PEMETAAN DAERAH RAWAN PANGAN KABUPATEN MALANG
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh:
ISMIATUL RAFIKA
Program Studi Teknik Informatika
SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER INDONESIA
MALANG
2013
i
ABSTRAK
Ismiatul
Rafika.2013.
PEMETAAN DAERAH RAWAN PANGAN DI
KABUPATEN PASURUAN, Karya Tulis Ilmiah. Program Studi
Teknik Informatika (S1) STIKI – Malang. Dosen Pembimbing:
Subari, S.Kom.
Kata kunci: webgis,sig, pemetaan.
Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lahan
pertanian yang cukup luas di Provinsi Jawa Timur. Namun, kondisi demikian
rentan sekali terhadap tahan pangan. Seiring dengan perkembangan teknologi
khususnya Sistem Informasi Geografis, maka dibuatlah PEMETAAN DAERAH
RAWAN
PANGAN
DI
KABUPATEN
MALANG.
Untuk
membantu
memberikan lebih detail tentang informasi-informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan suatu keputusan.
Untuk memberikan informasi yang lebih detail tentang daerah-daerah
rawan pangan, penyusun memanfaatkan teknologi SIG dengan cara memetakan
daerah-daerah rawan pangan yang tersebar di kabupaten Malang. Dengan metode
ini banyak manfaat yang akan di dapat bagi pemerintah dan masyarakat
khususnya wilayah kabupaten Malang. Karena sistem berbasis webgis, maka
sistem ini akan mudah diakses di mana saja.
Diharapkan dengan penggunaan teknologi SIG ke dalam pembuatan dan
analisa sistem informasi pemetaan daerah-daerah rawan pangan dapat membantu
kabupaten Malang agar lebih baik. Sehingga informasi-informasi yang diberikan
dapat membantu dalam pengambilan keputusan dan perbaikan daerah rawan
pangan oleh masyarakat khususnya kabupaten Malang.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.5 Metodologi Penelitian ........................................................................... 3
1.5.1
Data .................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4
2.1 Mengukur Kecukupan Pangan ............................................................. 4
2.2 Pengertian SIG .................................................................................... 5
2.3 Komponen SIG ......................................................................................5
BAB III Konsumsi Keragaman Pangan .................................................................. 8
3.1 Konsumsi Keragaman Pangan ..............................................................8
3.2 Lumbung Pangan Desa........................................................................10
3.3 Penunjang ........................................................................................... 50
BAB IV RANCANGAN ANALISA GIS ..............................................................11
3.4 Gambar Letak Posisi Objek................................................................ 11
3.5 Gambar Keberadaan Posisi Kabupaten Malang ..................................12
BAB V PENUTUP .................................................................................................14
5.1 Kesimpulan..........................................................................................14
5.2 Saran ....................................................................................................14
Daftar Pustaka ........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan pangan secara makro tidak menjamin tersedianya pangan di tingkat
mikro. Produksi hanya terjadi di wilayah-wilayah tertentu pada waktu-waktu tertentu
menyebab terjadinya konsentrasi ketersediaan di daerah-daerah produksi dan pada masa –
masa panen. Pola konsumsi yang relatif sama pada antar-individu, antar-waktu dan antardaerah mengakibatkan adanya masa-masa defisit dan lokasi-lokasi defisit pangan.
Sehingga, mekanisme-mekanisme pasar dan distribusi pangan antar lokasi dan antar
waktu dengan mengandalkan stok akan berpengaruh pada kesetimbangan antara
ketersediaan dan konsumsi serta pada harga yang terjadi di pasar.
Faktor harga sangat terkait dengan daya beli rumah tangga terhadap pangan.
Sehingga, meskipun komoditas pangan tersedia di pasar namun jika harganya tinggi
sementara daya beli rumah tangga rendah akan menyebabkan rumah tangga tidak bisa
mengaksesnya. Kondisi ini memicu timbulnya kerawanan pangan. Penduduk pangan
adalah mereka yang tingkat konsumsi energinya rata-rata 71-89 % dari kecukupan energi
normal. Sementara penduduk dikatakan sangat rawan pangan jika hanya mengkonsumsi
energi kurang dari 70% dari kecukupan energi normal. Banyaknya penduduk rawan
pangan masih terjadi di semua propnsi dengan besaran yang berbeda.
Berdasarkan
data
SUSENAS
yang
tertuang
dalam
Nutrition
Map
of Indonesia 2006, proporsi penduduk rawan pangan di semua propinsi masih
di atas 10% kecuali di propinsi Sumbar, Bali dan NTB. Jumlah anak balita dengan status
gizi buruk dan gizi kurang di daerah rawan pangan juga masih tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa ketahanan pangan di tingkat nasional atau wilayah tidak selalu
berarti bahwa tingkat ketahanan pangan di rumah tangga dan individu juga terpenuhi.
Masalah-masalah distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh pada harga, daya
beli rumahtangga yang berkaitan dengan kemiskinan dan pendapatan rumah tangga, dan
tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi sangat berpengaruh pada konsumsi dan
kecukupan pangan dan gizi rumah tangga.
Dengan semakin disadari pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan
pangan, maka upaya-upaya terus aktif dilakukan untuk mengembangkan berbagai metoda
1
pengukuran dan peramalan agar sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang
sebenarnya sedang atau akan terjadi. Oleh karena itu, pemetaan daerah rawan pangan
diharapkan mampu menanggulangi rawan pangan yang terjadi di Kabupaten Malang dan
dapat selalu memantau kondisi ketahanan pangan.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka dapat disusun
sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
Apa saja informasi yang diberikan pada pemetaan daerah rawan pangan di
Kabupaten Malang tersebut?
Apa saja alternatif – alternatif untuk dapat mencapai lokasi daerah rawan
pangan tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pemetaan daerah rawan pangan pangan dan tahan pangan ini
adalah:
Mengidentifikasi dan menentukan indikator-indikator yang dapat digunakan
untuk menentukan secara relevan dan tepat terhadap wilayah rawan pangan
Kabupaten Malang.
Memetakan wilayah di Kabupaten Malang yang termasuk kategori rawan
pangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Bagi pemerintah Kabupaten Malang sebagai sumber informasi dalam
pengambilan kebijakan penanganan kondisi rawan pangan di wilayah
Kabupaten Malang.
Sebagai pertimbangan bagi dinas untuk mengatur kebijakan rawan pangan di
daerah, khususnya di daerah yang sangat rentan dengan kerawanan pangan.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1
Data
Data yang dibutuhkan untuk perhitungan kondisi rawan pangan adalah sebagai
berikut:
2
1.5.2
Data Penginderaan Jauh:
Data Penginderaan Jauh yang digunakan terdiri dari:
Data OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dapat diekstraksi dari
data GMS harian untuk menghasilkan informasi curah hujan bulanan.
Data satelit Landsat TM untuk menghasilkan informasi kondisi aktual
lahan pertanian padi sawah.
Berdasarkan data tersebut dapat dihasilkan informasi luas panen dan tingkat
produktifitas tanaman padi secara spasial. Selanjutnya dapat diperoleh informasi
produksi beras . selain itu data penginderaan jauh dapat digunakan untuk melihat
kondisi hijau lahan dan pertumbuhan tanaman padi.
1.5.3
Data sosial Ekonomi:
Data sosial ekonomi diperoleh dari Biro Pusat Statistik dan hasil survey
lapang pada tahun 2010.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II
KERANGKA TEORI
Penjelasan mengenai mengukur kecukupan pangan, pengertian
SIG, Komponen Sistem Informasi Geografi, Studi Kajian.
BAB III
Konsumsi Keragaman Pangan
Penjelasan mengenai konsumsi keragaman pangan.
BAB IV
RANCANGAN ANALISA GIS
Berisi tentang analisa penggunaan SIG dalam pemetaan daerah
rawan pangan di wilayah Kabupaten Malang.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini memuat kesimpulan dari akhir penelitian serta saran
untuk pengembangan selanjutnya.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mengukur Kecukupan Pangan
Menurut Kepala
Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, Departemen
Pertanian, Ir. Ning Pribadi, dalam acara Launching Program Lesman di Kulon Progo,
Ketahanan Pangan adalah suatu wujud dimana masyarakat kita mempunyai pangan yang
cukup ditingat wilayah tapi juga di masing-masing rumah tangga mampu mengakses
pangan dengan cukup untuk semua anggota kelaurganya, bisa tumbuh hidup sehat dan
bekerja secara produktif.
Ada 2 sisi prinsip yang harus dipenuhi dalam ketahanan pangan , yaitu
Tersedianya pangan yang cukup dan Kemampuan rumah tangga untuk mengakses
pangan.
Yang dimaksud rumah tangga disini adalah semua rumah tangga masyarakat baik
rumah tangga petani dan non petani. Ketahanan pangan menghendaki bahwa tiap rumah
tangga mengkonsumsi pangan yang cukup. Standart kecukupan dalam mengkonsumsi
sekitar 2000 kalori dan ketersediaan 2.500 kalori. Ditingkat nasional sama dengan di
Kulon Progo, ketersediaan hampir 3.000 kalori per kapita, tetapi ditingkat rumah tangga
konsumsinya masih dibawah kecukupan. Artinya kalau masih rata- rata kecukupan berarti
masih ada yang diatas tapi masing ada yang dibawah kecukupan pangan. Jadi ketahanan
pangan belum tercapai apabila masyarakat masih ada yang belum mampu mengakses
pangan dengan cukup.
Standart kecukupan pangan adalah dihitung kalori dan protein (akan direvisi
standarnya) sedangkan pola pangan harapan adalah suatu kombinasi dari konsumsi yang
kalau itu dinilai dengan skor 100 berarti sudah cukup beragam didalam mengkonsumsi
bahan-bahan sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dst. Padi-padian kacangkacangan sayuran, buah-buahan, kalau ideal pola pangan harapannya 100. Tapi biasanya
kita belum sampai 100, ditingkat nasional baru sekitar 75.
Prinsip utama yang diamanatkan oleh semua komponen rakyat Indonesia adalah
membangun ketahanan pangan yang bertumpu pada kemampuan sumberdaya, budaya
dan kelembagaan lokal. Pangan sedapat mungkin dihasilkan oleh produksi sumberdaya
sendiri. Pembangunan pertanian harus diupayakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan terutama keberkelanjutannya. Intinya dari sisi sumberdaya alam harus dijaga
supaya tidak cepat rusak,
4
Prinsip utama adalah memberikan fasilitasi untuk masyarakat supaya bisa
membangun pertanian secara berkelanjutan dalam arti kelestarian sumberdaya alam dan
pendapatan yang layak, memberikan perlindungan dari persaingan yang tidak adil dengan
barang-barang yang datang dari luar negeri. Tugas lainya adalah pemberdayaan
masyarakat agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri, mengatasi masalahnya
secara mandiri. Itu kita sadari dengan jelas bahwa pemerintah tidak mungkin melakukan
sendiri. Pemerintah fungsinya memfasilitasi, merespon kebutuhan masyarakat
Proses-proses Fasilitasi yang dilakukan oleh pemerintah selama ini masih
berlawanan dengan yang telah disampaikan Lesman. Di pihak pemerintah termasuk
Legislatif dan Eksekutif harus belajar dan harus mampu merubah cara kerja agar betulbetul bisa merespon kebutuhan masyarakat untuk bisa mandiri seperti yang disampaikan
oleh teman-teman dari Lesman. Memasukkan unsur-unsur masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan merupakan salah satu pembaruan oleh Bupati, Kepala Dinas,
karena hal tersebut merupakan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Termasuk
dalam proses pengambilan keputusan apabila mengikutsertakan komponen petani, paling
tidak bapak-bapak sebagai pamong praja bisa mendengarkan aspirasi dan kebutuhan,
Sehingga kebijakan yang diputuskan bisa merespon dan menjawab kebutuhan
masyarakat.
2.2 Pengertian SIG
(GIS= Gegraphical Information System) adalah Sistem informasi yang
digunakan
untuk
memasukkan,
menyimpan,
memangggil
memasukkan,mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
geografis atau data geospatial, untuk
kembali,
bereferensi
mendukung pengambilan keputusan
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan
transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
2.3 Komponen SIG
SDM adalah Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan,
mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Orang yang
bisa mengoperasikan SIG ini ada beragam, misalnya operator, analis,
programmer, database administrator bahkan stakeholder.
Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan
untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya Tabel.
5
Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut.
Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi
fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim
berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari
interpretasi data-data tersebut. Sedangkan data atribut misalnya data
sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan datadata dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi
dalam SIG juga dikenal adanya basisdata yang lazim disebut sebagai
basisdata spasial (spatial database).
Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus dan
memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis
dan penayangan data spasial. Ada pun merk perangkat lunak ini cukup
beragam, misalnya QGIS, Arc/Info, ArcView, ArcGIS, Map Info,
AlovMap dan masih banyak lagi.
Perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung
pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat keras
ini juga termasuk didalamnya scanner, digitizer, GPS, printer dan plotter.
Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra
satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial
dibedakan menjadi:
a Data grafis/geometris, mempunyai tiga elemen: titik (node), garis
(arc) dan luasan (poligon) dalam bentuk vector ataupun raster yang
mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
b Data atribut/data tematik
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau
metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun
hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
Koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di
Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur.
a
Type Data :
Data lokasi:
6
a
Koordinat lokasi
b
Nama lokasi
c
Lokasi topologi (letak relatif: sebelah kiri danau A,
sebelah kanan pertokoan.
Data non-lokasi:
a
Curah hujan
b
Jumlah panen padi
c
Terdiri dari variabel (tanah), kelas (alluvial), nilai luas
(10 ha), jenis (pasir)
Data dimensi waktu (temporal):
a
Data non-lokasi di lokasi bersangkutan dapat berubah
dengan waktu (misal: data curah hujan bln Desember
akan berbeda dengan bln Juli)
Titik merupakan gambaran tempat yang memiliki ukuran tertentu,
mempunyai ruang gerak tertentu dan sumber hidup tertentu.
Contoh: kota.
Garis merupakan prasarana yang berupa jalur yang
menghubungkan titik-titik di permukaan bumi.
Contoh: jalur transportasi dan jalur komunikasi.
Area: Hubungan antara berbagai titik.
7
BAB III
Konsumsi Keragaman Pangan
3.1 Konsumsi Keragaman Pangan
Produksi padi di tahun 2010 dan tingkat konsumsi pangan berdasarkan data Dinas
Pertanian Dan Perkebunan dan BKP3 tahun 2010, prosentase kenaikan tahun 2010 dan
2011:
Luas Panen (turun) 0,11%
Produktivitas naik 5,11%
Produksi naik 5%
Gambar 3.1 Perbandingan Produktivitas Panen
Berdasarkan gambar di atas, kenaikan:
Provitas
: 0,347 to /ha
Produksi GKG : 20.952 ton
Setara beras
: 13.152 ton
Tingkat konsumsi/kapita/tahun dari hasil survey konsumsi tahun 2010:
Beras : 95,83kg/kapita/tahun
Jagung: 8,20 kg/kapita/tahun
Kedelai: 7,71 kg/kapita/tahun
8
Tabel 3.1 Rata-rata Konsumsi Pangan tahun 2010
Gambar 3.2 Rata-Rata Pangan dalam Grafik tahun 2012
Angka Kecukupan energi (AKE): 1.686 kkal/kap/hr (Standar Nasional:2000 kkal/kap/hr)
Angka kecukupan protein (AKP): 48,4 gr/kap/hr (Standar Nasional: 52 gr/kap/hr)
9
3.2 Lumbung Pangan Desa
Gambar 3.3 Lumbung Pangan Desa
10
BAB IV
Rancangan Analisa GIS
4.1 Gambar Letak Lokasi Objek
Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan
sebagai ibukota Kabupaten Malang yang baru. Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah
diri agar nantinya layak sebagai ibu kota kabupaten. Kabupaten ini berbatasan langsung
dengan Kabupaten
Pasuruan di
Jombang, Kabupaten
utara, Kabupaten
Mojokerto, Kota
Lumajang di
Batu,
timur, Samudra
dan Kabupaten
Hindia di
selatan,
serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat.
Sejarah
Ketika kerajaan Singhasari dibawah kepemimpinan Akuwu Tunggul Ametung yang
beristrikan Ken Dedes, kerajaan itu dibawah kekuasaan Kerajaan Kediri. Pusat
pemerintahan Singhasari saat itu berada di Tumapel. Baru setelah muncul Ken
Arok yang kemudian membunuh Akuwu Tunggul Ametung dan menikahi Ken
Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang, setelah berhasil mengalahkan Kerajaan
Kediri, dan saat jatuh ke
tangan Singhasari statusnya menjadi kadipaten.
Sementara Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja yang bergelar Prabu
Kertarajasa Jayawardhana atau Dhandang Gendhis (1185 - 1222).
Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan Mataram, kerajaan-kerajaan
yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya Kerajaan Majapahit.
Sementara
pemerintahan
pun
berpindah
ke Demak disertai
masuknya
agama Islam yang dibawa oleh Wali Songo. Malang saat itu berada di bawah
pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo dan hanya berstatus kadipaten. Pada masamasa keruntuhan itu, menurut Folklore, muncul pahlawan legendaris Raden Panji
Pulongjiwo. Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini
disebut Kepanjen (Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai
Malang Kutho Bedhah.
11
4.2 Gambar Keberadaan Posisi Kabupaten Malang
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Malang
12
Gambar 4.2 Peta Potensi Daerah Rawan Pangan Kabupaten Malang
Dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografi), dapat dipetakan dengan
jelas daerah-daerah yang merupakan rawan pangan. Terdapat beberapa POI (Point Of
Interest) atau titik acuan yang mudah sekali dikenali oleh pengguna sehingga rute-rute
yang digunakan untuk menjangkau lokasi dapat ditempuh dengan mudah.
Berdasarkan peta di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Daerah yang sangat rawan pangan adalah Pujon, Jabung, Donomulyo.
Wonosari, Poncokusumo, Wajak, Ampelgading, Tirtoyudo.
Sumberpucung, Ngajum.
Karangploso.
Daerah rawan pangan adalah Ngantang dan Kasembon, Kalipare, Pagak,
Daerah agak rawan adalah Bantur, Sumbermanjing, Gondanglegi, Pagelaran,
Daerah cukup tahan adalah Turen, Gedangan, Bululawang, Tumpang,
Daerah tahan adalah Tajinan, Pakisaji, Pakis, Dau, Dampit.
Daerah sangat tahan adalah Kepanjen, Wagir.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan adanya Pembuatan Pemetaan Daerah Rawan Pangan di Kabupaten
Malang berbasis web, maka diharapkan dapat memberikan manfaat dan solusi kepada
Pemerintah Daerah serta masyarakat dalam mengatasi kondisi rawan pangan. Selain itu
juga dapat menjadikan sarana informasi sistem ketahanan pangan di Kabupaten Malang
sehingga kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Malang dapat di tingkatkan lebih lanjut.
Dengan demikian, pemerintah dapat lebih banyak memberikan fasilitas pertanian dan
penyuluhan lebih lanjut terhadap setiap wilayah di Kabupaten Malang serta masyarakat
juga lebih mudah dalam mengatasi rawan pangan dalam pemenuhan kebutuhan.
5.2 Saran
Dalam Pembuatan Pemetaan Daerah Rawan Pangan di Kabupaten Malang ini
masih banyak sekali kekurangan dan banyak hal yang belum dikembangkan. Penyusun
berharap dapat dikembangkan lagi dalam hal:
o Penambahan fitur
Penambahan fitur merupakan fasilitas-fasilitas yang akan diberikan di website
nantinya, seperti: layer, arah jalan, rute menuju objek, rute yang dilalui angkutan
umum.
o Tampilan website
Pengembangan tampilan website merupakan pengembangan sistem, di mana user
(pengguna) dapat mengakses dengan mudah informasi-informasi yang ada pada
website. Memaksimalkan space yang ada dalam website, sehingga website lebih
sering dikunjungi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Malang,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang,
diakses tanggal 09 September 2013
Visit Kabupaten Malang 2013,
http://www.malangkab.go.id, diakses tanggal 09 September 2013
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur,
http://www.academia.edu/3238731/RENCANA_AKSI_DAERAH_PANGAN_D
AN_GIZI_PROVINSI_JAWA_TIMUR, diakses tanggal 09 September 2013
Stok Pangan Diprediksi Tetap Surplus,
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/110963/bupati-malang-stokpangan-diprediksi-tetap-surplus, diakses tanggal 10 September
Konsep Dasar Webgis,
http://ilmukomputer.org/wpcontent/uploads/2008/05/charterwebgis.pdf , diakses 10 September 2013
Leaflet Javascript Library,
http://www.gisarea.com/index.php?/topic/2964-leaflet-javascript-library/,
diakses 10 Juli 2013
15