390-2396.
Ellouzi, H, Sghayar S, Abdelly C. 2016. H2O2 seed priming improves tolerance to
salinity; drought and their combined effect more than mannitol in Cakile maritima
when compared to Eutrema salsugineum.Journal of Plant Physiology
http://dx.doi.org/10.1016/j.jplph.2016.11.014
Fitria, Eka, Ali MN. 2014. Kelayakan usaha tani padi gogo dengan pola Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Widyariset.
17(3): 425-434.
Galhaut L, Lespinay A, Walker DJ, Bernal MP, Correal E, Lutts S.. Seed priming of
Trifolium repens L improved germination and early seedling growth on heavy
metal-contaminated soil. Water. Air. Soil. Pollut. 2014; 225-1905
doi:10.1007/s11270-014-1905-1
Hasanuzzaman, M., Fujita, M., Oku, H., Islam, M.T., 2019. Plant Tolerance to
Environmental Stress: Role of Phytoprotectants. CRC Press.
Hossain MA, Bhattacharjee S, Armin SM, Qian P, Xin W, Li HY, Burritt DJ, Fujita M,
Tran LSP Hydrogen peroxide priming modulates abiotic oxidative stress
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
431
Prosiding Semnas Politani Pangkep Vol 3 (2022)
“Multifunctional Agriculture for Food, Renewable Energy, Water, and Air Security”
tolerance: insights from ROS detoxification and scavenging. Front Plant Sci
2015; 6: 420 doi: 10.3389/fpls.2015.00420
[ISTA] International Seed Testing Association (ISTA). 2010. Seed Science and
Technology. International rules for seed testing. Zurich: International Seed
Testing Association. Rao, K.V.M., A.S. Raghavendra, K.J. Reddy. 2006.
Raghavendra, K.J. Reddy. 2006. Physiology and Molecular Biology of Stress
Tolerance in Plants. Springer, Netherlands, NL.
Latifa, A., Diah R. 2020. Pengaruh Osmopriming Benih terhadap Pertumbuhan dan
Morfofisiologi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) pada Cekaman
Kekeringan. J. Agron. Indonesia, Agustus 2020, 48(2):165-172
Maiti, R., Pramanik, K., 2013. Vegetable seed priming: a low cost, simple and powerful
techniques for farmers’livelihood. Int. J. Bio-resour. Stress Manag. 4(4), 475-481.
Mouradi,M., Abdelaziz B, Farissi M, Lahbib L, Ahmed Q, Cherki G. 2016. Seed
osmopriming improves plant growth, nodulation, chlorophyll fluorescence and
nutrient uptake in alfalfa (Medicago sativa L.) – rhizobia symbiosis under drought
stress Scientia Horticulturae 213 (2016) 232–242
Nawaz, J., Hussain, M., Jabbar, A., Nadeem, G. A., Sajid, M., Subtain, M., & Shabbir,
I. (2013). Seed Priming A Technique. International Journal of Agriculture and
Crop Sciences, 6(20), 1373–1381.
Ouhibi C, Attia H, Rebah F, Msilini N, Chebbi M, Aarrouf J, Urban L, Lachaal M. 2014.
Salt stress mitigation by seed priming with UV-C in lettuce plants, growth,
antioxidant activity and phenolic compounds. Plant. Physiol. Biochem. 2014; 83:
126–133 doi:10.1016/j.plaphy.2014.07.019
Pawar, V.A., Laware, S.L., 2018. Seed priming a critical review. Int. J. Sci. Res. Biol.
Sci. 5, 94–101.
Rani, S., Pradeep K, Pooja S., 2021. Biotechnological interventions for inducing abiotic
stress
tolerance
in
crops.
Plant
Gene
27
(2021)
100315.
https://doi.org/10.1016/j.plgene.2021.100315Santhy, V, Meshram M, Wakde R,
Vijaja Kumari PR. Hydrogen peroxide pre-treatment for seed enhancement in
cotton (Gossypium hirstum L.). Afric. J. Agric. Res 2014; 9: 1982–1989 doi:
10.5897/AJAR2013.7210
Rivero, R.M., Kojima, M., Gepstein, A., Sakakibara, H., Mittler, R., Gepstein, S.,
Blumwald, E., 2007. Delayed leaf senescence induces extreme drought
tolerance in a flowering plant. Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 104, 19631–19636.
Toha, H.M., K.Pirngadi, K. Permadi dan A.M.Fagi. 2009. Meningkatkan dan
Memantapkan
Produktivitas
dan
Produksi
Padi
Gogo.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_06.pdf. (21 April
2022)
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-34 Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene Kepulauan, Pangkep, 29 September 2022
432