Jak Keumawe (Go Fishing) is one of the activities of the Acehnese people to find sustenance in va... more Jak Keumawe (Go Fishing) is one of the activities of the Acehnese people to find sustenance in various places that can fish properly and correctly such as the high seas, swamps, rivers and so on. Jak Keumawe in the activities of the acehians is only used to calm the mind and rest in the afternoon (jak reulek-reulek dang-dang meugreb uroe). and it can be ascertained that this is carried out by some Acehnese people in various places. The beauty of the afternoon is indeed one part of the grace of God Almighty for the noble country of Aceh, local wisdom and Islamic traditions which have always been a symbol that Aceh is a sharia country and is recognized internationally.
Nanggroe Aceh Darussalam area became a battleground in the War of Independence of the Republic of... more Nanggroe Aceh Darussalam area became a battleground in the War of Independence of the Republic of Indonesia (RI)-Netherlands, which lasted from 1945-1949. Bireuen or "Fighting City" had a big role in stopping the Dutch invasion of Indonesia. The city of Bireuen has three main functions that affect the national and international levels and the road to the Recognition of Sovereignty of the Republic of Indonesia. First, Bireuen City became a military base for combat, obtained from the spoils of the Japanese armory war. Second, Bireuen as the headquarters of Devisi X Komandemen Sumatra, Langkat and Tanah Karo and as the center of the Command for attacks against the Dutch in the Medan Area. Third, Bireuen as a radio rimba raya broadcast studio owned by Devisi X Sumatra with a role in refuting Netherlands fake news propaganda internationally. Radio Rimba Raya managed to become a broadcasting place for news events stating that Indonesia is an independent country and Aceh is part of the Unitary State of the Republic of Indonesia. As a result, on December 27, 1949, the Netherlands finally recognized the Sovereignty of the State of Indonesia by the Netherlands in a ceremony that took place in The Hague, Netherlands.
Keywords: Aceh, Juang City, Medan Area.
Mengamati "ciri khas" manusia Aceh, sungguh terlalu sukar. Sebab, tulisan-tulisan yang mengupas-... more Mengamati "ciri khas" manusia Aceh, sungguh terlalu sukar. Sebab, tulisan-tulisan yang mengupas-tuntas tentang masalah ini masih amat jarang disentuh para penulis kita. Akibatnya, buku-buku yang membahas perilaku manusia Aceh (Orang Aceh), setahu penulis belum pernah diterbitkan sejak negara kita merdeka, 17 Agustus 1945.Padahal buku-buku sejenis itu, baik yang berjudul Manusia Jawa, Manusia Sunda, ataupun Manusia Bugis; mudah diperoleh di pasaran buku terutama di Jawa
Telah ter-maktub dalam Qãnũn Meukuta 'Ãlam al-Ãsyĩ Darussalam, bahwa jika da-tang sampai tahun ha... more Telah ter-maktub dalam Qãnũn Meukuta 'Ãlam al-Ãsyĩ Darussalam, bahwa jika da-tang sampai tahun hampir hari Madmeugang , yaitu Madmeugang Puasa dan Madmeugang hari raya Fitrah dan Madmeugang hari raya Haji, maka sebelumnya Madmeugang kira-kira satu bulan lagi jauh Madmeugang maka hendaklah Geuchik-Geuchik dan wakil dan Imam Meunasah serta Tuha Empat
Sultan Iskandar Muda adalah sultan terbesar Kerajaan Aceh Darussalam. Begitulah yang dipercaya ma... more Sultan Iskandar Muda adalah sultan terbesar Kerajaan Aceh Darussalam. Begitulah yang dipercaya masyarakat Aceh secara turun-temurun dari dulu sampai sekarang. Keyakinan masyarakat Aceh yang sudah melegenda ini tidak diakui Snouck Hurgronje (tahun 1890-an), seorang orientalis yang ditugaskan Kerajaan Belanda untuk “menaklukkan Aceh” bukan dengan kekuatan senjata. Bantahan Snouck ini adalah wajar, sebab ia memang sedang menjalani tugasnya. Bila mau meruntuhkan suatu bangsa, maka hancurkanlah bukti-bukti sejarah yang dibanggakan bangsa itu, demikian bunyi sebuah ajaran jahat yang terkenal.
Tempo dulu, yang dimaksud dengan sebutan Aceh secara umum adalah wilayah Aceh Besar, sedang secar... more Tempo dulu, yang dimaksud dengan sebutan Aceh secara umum adalah wilayah Aceh Besar, sedang secara khusus, yakni kota Banda Aceh . Anehnya, bukan hanya manusia saja yang doyan pergi ke Aceh, tetapi kerbau/binatang pun punya cita-cita yang sama. Kenapa setiap makhluk Allah memiliki semangat untuk berangkat ke Aceh?. Karena ACEH itu BESAR!. Tetapi perlu diingat, bahwa sebelum Jantho ditetapkan sebagai ibukota Aceh Besar, provinsi Aceh dan kabupaten Aceh Besar sama-sama beribu kota Banda Aceh.
Cae Aceh merupakan jenis prosa lama walaupun ada juga pakar sastra yang menyatakan bahwa hikayat ... more Cae Aceh merupakan jenis prosa lama walaupun ada juga pakar sastra yang menyatakan bahwa hikayat itu jenis puisi liris, karena tipografinya seperti syair dan bersajak.
Dalam musim Pandemi yang masih berlangsung hampir dua tahun sampai sekarang, selain kita mencega... more Dalam musim Pandemi yang masih berlangsung hampir dua tahun sampai sekarang, selain kita mencegah dengan Protokol Kesehatan/ medis seperti memakai masker, sering cuci tangan, menjaga jarak, hindari kerumunan dan sejenisnya; sebagai umat yang beriman kepada Kekuasaan Allah Swt, adalah baik bagi kita memperbanyak do’a. Do’a sebagai “mohon” kepada Allah Yang Maha Kuasa tentu banyak macamnya. Dalam hal ini, saya hanya mengusungkan do’a versi Teungku Di Cucum dalam Kitab Akhbarun Na’im. Syekh Abdus Samad yang lebih dikenal dengan gelar Teungku Di Cucum menulis banyak kitab. Sejauh yang baru saya ketahui, yaitu Tambeh Tujoh Blah, “Tambeh Gohna Nan”, Nazam Akhbarun Na’im dan Firatas Salam.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, di seluruh dunia yang berpenduduk mayor... more Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, di seluruh dunia yang berpenduduk mayoritas Muslim diperigati Maulid nabi.Di Aceh Perayaan Maulid telah menjadi Tradisi dengan berbasis Kearifan Lokal(Local Wisdom).
Paham Radikalisme dan Politik Identitas menjadi salah satu bukti bahwa indonesia menjadi negara y... more Paham Radikalisme dan Politik Identitas menjadi salah satu bukti bahwa indonesia menjadi negara yang sedang tidak baik-baik saja.
Dr. Hasballah Saad Sosok Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM), Tokoh dan Politisi Aceh dari Pid... more Dr. Hasballah Saad Sosok Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM), Tokoh dan Politisi Aceh dari Pidie. Dr. Hasballah merupakan sosok tokoh yang dikagumi oleh begitu banyak masyarakat dan menjadi pelopor sejarah di masanya
Hasballah M. Saad adalah tokoh Aceh sekaligus tokoh nasional Indonesia. Sebagai tokoh nasional, i... more Hasballah M. Saad adalah tokoh Aceh sekaligus tokoh nasional Indonesia. Sebagai tokoh nasional, ia pernah menjadi Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM) pertama Republik Indonesia, semasa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Selain itu menjadi Anggota DPR RI, Anggota KPU dan Wakil Ketua Panitia Pemilu 1999.
Aku bahagia mempunyai seorang Ibu bernama Syahkubandi. Ibuku merupakan salah satu sosok perempuan... more Aku bahagia mempunyai seorang Ibu bernama Syahkubandi. Ibuku merupakan salah satu sosok perempuan yang menonjol dikampungku. Beliau buta huruf latin, namun pandai membaca kitab-kitab jawoe berbahasa Melayu, dengan tulisan Arab Gundul, Peureukonan, Masailal lil Muhtadin, dan berbagai hikayat menjadi bacaan beliau sehari hari. Ibuku pandai pula berceritera mendongeng menjelang aku tidur, antara lain, Ceritera Malem Dewa, Ceritera Amat Rhang Manyang dan banyak ceritera dan legenda Aceh lainnya. Di hari tuanya, beliau justru mulai bisa membaca huruf latin, karena rajin mengikuti Latihan PBH (Pemberantasan Buta Huruf), meskipun beliau tidak pernah menduduki bangku sekolah formal. Salah seorang putri beliau, Mehran binti Abdul Madjid [1], kakak sulungku dari lain bapak, adalah gadis pertama di kampung ku yang bersekolah SRI (Sekolah Rakyat Islam) dan berjalan kaki hingga empat kilometer pulang pergi ke sekolahnya di Titeue. Tidak ada anak anak sebaya kakakku yang bersekolah dewasa itu. Aku, pada usia masih sangat muda, tahun 1951, dibawa Bapakku Syech Saad merantau ke Medan bersama Ibuku. Kami menetap di Gampong Anggrong, lalu pindah ke Jalan Mongonsidi, sebelum Ayah membangun rumah sendiri di Kampung Lalang kawasan Sei Sikambing, Medan Barat. Akan tetapi, karena kakak-kakakku tinggal di kampung, dan satu-satu meninggal dunia dalam usia muda, maka Ibuku memutuskan kembali ke kampung di Lameue Ujong Gampong, Lameulo (sekarang Kotabakti) Bapak amat sedih, Ibuku juga demikian karena mereka harus berpisah. Sepertinya mereka tak kuasa mengendalikan keadaan yang cukup pelik itu. Bapakku harus bekerja untuk mengatur Pengungsi Aceh akibat perang saudara sejak tahun 1953. Dengan tangis yang tak dapat ditahan pada suatu malam, Bapak berkata: "Jika kau bawa si Sabalah (Bapak memanggil namaku dengan sebutan begitu) ke kampung, dia tak akan bakal dapat sekolah yang baik. Paling hebat nanti jika dewasa, dia akan jadi muge keurupuk [2] (pedagang emping melinjo). Namun jika kau biarkan dia tinggal bersamaku di Medan, akan kusekolahkan dia hingga menjadi syagee geulitan apui [3] (kerani yang bertindak sebagai kepala kondektur kereta api)" Ibuku terdiam sejenak, sambil mengusap air mata. Beliau berbisik dalam hatinya: "Akan kutunjukkan bahwa aku akan mematahkan kata-kata suamiku ini. Hasballah harus menjadi orang kelak, bukan hanya sekedar sebagai syagee geulitan apui, akan tetapi harus melebihi itu. Insya Allah akan kutunjukkan pada suatu hari nanti"
Pedoman Bagi Pemimpin - Hikayat Tajussalatin. Sepuluh perkara harus kita yakin, Khalifah Mukmin d... more Pedoman Bagi Pemimpin - Hikayat Tajussalatin. Sepuluh perkara harus kita yakin, Khalifah Mukmin diberi nama. Wahai raja yang muslimin, iman yakin jangan bertukar.
Jak Keumawe (Go Fishing) is one of the activities of the Acehnese people to find sustenance in va... more Jak Keumawe (Go Fishing) is one of the activities of the Acehnese people to find sustenance in various places that can fish properly and correctly such as the high seas, swamps, rivers and so on. Jak Keumawe in the activities of the acehians is only used to calm the mind and rest in the afternoon (jak reulek-reulek dang-dang meugreb uroe). and it can be ascertained that this is carried out by some Acehnese people in various places. The beauty of the afternoon is indeed one part of the grace of God Almighty for the noble country of Aceh, local wisdom and Islamic traditions which have always been a symbol that Aceh is a sharia country and is recognized internationally.
Nanggroe Aceh Darussalam area became a battleground in the War of Independence of the Republic of... more Nanggroe Aceh Darussalam area became a battleground in the War of Independence of the Republic of Indonesia (RI)-Netherlands, which lasted from 1945-1949. Bireuen or "Fighting City" had a big role in stopping the Dutch invasion of Indonesia. The city of Bireuen has three main functions that affect the national and international levels and the road to the Recognition of Sovereignty of the Republic of Indonesia. First, Bireuen City became a military base for combat, obtained from the spoils of the Japanese armory war. Second, Bireuen as the headquarters of Devisi X Komandemen Sumatra, Langkat and Tanah Karo and as the center of the Command for attacks against the Dutch in the Medan Area. Third, Bireuen as a radio rimba raya broadcast studio owned by Devisi X Sumatra with a role in refuting Netherlands fake news propaganda internationally. Radio Rimba Raya managed to become a broadcasting place for news events stating that Indonesia is an independent country and Aceh is part of the Unitary State of the Republic of Indonesia. As a result, on December 27, 1949, the Netherlands finally recognized the Sovereignty of the State of Indonesia by the Netherlands in a ceremony that took place in The Hague, Netherlands.
Keywords: Aceh, Juang City, Medan Area.
Mengamati "ciri khas" manusia Aceh, sungguh terlalu sukar. Sebab, tulisan-tulisan yang mengupas-... more Mengamati "ciri khas" manusia Aceh, sungguh terlalu sukar. Sebab, tulisan-tulisan yang mengupas-tuntas tentang masalah ini masih amat jarang disentuh para penulis kita. Akibatnya, buku-buku yang membahas perilaku manusia Aceh (Orang Aceh), setahu penulis belum pernah diterbitkan sejak negara kita merdeka, 17 Agustus 1945.Padahal buku-buku sejenis itu, baik yang berjudul Manusia Jawa, Manusia Sunda, ataupun Manusia Bugis; mudah diperoleh di pasaran buku terutama di Jawa
Telah ter-maktub dalam Qãnũn Meukuta 'Ãlam al-Ãsyĩ Darussalam, bahwa jika da-tang sampai tahun ha... more Telah ter-maktub dalam Qãnũn Meukuta 'Ãlam al-Ãsyĩ Darussalam, bahwa jika da-tang sampai tahun hampir hari Madmeugang , yaitu Madmeugang Puasa dan Madmeugang hari raya Fitrah dan Madmeugang hari raya Haji, maka sebelumnya Madmeugang kira-kira satu bulan lagi jauh Madmeugang maka hendaklah Geuchik-Geuchik dan wakil dan Imam Meunasah serta Tuha Empat
Sultan Iskandar Muda adalah sultan terbesar Kerajaan Aceh Darussalam. Begitulah yang dipercaya ma... more Sultan Iskandar Muda adalah sultan terbesar Kerajaan Aceh Darussalam. Begitulah yang dipercaya masyarakat Aceh secara turun-temurun dari dulu sampai sekarang. Keyakinan masyarakat Aceh yang sudah melegenda ini tidak diakui Snouck Hurgronje (tahun 1890-an), seorang orientalis yang ditugaskan Kerajaan Belanda untuk “menaklukkan Aceh” bukan dengan kekuatan senjata. Bantahan Snouck ini adalah wajar, sebab ia memang sedang menjalani tugasnya. Bila mau meruntuhkan suatu bangsa, maka hancurkanlah bukti-bukti sejarah yang dibanggakan bangsa itu, demikian bunyi sebuah ajaran jahat yang terkenal.
Tempo dulu, yang dimaksud dengan sebutan Aceh secara umum adalah wilayah Aceh Besar, sedang secar... more Tempo dulu, yang dimaksud dengan sebutan Aceh secara umum adalah wilayah Aceh Besar, sedang secara khusus, yakni kota Banda Aceh . Anehnya, bukan hanya manusia saja yang doyan pergi ke Aceh, tetapi kerbau/binatang pun punya cita-cita yang sama. Kenapa setiap makhluk Allah memiliki semangat untuk berangkat ke Aceh?. Karena ACEH itu BESAR!. Tetapi perlu diingat, bahwa sebelum Jantho ditetapkan sebagai ibukota Aceh Besar, provinsi Aceh dan kabupaten Aceh Besar sama-sama beribu kota Banda Aceh.
Cae Aceh merupakan jenis prosa lama walaupun ada juga pakar sastra yang menyatakan bahwa hikayat ... more Cae Aceh merupakan jenis prosa lama walaupun ada juga pakar sastra yang menyatakan bahwa hikayat itu jenis puisi liris, karena tipografinya seperti syair dan bersajak.
Dalam musim Pandemi yang masih berlangsung hampir dua tahun sampai sekarang, selain kita mencega... more Dalam musim Pandemi yang masih berlangsung hampir dua tahun sampai sekarang, selain kita mencegah dengan Protokol Kesehatan/ medis seperti memakai masker, sering cuci tangan, menjaga jarak, hindari kerumunan dan sejenisnya; sebagai umat yang beriman kepada Kekuasaan Allah Swt, adalah baik bagi kita memperbanyak do’a. Do’a sebagai “mohon” kepada Allah Yang Maha Kuasa tentu banyak macamnya. Dalam hal ini, saya hanya mengusungkan do’a versi Teungku Di Cucum dalam Kitab Akhbarun Na’im. Syekh Abdus Samad yang lebih dikenal dengan gelar Teungku Di Cucum menulis banyak kitab. Sejauh yang baru saya ketahui, yaitu Tambeh Tujoh Blah, “Tambeh Gohna Nan”, Nazam Akhbarun Na’im dan Firatas Salam.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, di seluruh dunia yang berpenduduk mayor... more Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, di seluruh dunia yang berpenduduk mayoritas Muslim diperigati Maulid nabi.Di Aceh Perayaan Maulid telah menjadi Tradisi dengan berbasis Kearifan Lokal(Local Wisdom).
Paham Radikalisme dan Politik Identitas menjadi salah satu bukti bahwa indonesia menjadi negara y... more Paham Radikalisme dan Politik Identitas menjadi salah satu bukti bahwa indonesia menjadi negara yang sedang tidak baik-baik saja.
Dr. Hasballah Saad Sosok Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM), Tokoh dan Politisi Aceh dari Pid... more Dr. Hasballah Saad Sosok Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM), Tokoh dan Politisi Aceh dari Pidie. Dr. Hasballah merupakan sosok tokoh yang dikagumi oleh begitu banyak masyarakat dan menjadi pelopor sejarah di masanya
Hasballah M. Saad adalah tokoh Aceh sekaligus tokoh nasional Indonesia. Sebagai tokoh nasional, i... more Hasballah M. Saad adalah tokoh Aceh sekaligus tokoh nasional Indonesia. Sebagai tokoh nasional, ia pernah menjadi Menteri Negara Hak Asasi Manusia (HAM) pertama Republik Indonesia, semasa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Selain itu menjadi Anggota DPR RI, Anggota KPU dan Wakil Ketua Panitia Pemilu 1999.
Aku bahagia mempunyai seorang Ibu bernama Syahkubandi. Ibuku merupakan salah satu sosok perempuan... more Aku bahagia mempunyai seorang Ibu bernama Syahkubandi. Ibuku merupakan salah satu sosok perempuan yang menonjol dikampungku. Beliau buta huruf latin, namun pandai membaca kitab-kitab jawoe berbahasa Melayu, dengan tulisan Arab Gundul, Peureukonan, Masailal lil Muhtadin, dan berbagai hikayat menjadi bacaan beliau sehari hari. Ibuku pandai pula berceritera mendongeng menjelang aku tidur, antara lain, Ceritera Malem Dewa, Ceritera Amat Rhang Manyang dan banyak ceritera dan legenda Aceh lainnya. Di hari tuanya, beliau justru mulai bisa membaca huruf latin, karena rajin mengikuti Latihan PBH (Pemberantasan Buta Huruf), meskipun beliau tidak pernah menduduki bangku sekolah formal. Salah seorang putri beliau, Mehran binti Abdul Madjid [1], kakak sulungku dari lain bapak, adalah gadis pertama di kampung ku yang bersekolah SRI (Sekolah Rakyat Islam) dan berjalan kaki hingga empat kilometer pulang pergi ke sekolahnya di Titeue. Tidak ada anak anak sebaya kakakku yang bersekolah dewasa itu. Aku, pada usia masih sangat muda, tahun 1951, dibawa Bapakku Syech Saad merantau ke Medan bersama Ibuku. Kami menetap di Gampong Anggrong, lalu pindah ke Jalan Mongonsidi, sebelum Ayah membangun rumah sendiri di Kampung Lalang kawasan Sei Sikambing, Medan Barat. Akan tetapi, karena kakak-kakakku tinggal di kampung, dan satu-satu meninggal dunia dalam usia muda, maka Ibuku memutuskan kembali ke kampung di Lameue Ujong Gampong, Lameulo (sekarang Kotabakti) Bapak amat sedih, Ibuku juga demikian karena mereka harus berpisah. Sepertinya mereka tak kuasa mengendalikan keadaan yang cukup pelik itu. Bapakku harus bekerja untuk mengatur Pengungsi Aceh akibat perang saudara sejak tahun 1953. Dengan tangis yang tak dapat ditahan pada suatu malam, Bapak berkata: "Jika kau bawa si Sabalah (Bapak memanggil namaku dengan sebutan begitu) ke kampung, dia tak akan bakal dapat sekolah yang baik. Paling hebat nanti jika dewasa, dia akan jadi muge keurupuk [2] (pedagang emping melinjo). Namun jika kau biarkan dia tinggal bersamaku di Medan, akan kusekolahkan dia hingga menjadi syagee geulitan apui [3] (kerani yang bertindak sebagai kepala kondektur kereta api)" Ibuku terdiam sejenak, sambil mengusap air mata. Beliau berbisik dalam hatinya: "Akan kutunjukkan bahwa aku akan mematahkan kata-kata suamiku ini. Hasballah harus menjadi orang kelak, bukan hanya sekedar sebagai syagee geulitan apui, akan tetapi harus melebihi itu. Insya Allah akan kutunjukkan pada suatu hari nanti"
Pedoman Bagi Pemimpin - Hikayat Tajussalatin. Sepuluh perkara harus kita yakin, Khalifah Mukmin d... more Pedoman Bagi Pemimpin - Hikayat Tajussalatin. Sepuluh perkara harus kita yakin, Khalifah Mukmin diberi nama. Wahai raja yang muslimin, iman yakin jangan bertukar.
Uploads
Videos by Imadul Auwalin
Papers by Imadul Auwalin
Keywords: Aceh, Juang City, Medan Area.
Bantahan Snouck ini adalah wajar, sebab ia memang sedang menjalani tugasnya. Bila mau meruntuhkan suatu bangsa, maka hancurkanlah bukti-bukti sejarah yang dibanggakan bangsa itu, demikian bunyi sebuah ajaran jahat yang terkenal.
Keywords: Aceh, Juang City, Medan Area.
Bantahan Snouck ini adalah wajar, sebab ia memang sedang menjalani tugasnya. Bila mau meruntuhkan suatu bangsa, maka hancurkanlah bukti-bukti sejarah yang dibanggakan bangsa itu, demikian bunyi sebuah ajaran jahat yang terkenal.